Lima Puluh Dua

4.8K 246 3
                                    

Warning! Typo's Everywhere...


***

"Dave," Ally mengelus pipi Dave dengan lembut, dan tubuh Dave tak lama menggelinjang karenanya. "Bangunlah,"

Dengan mata yang masih belum terbuka, Dave mendekap tubuh Ally, membawa kepalanya menyender pada dada bidangnya. Ally tidak memberontak, dia lebih memilih terdiam, menikmati saat – saat seperti ini yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan lagi dengannya.

Dalam dekapan Dave, Ally menghirup aroma tubuh Dave dalam – dalam, aroma yang akan selalu dirindukannya. Tangan Dave tidak hanya diam, satu tangannya ia gunakan untuk mengusap puncak kepala kekasihnya itu, sedangkan hidung mancungnya menghirup rambut Ally.

Mereka berdua terdiam dalam pikiran masing – masing, menikmati apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Posisi mereka masih sama hingga beberapa menit ke depan, nyaman, itu yang mereka rasakan saat ini.

Wajah Ally mendongak menatap Dave, ia tersenyum. Tangan yang tadinya megusap kepala Ally kini berpindah ke pipinya sebentar, menelusuri seluruh permukaan wajahnya, hidung, mata, dan berakhir di bibirnya. Dave memberi sentuhan pada bibir Ally, lalu turun menuju rahangnya.

Bibir Dave mendarat tepat dibibir Ally. Masih menempel hingga beberapa saat. Ciuman yang Dave berikan bukan seperti ciuman yang biasa ia berikan dengan lumatan. Hanya sekedar menempelkan bibir saja. Tapi mereka berdua menyukai ciuman ini, ciuman tanpa ada gairah di dalamnya, hanya ada cinta bersama mereka.

"Morning kiss," Ally terkekeh mendengarnya. "Aku penasaran bagaimana caramu masuk." Ally tidak menjawabnya, ia hanya menunjuk jendela kamar Dave yang disahuti anggukan oleh Dave.

Wajah Dave seketika panik begitu melihat jam yang berdiri tegak di atas nakasnya. 13.30 pm. Ally yang tahu kenapa Dave begitu hanya tertawa, ia sengaja tidak membangunkan Dave, karena ia memang berniat untuk mengajak Dave membolos hari ini.

"Kau tidak membangunkanku?" Ally menggeleng.

"Aku ingin mengajakmu membolos," Dave menaikkan satu alisnya, membuat Ally berdecak kesal karena Dave melakukan hal yang tidak bisa dilakukannya. Berkali – kali ia mencoba menaikkan satu alisnya tapi gagal total, ia tidak bisa melakukannya.

"Mandilah," Ally menyibakkan selimut yang dipakai mereka berdua, mendorong tubuh Dave menjauh darinya. "Aku akan mengajakmu ke suatu tempat,"

Ally menatap Dave dengan pandangan tidak bisa dibantah lagi. Dengan langkah malas, lelaki itu menuju kamar mandi daripada Ally akan menendangnya dari atas kasur, lebih baik ia langsung ke kamar mandi.

Ally mengambil ransel milik Dave, mengisinya dengan dua selimut tebal dan beberapa makanan yang sudah ia beli tadi. Awalnya Deviana tidak mengizinkan mereka berdua untuk membolos, tapi karena melihat wajah merajuk Ally, perempuan paruh baya itu mengizinkan mereka.

Setelah memasukkan apa yang akan mereka butuhkan, Ally menutup restleting ransel Dave, meletakkannya di samping tempat tidur. Kepala Ally mendongak begitu Dave membuka pintu kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuhnya.

Tak lama Dave selesai memakai bajunya, dan langsung menghampiri Ally yang sedang duduk dipinggir ranjangnya. Kedua alisnya menyatu karena melihat tas yang ada di samping ranjangnya.

"Kita mau kemana?" tanya Dave.

"Lihat saja nanti."

***

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang