#7# The Wedding

7.2K 709 96
                                        

Sehun sudah berdiri menghadap pada seorang pendeta. Di belakangnya, deretan bangku di dalam gereja itu tampak kosong dan hanya terisi oleh beberapa orang saja. Kemudian bangku yang terletak pada deretan paling depan, diisi oleh Kristal dan Yeri yang duduk bersebelahan dalam balutan dress sederhana mereka.

Alunan musik khas pernikahan mengalun dengan lembut. Irene mengapit lengan Kai, berjalan dengan memakai gaun pernikahan yang indah serta satu tangannya membawa sebuket bunga mawar berwarna putih.

Kristal, Yeri beserta para tamu undangan yang disewa oleh Sehun berdiri untuk menyambut kedatangan mempelai wanita. Mereka semua bahkan menatap Irene dengan pandangan mata bahagia.

Kai dan Irene lantas berhenti tepat di depan Sehun, dimana lelaki itu melempar senyuman tipis dan menyambut satu tangan Irene dengan sikap yang begitu hangat. Keduanya kini berbalik untuk menghadap pada seorang pendeta tua yang juga tersenyum menyaksikan kedua calon mempelai yang tampak serasi menurut penilaiannya.

"Keluarga dan sahabat terkasih yang telah berkumpul di dalam tempat yang indah ini, apakah anda dengan tulus bersedia menyr calon mempelai wanita kepada pria ini dalam sebuah kunci pernikahan?"

"Ya," jawab Kai tegas. Kemudian Kai melangkah mundur dan duduk bergabung bersama yang lain.

"Oh Sehun, bersediakah kau dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh kerabat semua, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang, untuk mencintai dan menghargai wanita yang kini berdiri disisimu? Apakah kau berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia selama-lamanya hingga akhir hidupmu?"

"Ya, aku bersedia."

Sang pendeta pun menanyakan hal yang sama kepada Irene hingga gadis itu menjawab hal yang serupa.

Keduanya kemudian saling menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis.

Cincin itu berbentuk lingkaran sempurna yang berarti tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir. Sehingga sampai masa tua, hingga kematian tiba dan sampai selamanya, keduanya harus mempertahankan janji suci yang tidak dapat diganggu gugat ini.

Sehun dan Irene kini saling berhadapan dan saling menatap dalam diam. Dan seperti kebanyakan pasangan yang menikah lainnya, lelaki diijinkan untuk mencium mempelai wanita. Jadi secara otomatis, Sehun pun memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Irene dan itu membuat Irene langsung membelakan kedua matanya. Belum cukup sampai disitu saja, Sehun justru mengecupnya sekali lagi dan bahkan sampai pada tahap lidahnya dengan lancang menyusup kemudian mempermainkan lidah Irene. Ciumannya menuntut, penuh nafsu, hingga Irene tidak bisa berbuat banyak selain membalasnya dengan rasa terpaksa.

Dalam hati Irene sebenarnya mengutuk, lalu secara perlahan-lahan ia pun mendorong tubuh Sehun agar menjauh dan segera melepaskan tautan bibirnya.

Sehun berhenti mencium sambil menahan dirinya untuk tidak tertawa begitu melihat wajah Irene sudah memerah dengan mata sedikit melotot marah.
Ia hanya menjulurkan lidahnya seolah mengatakan "santai saja Ren, ini bukan ciuman pertama kita, kan?"

Para tamu undangan yang jumlahnya tidak lebih dari selusin itu bertepuk tangan menyaksikan keduanya kini telah resmi menjadi sepasang suami istri. Tepat bersamaan dengan itu, Irene lalu melempar sebuket bunga yang sejak tadi berada dalam genggaman tangannya. Dan kebetulan bunga itu didapatkan oleh Kristal secara tidak sengaja.

"Ya ampun...tapi aku belum ingin menikah, bagaimana ini?"

*

Sehun membawa Irene ke apartemennya malam ini setelah mereka berpesta di sebuah restoran masih dengan mengenakan pakaian pengantin. Sehun merasa sedikit mabuk karena terlalu banyak meminum wine. Sesekali ia cegukan dan bahkan sampai ketiga kalinya ia salah memencet sederet kode masuk apartemennya sendiri.

Hey, Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang