Empat Puluh Satu

4.1K 244 2
                                    


"Hai, Ally." Becca menyapa Ally ketika gadis itu menutup lokernya setelah mengambil beberapa buku.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ally dengan malas, ia tidak menjawab sapaannya. Melihatnya saja dia tidak mau, apalagi mengajaknya mengobrol. Becca masih saja mengikuti di belakangnya.

"Sekolah. Memangnya apa lagi." Ally berhenti berjalan, ia memutar tubuhnya lalu menatap Becca dengan tatapan tajam.

Jauh di dalam hatinya, Ally ingin sekali mencakar jalang yang ada di depannya saat ini. Mencabut jantungnya dan memberikannya pada anjing liar. Membakar tubuhnya hingga menjadi abu. Tapi dia tidak bisa melakukannya, tidak disini.

Ally kembali memutar tubuhnya dan kembali berjalan, berhadapan dengannya memang menguras banyak tenaga. Dengan langkah yang semakin cepat, Ally hanya ingin cepat masuk ke kelasnya. Walaupun membosankan, tapi akan lebih membosankan jika meladeni Becca.

Baru saja Becca ingin mengikuti Ally masuk, seseorang mencekal tangannya. "Kau mau kemana, bitch?!" Ucap Clarke, matanya melotot tajam. "Aku yakin jika jadwalmu bukan di kelas ini." Becca tidak menjawabnya, dia menepis tangan Clarke yang mencekalnya. Berjalan meninggalkan Clarke dengan langkah kesalnya.

Clarke tersenyum sinis sambil menggeleng, bisa – bisanya dia datang secara tiba – tiba dan menghancurkan semuanya. Dia pikir dia siapa, Clarke tidak akan tinggal diam jika vampire itu mengancam keselamatan kota-nya apalagi teman – temannya.

Mark mendengus berkali – kali karena Becca. Dari tadi dia mengajaknya ngobrol di jam pelajaran Pak Will-guru Matematika- dan dengan senang hati Mark tidak menjawab satu pun pertanyaan yang dilontarkan olehnya. Clarke hanya berpesan padanya, jangan pernah menatap mata gadis itu jika kau tidak ingin terkena hipnotisnya.

Dan yang paling membuat Mark semakin kesal adalah Becca sekelas dengannya di tiga mata pelajaran. Menyusahkan. Mark mengambil ponselnya yang bergetar, membaca SMS yang masuk. Tapi sebelum itu, Mark menjauhkan tubuhnya dari gadis itu.

Lima menit lagi bel, keluar dari kelas tepat saat bel berbunyi. Aku menunggumu di depan kelas. 

-Clarke

Tidak ingin Becca mengetahui pesannya, buru – buru Mark memasukkan ponselnya. Tak lama bel berbunyi, Mark langsung mengambil tas dan keluar dari kelas dengan cepat. Dia adalah orang pertama yang keluar dari kelasnya.

Clarke langsung menyambar tubuh Mark, membawanya melesat meninggalkan kelas Matematika. Becca yang ingin mengejar Mark yang dibawa Clarke berdecak kesal. Dia tidak bisa mengikuti kemana mereka pergi, karena seluruh murid sudah berhamburan keluar.

Mark sempoyongan begitu Clarke melepaskan pegangannya pada pinggang Mark. Clarke membawa Mark ke gudang lama, dan sudah ada Ally, Joanne dan Rick yang menunggu mereka. Theo sedang menjaga Becca, atau lebih tepatnya mengawasi gadis itu supaya tidak berbuat yang macam – macam.

Mark terjatuh ke lantai. "Aku mual." Ucap Mark sambil memijat keningnya.

Clarke meringis. "Maaf,"

"Kenapa kau menyuruh kami kesini?" tanya Rick.

Clarke maju menghampiri teman – temannya, dia mengeluarkan beberapa pasang gelang dan kalung serta vervain yang sudah dibungkus plastik oleh Clarke. Dia menyodorkannya ke depan wajah teman – temannya.

"Apa itu?" tanya Joanne.

"Vervain." Sahut Ally.

"Ini bisa membantu kalian agar terhindar dari hipnotis vampire, termasuk kami." jelas Clarke sambil menunjuk dirinya dan Ally.

Joanne lebih memilih kalung, Rick mengambil gelang, Mark yang sudah mulai baikan menghampiri Clarke dan langsung mengambil gelangnya. "Aksesoris yang kalian pakai sudah ada vervain di dalamnya." Jelas Clarke.

Mark, dan Rick langsung memakainya. Rick membantu Joanne untuk memakai kalungnya. "Ambilah secukupnya." Clarke memberikan bungkusan yang berisi vervain pada temannya. "Bawalah kemana pun kalian pergi."

"Bagaimana aku tahu kalau ini bekerja?" tanya Mark.

Ally mengernyit, mereka seperti meragukan kekuatan vervain. "Kau ingin coba?" Mark mengangguk. "Perhatikan."

Ally menghampiri Mark, ia melepas gelang yang sudah Mark pakai. Matanya sudah fokus pada mata Mark. Rick dan Joanne memperhatikan Ally yang sudah menatap mata Mark dengan serius.

"Apa yang kau lakukan semalam?" tanya Ally dengan hipnotisnya.

"Aku menonton porno," jawab Mark dengan datar. Rick dan Joanne tertawa, tapi Clarke yang lebih kencang tertawanya. Ally menyunggingkan senyumnya, dia tidak menyangka jika Mark juga hobi menonton itu.

Setelah Ally melepas kontak matanya, Mark mengerjap beberapa kali. Ally memberikan gelangnya kembali, dan langsung dipakai oleh Mark. "Perhatikan lagi."

Ally kembali membuat kontak mata pada Mark. Mark yang ditatap Ally seperti itu sempat salah tingkah, namun sedetik kemudian dia berhasil mengendalikan tubuhnya. "Apa yang kau lakukan semalam?" pertanyaan yang sama, Ally kembali menggunakan hipnotisnya.

Mark terlihat resah, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Belajar, apa lagi?" jawab Mark ragu.

Di samping Ally, teman – temannya kembali tertawa. Vervain memang ampuh. Mereka tidak akan meragukannya lagi. "Posisi apa yang kau lihat, Mark?" ledek Rick, wajah Mark merah padam, tapi Mark pura – pura tidak mengerti.

"Apa maksudmu?" Mark memasang wajah polosnya.

Rick tidak menjawabnya, menggelengkan kepalanya sambil menatap Mark. Clarke yang sudah berhenti tertawa langsung berdiri di samping Mark. "See? It's work!" ucap Clarke.

"Joanne," Joanne menoleh pada Ally. "Bisa kau bantu aku memasukkan vervain ke dalamnya?" Joanne mengangguk.

Ally mengambil gelang yang sudah dia buat khusus untuk Dave. Gelang dengan bandul A dan D, inisial nama mereka berdua. Ally menyerahkan gelangnya pada Joanne, ia langsung membuka bandul yang bisa terbelah menjadi dua. Joanne mengambil vervain secukupnya yang dia ambil dari bungkusan yang diberi Clark, memeasukkannya ke dalam bandul.

"Argh!" pekik Clarke tiba - tiba. Semua kompak melihat kea rah Clarke, mereka langsung menggeleng setelah mengetahui penyebab Clarke berteriak.

Mark tertawa melihat Clarke yang kesakitan karena ulahnya. Diam – diam dia menempelkan vervain ke lengan Clarke yang tidak tertutupi baju. Clarke melotot menatap Mark dengan mata merahnya. Bukannya takut, ia malah tertawa.

"Keren!" ucap Mark ketika melihat luka melepuh Clarke hilang dengan cepat. Clarke hanya memutar matanya.




***





Remember to

Vote

and

Comment

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang