Tiga Puluh Dua

4.2K 245 1
                                    


Bel masih lama berbunyi, Ally mengetuk – ngetukkan pulpennya ke meja, membuat suara yang pelan tapi masih bisa terdengar. Selama jam pelajaran Bu Ramona, pikirannya sudah keluar kemana – mana, tidak sedang berada di tempatnya.

Pikirannya masih memikirkan tentang siapa gadis pirang yang menyiramnya dengan vervain kemarin. Apa maksud dan tujuannya melakukan itu. Dan yang terpenting, apa salahnya hingga dia berbuat seperti itu padanya. Satu hal yang Ally yakini adalah jika gadis itu adalah vampire, sama seperti dirinya.

Ditambah sikap Dave yang sangat berbeda hari ini. Sejak kedatangannya ke sekolah pagi ini, Dave selalu menghindarinya, membuatnya tambah bingung. Memangnya Ally punya salah apa dengan cowok itu . Dia bahkan tidak melakukan kesalahan apapun padanya.

Ally menggeram kesal. Ia berhenti mengetukkan pulpennya ke meja, memilih untuk mengenggam pulpen itu dengan kencang. Kuku jarinya memutih karena saking kencangnya pegangan itu.

Theo yang duduk di samping Ally memilih untuk mengabaikan Bu Ramona, memandang gadisnya dengan khawatir. Melihat kerutan yang ada di keningnya membuat Theo yakin jika gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Ditambah tangan Ally yang mengepal kencang memegang pulpen.

Ally tersentak begitu menyadari jika pulpennya terbelah dua. Sambil melihat pulpennya, ia melepas pulpennya, membiarkannya terjatuh dari tangannya dan menggelinding bebas. Ally mendesah frustasi karena jam pelajaran yang tidak kunjung habis.

Theo mengangkat satu tangannya ke atas, membuat Bu Ramona berhenti menerangkan pelajarannya. "Maaf, Bu. Tapi sepertinya Ally sakit, aku akan membawanya ke UKS." Ally menoleh dan menatap Theo yang ada di sampingnya.

Bu Ramona mengangguk. "Bawalah, dia memang terlihat tidak sehat dari tadi." ucapnya.

Theo membantu Ally bangkit dari duduknya, membawa tas selempang Ally dan menyampirkannya ke bahu kirinya. Ally menatap Theo dengan bingung, tapi dia tetap menurutinya.

Theo menyuruh Ally untuk berjalan duluan, sedangkan Theo akan mengikutinya dari belakang. Setelah jauh dari kelas sejarah, Theo memanggil Ally, memintanya untuk berhenti. Ally berhenti dan langsung menoleh padanya.

Theo langsung mengenggam tangan Ally, setelah menoleh ke kanan dan ke kiri, dan keadaan aman, Theo melesat membawa Ally ke gudang lama, tempat biasa mereka. Ally langsung melepas genggaman Theo ketika sampai di dalam gudang.

"Aku tahu kau sedang banyak pikiran." Kata Theo.

Ally terdiam, dia tidak menyangka jika Theo memperhatikannya dari tadi. "Aku tidak ingin kau menghancurkan kelas jika kesal." Ally juga tidak menyangka cowok itu tahu jika dia sedang kesal.

Ally mendesah. Dia membuang nafas panjangnya. Ally berjalan mendekati meja panjang yang ada di dekatnya, dan langsung mendaratkan bokongnya. Theo pun melakukan hal yang sama, dia duduk di samping Ally, menunggu gadis itu berbicara.

Walaupun Theo tahu jika kemungkinan kecil gadis itu akan memberitahunya, Theo tahu jika Ally bukanlah tipe orang yang mau membicarakan masalahnya pada orang lain. Walaupun orang itu adalah orang terdekatnya.

Mereka hanya duduk dalam diam, hanya terdengar deruan nafas dan detak jantung mereka di ruangan ini. Ingin rasanya Theo membuat Ally berbicara, membagi masalahnya dengan dirinya. Walaupun itu tidak mungkin.

Ally kembali menghela nafasnya. "Apa kau kenal dengan vampire yang menyiramku dengan vervain?" tanya Ally. Theo mengernyitkan keningnya.

"Dia pirang." Tambah Ally.

"Yang punya rambut pirang kan banyak. Clarke juga pirang." Jawaban Theo membuat Ally memutar matanya. Percuma berbicara dengan orang tidak serius seperti Theo.

"Sudahlah lupakan saja." ucapnya pasrah.

"Kau merasa aneh tidak dengan Dave?" tanya Theo. Sebenarnya dia hanya ingin membuat suasana tidak menjadi hening, tapi dia juga penasaran dengan sikap Dave yang menghindari Ally tadi pagi. Theo mengira mereka hanya sedang bertengkar.

Ally langsung menatap Theo yang sedang menatap lurus ke depan. Apa dia juga merasakannya? Vampire memang memiliki rasa kepekaan yang lebih tinggi dari manusia. Vampire bisa membaca perbedaan tingkah laku seseorang jika berbeda dari biasanya.

Ally mengangguk.

Jika Dave baru sampai ke sekolah dan melihat Ally, dia pasti akan langsung memeluk pinggangnya secara posesif, memberitahu penduduk sekolah jika gadis itu sudah ada yang memiliki. Tapi pagi ini, jangankan memeluk, memberi senyuman saja tidak.

Dave hanya memberinya tatapan datar pada Ally. Disaat Ally menghampirinya, Dave seperti menghindarinya. Dan Ally benar – benar tidak tahu apa penyebabnya.




***






Remember to

Vote

and

Comment

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang