Dua Puluh Satu

5.3K 326 1
                                    


Author's pov

"Kau sudah dapat gadismu, huh?" Goda Rick pada Dave.

Ally menatap Rick dengan tatapan tajamnya, dia sudah mulai bosan dengan ledekan ataupun godaan dari dayang – dayang Clarke. Rick yang takut dengan tatapan Ally berpura – pura menggoda Joanne yang ada di sampingnya, memeluk pinggang kecilnya secara posesif.

"Sekarang hanya aku yang jomblo disini." Mark mendengus kesal.

Clarke lansung tertawa terbahak – bahak mendengar Quaterback mengeluh karena hanya dia yang jomblo. Tawa Clarke sepertinya menular, sekarang mereka semua tertawa. Penghuni kantin yang tadinya sibuk dengan dunia masing – masing sontak menoleh kearah meja mereka. Penasaran apa yang sedang ditertawakan.

"Kau kan punya Georgina." Clarke menoleh menatap Mark.

"Siapa Georgina?" tanya Ally penasaran. Hanya dia satu – satunya yang tidak mengenal Georgina diantar mereka.

"Cewek yang naksir sama Mark." Jawab Dave. Mark mendengus kesal, ia melempar tots pada Dave yang langsung ditangkap dan dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Aku tidak suka cewek cerewet. Buat kalian saja." kesal Mark.

"Tidak bisa! Karena hanya kau yang tidak punya pasangan." Sahut Clarke. Membuat tawa kembali berasal dari meja mereka.

Disatu sisi lain kantin, ada sepasang mata yang memperhatikan canda pada meja Ally. Mendengar topik pembicaraan mereka benar – benar bisa membuatnya panas, dan dia tidak menyangka akan seperti ini efeknya.

Tanpa menghabiskan makanannya, dia bangkit dari duduknya. Kedua tangannya mengepal menahan kecemburuan. Muka putihnya menjadi merah padam dilalap api cemburunya.

Ally sempat menoleh kearah lain di sela – sela tawanya. Tawanya tiba – tiba terhenti ketika melihat Theo yang melangkah gusar keluar area kantin dengan wajah yang merah padam. Pandangan Ally kembali menoleh pada teman – temannya setelah Mark memanggilnya.

Theo keluar dari kantin, tempat dimana biasanya anak sekolah berkumpul, bercengkrama, menghabiskan waktunya pada jam istirahat. Tapi tidak baginya, dia malah harus makan hati mendengar percakapan mereka.

Theo berjalan dengan langkahnya yang lebar, menengok kanan dan kiri nya, memastika jika tidak ada yang melihatnya. Setelah yakin, dia melesat menggunakan kecepatan vampire nya, menuju tempat yang benar – benar tanpa ada orang di dalamnya.

Theo berhenti pada gudang lama yang ada di sekolah. Hanya gudan ini satu – satunya tempat tersepi yang dia tahu. Hanya sinar matahari lah yang menerangi gudang ini. Theo melesat dan langsung duduk pada bekas meja guru tanpa peduli dengan debunya yang menempel.

Theo memejamkan matanya, ia mendongakkan kepalanya ke atas. Berusaha memutar otaknya, kembali mengingat bagaimana manisnya ketika pertama kali bertemu dengan Ally. Seperti sebuah proyektor film, kenangan itu kembali berputar, bermain diotaknya. Sebuah senyuman terukir diwajahnya.






***






Remember to

Vote

and

Comment    

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang