#27# Be a Wise

6K 572 63
                                        


Irene menengadah menatap pada langit biru dari kaca jendela kamarnya yang setengah terbuka. Pagi ini adalah hari pertama ia akan menjalani ujian semester. Semalam suntuk ia belajar dan berharap ia bisa melewati ujian itu dengan mudah.

Irene kemudian keluar dari kamar kostnya dan tertegun mendapati Sehun juga baru keluar dari kamar sebelah.

"Kau..kapan datang kemari?" tanya Irene dengan mimik wajah tidak mengerti. "Kau ingin tinggal disini lagi?"

"Tengah malam aku kemari, aku hanya akan tinggal selama ujian saja. Kau benar jika jarak dari sini tidak begitu jauh menuju kampus, jadi aku tidak perlu bangun terlalu pagi dan bisa sedikit bersantai. Mau ikut denganku?"

"Tidak, tidak, " tolak Irene dengan cepat. "Berbahaya sekali turun dari mobilmu di depan anak-anak kampus. Bisa jadi siang nanti aku mati dipenggal kepalanya oleh mereka."

Sehun tertawa mendengarnya, lalu dengan lambaian tangan kecil ia berlari menuruni tangga sembari berteriak," Semangat Ren, semoga ujianmu berhasil ya!"

Irene hanya geleng-geleng melihatnya. Ia lantas turun menyusul langkah Sehun dengan satu tangan memegang ponsel yang kini menempel di telinga kirinya.

[Maaf aku tidak bisa mengantarmu, bagaimana kalau sepulang ujian saja kita bertemu? Serius aku janji akan menjemputmu di kampus]

"Ya sudah kalau begitu."

[ Ngomong-ngomong, apa semalam kau sudah belajar? Semoga ujianmu hari ini berjalan lancar  dan jangan lupa untuk berdoa sebelum mengerjakannya]

"Iya, iya Chan, tumben kau jadi cerewet begini. Aku akan segera berangkat, aku tutup dulu ya."

Irene tersenyum memandangi ponselnya sebelum ia memasukannya ke dalam tas. Gadis itu lebih sering berjalan sendirian setelah hubungan persahabatannya dengan Yeri sedikit memburuk. Lagipula Yeri berhak marah padanya karena Irene sendiri mengakui bahwa dirinya memang bersalah.

Berbicara mengenai ujian, nyaris seluruh mahasiswa menganggapnya sebagai momok yang menakutkan. Tapi Irene tidak mau terbebani dengan pemikiran semacam itu. Ia ingin ujian segera berakhir dan kembali pulang untuk berlibur di kampung halamannya, di Busan.

Sesampainya di kampus, Irene menyapa Yeri namun gadis itu hanya memasang wajah datar dan berlalu. Semenjak kejadian Chanyeol masuk Rumah Sakit, Yeri memang banyak berubah, ia tidak lagi sehangat yang dulu dan sikapnya pada Irene sangat acuh.
Irene sebenarnya bisa memahami sikap seperti apa yang kini Yeri tunjukkan. Tapi ya sudahlah, toh tidak akan selamanya Yeri mampu menjauh dari Irene selama mereka masih berada dalam satu kelas.

*

Mobil Sehun baru akan keluar dari pintu gerbang kampusnya, namun mendadak ia terhenti ketika ia melihat mobil Park Chanyeol  juga berhenti di seberang jalan. Dari arah berlawanan tampak Irene berlari kecil menenteng buku-buku tebal miliknya lalu kemudian masuk.

Baiklah, mereka pasti akan pergi berkencan, pikir Sehun yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Irene lebih memilih Park Chanyeol daripada dirinya.

Sehun kemudian menjalankan mobilnya untuk mundur dan memarkirkannya di tempat semula. Lelaki itu hanya duduk menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata. Berdiam diri disana sampai pemandangan yang menyakitkan itu benar-benar hilang dari ingatannya.

Sementara itu Chanyeol mengendarai mobilnya dalam diam. Ia tidak menunjukkan ekspresi kesedihan apapun dan matanya selalu berbinar dengan senyum yang ceria ketika Irene sesekali memandanginya.

Chanyeol hanya kembali teringat mengenai pembicaraannya dengan Yeri semalam.

Chanyeol mulai mengepak beberapa baju-bajunya ke dalam sebuah koper besar ketika Yeri mendekat dan ikut terlibat di sampingnya. Tampak kedua kakak beradik itu memang tidak banyak bicara maupun berinteraksi dalam waktu dekat ini.

Hey, Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang