Warning! Typo's everywhere...
***
Bungkus makanan sudah berserakan diatas selimut yang sudah digelar Ally, tubuh mereka terbalut selimut diatasnya. Ransel milik Dave ia gunakan sebagai bantal olehnya. Lengan Dave dengan senang hati ia berikan sebagai bantal Ally. Sedangkan tangan Dave yang satunya menggenggam tangan Ally, tidak membiarkan perempuan itu melepaskannya sedikitpun.
Mereka berdua merebahkan tubuh di bawah bintang - bintang yang bersinar indah di atas mereka. Sudah dua jam mereka dalam posisi yang sama, menceritakan apapun keluh kesah yang hinggap dalam diri mereka, mereka keluarkan. Saling mencurahkan apapun yang menganggu pikiran mereka.
"Kau lebih suka bulan atau bintang?" Ally mendongak menatap Dave.
"Bulan," jawab Dave cepat.
"Kenapa?"
"Coba kau hitung bintang itu, ada berapa banyak?" Dave menunjuk bintang yang tidak sedikit di atasnya, Ally menggeleng tidak tahu sebagai jawabannya. "Bintang sangat banyak di bumi ini, tidak terhingga," Dave terdiam, matanya kini menatap Ally yang juga mendongak menatapnya.
"Sedangkan bulan?" Dave memalingkan wajahnya, menatap bulan yang terlihat besar dari atas sini.
Tak lama Dave memandang bulan, matanya kembali menatap mata Ally, tangannya membelai lembut pipi Ally. "Hanya ada satu, seperti dirimu," Ally merasakan pipinya memanas mendengar godaan Dave.
"You're the one that I love, you're the one that I want and I don't need somebody else. Karena namamu sudah seperti tato dihatiku, tidak bisa dihapus. Walaupun bisa, mungkin masih ada bekasnya dan tidak akan seperti semula."
Ally seperti tertohok mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Dave. Pasalnya lelaki itu mengucapkannya dengan penuh keyakinan, ditambah tangan Ally yang ia letakkan tepat di dadanya, otomatis ia bisa merasakan dengan jelas bagaimana detak jantung Dave ditangannya. Tanpa harus memegang dadanya, Ally masih bisa mendengar dengan jelas seberapa cepat jantung Dave berdetak ketika mengatakan perkataannya barusan.
"Al?" Dave memanggilnya, "Jangan pernah tinggalkan aku, apapun yang terjadi, kau akan tetap selalu bersamaku, sampai aku melamarmu. Dan kau akan menemaniku hingga aku tua renta dan tubuhku tidak bernyawa lagi. Maukah kau melakukan itu untukku?"
Ally terdiam, dia belum mau menjawabnya. Mendengar permintaan Dave tentang menemaninya hingga tua renta sedikit membuat Ally miris. Dia vampire, tentu saja tidak bisa tumbuh tua bersama dengan Dave.
Ally mengangguk walaupun ia tidak yakin. "Kau berjanji?"
Ally kembali terdiam. Bisakah ia berjanji? Pertanyaan itu terputar bagaikan kaset rusak di kepalanya. Bisakah ia berjanji? Sepertinya jawabannya adalah tidak. Ia tidak akan berjanji jika ia tidak bisa menepatinya. Dia tidak bisa berjanji, karena ia yakin jika ia pasti mengingkarinya.
"Sudah malam, Dave. Sebaiknya kita pulang," Ally langsung bangkit dari tidurnya, membenahi rambut yang tadi sempat diterpa angin. Ia sengaja mengajak Dave untuk pulang supaya tidak perlu berjanji padanya.
"Baiklah," Dave ikut bangkit dari tidurnya. Mereka berdua membereskan sampah plastik bekas makanan yang mereka berdua bawa. Melipat kembali selimut yang dipakai sebagai alas, memasukkan semuanya kembali ke dalam ransel.
"Kita akan jalan kaki lagi?" tanya Dave dengan malas, ia tidak mau membayangkan untuk turun gunung dengan berjalan kaki seperti mendaki tadi.
Kali ini Ally menggeleng, membuat Dave tersenyum sumringah. "Kita akan menggunakan sedikit trik vampire," Ally tersenyum miring. Wajah Dave semakin berbinar karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozen Vampire (Complete)
VampireAku akan menghancurkan dinding yang sudah dia bangun, setebal apapun dia membangunnya. - David Thomas William Aku tidak ingin jatuh cinta. Aku tidak ingin orang lain mempunyai perasaan untukku. Karena aku berbeda. Karena aku...