Dua Puluh Dua

5.1K 304 4
                                    

Cuma mau kasih tau, guys. Part ini flashback Theo sama Ally waktu mereka berdua baru ketemu.

Happy reading!

-_________-________-_______-________-_______-_______-_______-_______-


Author's pov

Ally berjalan dengan kesal, meninggalkan tempat tinggalnya. Sejak bertemu dengan Clarke, Xander jadi jarang di rumah. Dia sering menghabiskan waktunya untuk berkencan dengan Clarke. Dia bilang pada Ally, 'Kau belum pernah merasakan cinta, jadi kau tidak tahu bagaimana rasa nya bahagia memiliki seorang kekasih.'.

Dalam hatinya, dia terus mengomel. Memangnya kau harus memiliki kekasih untuk bisa merasakan cinta. Semua orang bisa merasakan cinta, dan semua orang pantas meraskannya, bahkan penjahat sekali pun.

Ally menoleh ke kanan dan ke kirinya, ia tidak tahu kenapa bisa berada disini, tepatnya di jembatan tua di sudut desa. Kakinya membawa dan menuntunnya disini. Tapi dia tidak keberatan disini.

Tempatnya yang sepi membuatnya langsung menyukai nya. Sangat tenang, hanya suara hewan – hewan malam yang berbunyi. Suara jangkrik, burung hantu, dan hewan malam lainnya. Ally menghirup nafas dalam – dalam, menikmati sejuknya malam ini.

Baru saja menikmati malamnya, suara menganggunya. Ally menajamkan pendengarannya. Dia langsung melesat menuju suara yang menganggunya, begitu tahu jika suara itu bukan berasal dari binatang.

Kakinya terhenti pada pemakaman umum tua yang sudah tidak terawat. Dia menutup mulutnya, menahan teriakannya supaya tidak keluar. Bau anyir darah memenuhi indra penciumannya, membuat matanya menyalang merah menciumnya.

Ally berusaha menahan nafsunya, menghilangkan perasaan panas pada tenggorakan dan perutnya, menggelengkan kepalanya untuk mengusir sakit pada kepalanya. Dia melangkah menghampiri penyebabnya merasakan seperti ini.

Dia menarik nafasnya dalam – dalam, memejamkan matanya. Tak lama, ia kembali membuka matanya yang sudah kembali menjadi coklat. Ally berdiri tiga langkah di depan pria yang masih asyik nya menghisap darah buruannya. Tangannya terlipat di dada, menatapnya tajam.

Ally terperangah karena pria itu baru saja mendorong buruannya menjauh. Terjatuh lalu menumpuk pada buruannya yang sudah mati terlebih dahulu. Ally kasihan melihatnya, ia menghitung korbannya, terperangah tidak percaya.

"Kau baru saja membunuh lima belas orang?" tanyanya tidak percaya. "Lima belas?!" pekiknya.

Pria itu mengelap darah yang tersisa pada bibir dengan punggung tangannya. "Memangnya kau peduli?" sahutnya.

Ally mendelik, tentu saja dia peduli. "Bagaimana jika orang yang kau bunuh adalah paman dari orang lain, Ibu dari orang lain, tante dari orang lain, dan bagaimana-"

Ucapannya terhenti karena bibir pria itu menciumnya. Ally meronta – ronta sambil memukul dada bidangnya. Tak lama pria itu melepaskan ciumannya. Menyeringai lebar dan menatap Ally yang terlihat shock.

PLAAKK

"What the hell?!" Seakan tersadar dengan dunianya, Ally menampar pipi pria itu. Mengusap kasar bibir nya yang sudah dinodai oleh pria asing di pemakaman tua.

Pria asing yang baru saja mencuri ciuman pertamanya. Ciuman yang akan diberikannya untuk orang yang akan menempati hatinya suatu saat nanti. Diambil paksa oleh pria asing yang baru ditemuinya hari ini, malam ini, dan beberapa menit yang lalu.

Ally melesat pergi menjauhinya, takut jika pria itu kembali melakukan hal senonoh padanya. Pria itu terkekeh geli, senyumnya melebar. Mengelus pipinya yang tadi baru saja ditampar, lalu melesat mengejar Ally yang sudah meninggalkannya duluan.    




***







Remember to

Vote

and

Comment


Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang