Warning! Typo's everywhere...
***
Satu tahun kemudian...
Jari tangan Theo berkutat dengan ponselnya daritadi, ia bahkan mengabaikan teman – temannya yang sudah bergembira menikmati hari – hari kelulusan mereka. Joanne yang masih setia bersama Rick, tangan mereka masing – masing saling bertaut. Dave yang sedang menerima banyak ucapan selamat dari teman seangkatannya karena ia berhasil mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya.
Mark terlihat sedang mengobrol dengan teman – teman futboolnya dulu. Dengan cengiran bangganya, Mark memakai jaket dengan logo kampusnya, menunjukkan pada siapapun jika ia berhasil meraih mimpinya. Mark berhasil mendapatkan beasiswa futboll di salah satu kampus yang memiliki fasilitas olahraga terbaik.
Clarke sedang menggandeng mesra Xander seperti biasanya. Khusus hari ini Clarke meluangkan waktunya untuk menghadiri acara kelulusan teman – temannya. Theo, Dave, Joanne, dan Rick. Seharusnya ini juga bisa dibilang sebagai hari kelulusan Ally. Namun, sudah satu tahun perempuan itu menghilang tanpa kabar. Mark dan Clarke memang sudah lulus lebih dulu.
Theo yang daritadi berkutat dengan ponselnya masih tampak serius dengan benda pipih itu. Dia tidak sedang sibuk membalas pesan atau email yang masuk. Lelaki itu hanya sedang mengalihkan dunianya yang sangat kosong. Suasana memang sangat ramai di sini, tapi tidak dengan hatinya yang kosong melompong.
Ibu jari Theo sibuk menari – nari di ponsel miliknya. Sesekali kerutan muncul di keningnya. Theo berusaha mengabaikan suara berisik yang ada di sekitarnya, saat ini ia hanya duduk di bangku penonton yang ada di lapangan futbooll, acara puncak hari kelulusan memang diadakan di sana. Toga kebesaran yang dipakainya bahkan tidak membuatnya kehilangan konsentrasinya bermain piano tiles.
"Shit!" pekiknya ketika dering ponsel mengagetkannya. "Siapa yang berani menggangguku? Tidak tahu apa jika aku hampir mencetak rekor baru!"
Theo yang kesal langsung mereject panggilan yang membuatnya gagal mencetak score baru. Nomor asing yang menelponnya juga membuatnya ragu menerima panggilan itu. Theo langsung turun ke bawah ketika Clarke melambaikan tangannya, menyuruhnya untuk menghampirinya.
Theo merasakan jika ponselnya berdering lagi. Sambil berjalan, ia mengernyit ketika ia mendapatkan telpon dari nomor asing yang baru menghubunginya tadi. Tangannya mengeser tombol hijau itu, ia menerima panggilan itu.
"Sombong sekali kau. Aku hanya ingin mengucapkan selamat, tapi kau seenaknya merejectku?" suara perempuan langsung menghujaminya dengan ucapan yang tidak dimengertinya.
Clarke menaikkan alisnya seolah berkata 'siapa', Theo menggeleng. "Baru satu tahun aku pergi, kau sudah melupakanku? Aku kira kau mencintaiku!" sambungnya lalu tertawa ketika Theo tidak mengeluarkan suaranya.
Mata Clarke melotot mengenali suara yang menelponnya. Theo masih belum menyadari siapa yang menelponnya. Dengan langkah cepatnya, Clarke langsung menghampiri Theo, merebut ponselnya itu secara paksa.
"Ally!" pekik Clarke kegirangan. Theo yang mendengar Clarke meneriakkan nama perempuan yang selama ini ia rindukan langsung membelalak kaget. Tidak hanya Theo, Xander juga ikut kaget.
Clarke mencari tempat yang tidak terlalu ramai. Clarke mendengus ketika tahu Ally hanya tertawa membalas panggilannya. Xander dan Theo mengikuti Clarke di belakangnya. Mark yang penasaran kenapa temannya menjauh ikut penasaran. Begitupula dengan Dave, Joanne, dan Rick.
"Seharusnya ini jadi kelulusanmu juga, Ally." Ucap Clarke.
Clarke seperti menyesali ucapannya karena Ally terdiam di seberang sana, hanya deruan nafas yang didengar oleh Clarke. Semua dayang – dayang Clarke sudah berdiri di depannya, penasaran dengan siapa yang sedang bicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozen Vampire (Complete)
VampireAku akan menghancurkan dinding yang sudah dia bangun, setebal apapun dia membangunnya. - David Thomas William Aku tidak ingin jatuh cinta. Aku tidak ingin orang lain mempunyai perasaan untukku. Karena aku berbeda. Karena aku...