Empat Puluh Sembilan

3.7K 215 0
                                    

Warning! Typo bertebaran.


***

Ally langsung menyambar ponselnya yang dari tadi bergetar diatas nakas samping kasurnya. Mengetahui nama Theo yang tertera di layar ponselnya, ia buru - buru mengangkat telfon dari Theo, berharap jika rencananya berhasil.

"Kau berhasil melakukannya?" Ally langsung ke intinya.

"Leherku baru saja dipatahkan jalang berusia 700 tahun!" Ally langsung mematikan ponselnya sepihak, ia sudah tahu apa maksud ucapan Theo padanya. Rencananya gagal. Semuanya gagal. Harapan Ally untuk hidup tenang sirna sudah.

Sambil membawa ponselnya, Ally melesat ke bawah, menuju ruang depan dimana ada Clarke yang sedang menonton TV bersama Xander. Clarke memalingkan wajahnya dari TV begitu melihat Ally yang terlihat sedang kesal.

"Rencana kita gagal," Ally mendesah, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di samping Clarke.

"Kita buat rencana yang baru," ucap Xander.

Clarke menoleh pada Xander yang sepertinya sudah memikirkan apa rencana selanjutnya. "Rencana A gagal, masih ada rencana B. Jika gagal lagi kita buat rencana C, begitu seterusnya hingga abjad terakhir." Jelas Xander yang langsung disetujui oleh kedua perempuannya.

Baru saja Ally ingin membuka mulut, getar ponsel menggagalkannya. Ally mengernyit begitu Dave menelponnya, bukankah tadi dia sudah menelponnya. Kenapa harus menelfon lagi, seharusnya Dave sudah tidur.

"Dave?"

"Ally?! Tolong aku, aku tidak tahu berada di mana," suara Dave terdengar sangat panik di sebrang sana.

"Dave? Pelan - pelan,"

"Aku tidak tahu dimana, aku tiba - tiba sudah ada disini. A-aku..."

Suara Dave tiba - tiba menghilang, seseorang baru saja merebut ponsel yang dipegang oleh kekasihnya. Ally menggeram begitu mengetahui siapa dalang dibalik ini semua. Jalang jahanam sudah memulai pembalasan dendamnya.

"Mencari pacarmu?" mendengar suara Becca membuat Ally semakin marah. Cewek berambut brunette itu memejamkan matanya, menahan emosi yang akan siap meledak karenanya.

"Kau tahu aku dan Dave ada dimana?" Becca bertanya pada Ally. "Di tempat pertama kali kau dan Theo bertemu," Becca terdiam sebentar. "Kemarilah. Sepertinya aku akan bersenang - senang dengan pacarmu."

"Aku akan membunuhmu!" pekik Ally pada vampire disebrang sana. Becca hanya tertawa, sedetik kemudian ia memutuskan sambungan telponnya pada Ally.

Ally memijat keningnya, dia tahu betul apa yang dimaksud bersenang - senang oleh Becca. Bukan bersenang - senang seperti berpesta dan melakukan hal yang menyenangkan. Bersenang - senang versi vampire adalah sebuah penyiksaan.

Xander bangkit dari duduknya. "Tunggu apalagi? Tidak perlu menyiksa Becca, bunuh saja langsung." Xander langsung melesat ke kamarnya, mengambil kunci mobil miliknya.

Mereka bertiga langsung keluar dari dalam rumahnya, Xander langsung membuka pintu mobilnya yang langsung dimasuki oleh mereka bertiga. Tepat setelah Ally menutup kursi belakang, seseorang-tepatnya vampire- melesat masuk dan duduk di samping Ally.

Tanpa menyambut kedatangan Theo terlebih dahulu, mobil Xander melaju meninggalkan halaman rumahnya. Tujuan mereka saat ini adalah jembatan. Legacy Bridge. Jembatan di mana pertama kali Theo dan Ally bertemu.




***



Remember to

Vote

and

Comment

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang