"Kau sudah merusak suasana hatiku malam ini Bae Irene, bagaimana kalau kau saja yang menggantikan posisi Seohyun, hmm?"
Apa aku tidak salah dengar? tanya Irene dalam hati.
"Malam ini cuaca sangat dingin dan sepertinya akan sangat enak kalau kita bisa bercinta sekarang."
"Apa kau gila?!" Irene ingin berteriak tapi cengkeraman kuat tangan Sehun di rahang wajahnya tidak mampu membuat Irene bisa berkata dengan suara keras.
"Berani berteriak, akan kubunuh kau sekarang juga," Sehun mengancam selagi pandangan matanya semakin menggelap.
Laki-laki itu kini menyeret tubuh Irene dan membantingnya keras di atas tempat tidur. Irene yang kesulitan melihat dalam suasana lampu kamar yang temaram membuatnya hanya bisa meraba-raba mencari sesuatu untuk bisa melindungi dirinya. Tapi sayang, tidak ada sesuatu di sekitarnya selain hanya selimut tebal, dua bantal dan kasur busa empuk yang kini ia tiduri.
Samar-samar Irene mendengar Sehun mengunci pintu dan berjalan mendekat ke arahnya. Jantung gadis itu semakin bergedup kencang dan ingin rasanya ia berteriak sekeras mungkin. Tapi sebelum Irene sempat melakukannya, secepat kilat bibirnya telah berhasik dilumat oleh Sehun. Bau nafas Sehun yang beraroma alkohol membuat Irene seketika itu mual. Irene tentu saja memberontakzm, memukul-mukul lengan Sehun sekuat tenaga. Bahkan ketika ia mulai kehabisan nafas, Sehun sama sekali tidak sedikitpun menghentikan ciumannya yang terkesan kasar dan serakah.
Irene semakin tak kuasa menahan tubuh Sehun yang berada diatasnya. Laki-laki itu kini berusaha melepas baju Irene hingga suara robekan kain terdengar sangat jelas. Atasan blus katun tipis yang Irene kenakan rupanya sukses terbelah. Kemudian dengan sekuat tenaga Sehun menariknya sampai terlepas selagi bibirnya masih terus membungkam bibir Irene
Bulir-bulir air mata Irene jatuh sudah. Tenaganya mulai habis setelah beberapa menit ia mencoba melawan namun tetap gagal. Untuk berteriak meminta tolong pun sepertinya sudah sangat terlambat. Sehun telah melucuti semua pakaian Irene dengan singkat dan nafsu liar yang menguasai dirinya membawa laki-laki itu untuk berbuat lebih.
Sehun tidak peduli dengan isakan tangis yang keluar dari bibir Irene. Akal sehatnya hilang, ia masih meneruskan aksinya menciumi leher jenjang Irene yang putih bersih hingga ciuman itu menjalar ke bagian dada hingga ke bagian perut gadis itu. Kedua tangannya yang menahan pergerakan Irene pun perlahan terlepas setelah merasa bahwa dirinya sudah tidak lagi mendapat perlawanan. Irene terdiam pasrah dengan derai tangisnya yang tertahan. Sekalipin ia berontak, ia merasa sudah tidak memiliki kesempatan untuk lari dari kungkungan lelaki bejat itu.
Pada akhiernya Irene hanya dapat merelakan Sehun yang terus menciumi seluruh tubuhnya. Rasa geli dan nikmat yang seharusnya Irene rasakan hanya terasa seperti sayatan-sayatan tajam di kulitnya. Ia sama sekali tidak mencintai Sehun, bagaimana ia bisa menikmati semua itu?
Irene tidak lagi memiliki tenaga ketika Sehun mulai membuka kedua kakinya lebar-lebar. Mengusapnya dengan lembut bagian sensitif itu kemudian Irene hanya memejamkan matanya dalam-dalam sesaat setelah ia merasa ada sesuatu yang dipaksa masuk ke dalam miliknya.
Gadis itu semakin terisak karena rasa sakit yang ia rasakan benar-benar tidak pernah ia duga sebelumnya. Begitu sakit dan perih setiap kali senjata milik Sehun bergesekan dengan miliknya yang kini tidak lagi berharga.
Kedua tangan Irene meremas kuat sprei yang ia tiduri. Sementara Sehun dengan segala nafsu bejat yang merasuk di sekujur tubuhnya tampak sangat menikmati pergerakan maju mundur yang ia ciptakan dengan cepat. Mata laki-laki itu mulai terpejam dan mendesah sembari sesekali tangannya meremas kedua payudara milik Irene.
Rasa sakit dan perih yang semula Irene rasakan, perlahan menghilang. Ada rasa lain yang menggelitik aneh di area sensitifnya setelah sekian lama Sehun terus melakukan aksi maju mundurnya. Pergerakan itu semula dilakukannya secara cepat dan kasar, kemudian lambat laun berubah lebih pelan dan seirama. Tanpa sadar Irene pun mengikuti pergerakan yang Sehun lakukan itu. Desahan-desahan kecil mulai keluar dari bibirnya yang merekah merah. Tangan yang tadinya hanya meremas sprei, sekarang bergerak naik mengelus lengan Sehun dan berpegangan disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Playboy
أدب الهواةTinggal bersebelahan di tempat kost dengan seorang playboy itu, me-mu-a-kan! Mahasiswi jurusan Fashion Design berpenampilan biasa dan berkacamata tebal-Bae Irene-hidup dengan terus di bayang-bayangi segala sesuatu tentang lelaki tampan populer nan k...