Irene terbangun dari tidurnya di sofa lalu meraba-raba dimana ia menaruh kacamatanya semalam.
"Ini," Sehun membantu Irene memakainya.
Masih dengan mata yang masih berada pada level sangat mengantuk, Irene menguap samb merapikan rambutnya yang berantakan. Beberapa kali itu ia bersin. Udara semalam memang sangat dingin dan ia tertidur tanpa memakai selimut.
Sehun yang sedang duduk di sofa sambil membaca koran tersenyum-senyum melihat tingkah Irene.
"Aku baru pernah melihat seorang gadis tidur dengan sangat....ck,," Sehun menggantung kalimatnya dengan gelengan kepala." Kakimu naik ke atas, kau mendengkur, gigimu gemeletuk, luar biasa."
Irene terkejut dengan penuturan Sehun hingga membuatnya tertegun sesaat
" A-apa maksudmu kakiku naik ke atas?" Irene mendadak mengalami sesak nafas mengingat ia memang tidak memakai baju dalaman apapun.
"Ah..sudahlah, bukan hal yang pantas diceritakan di pagi hari. Cuci wajahmu dan buatkan aku sarapan, setelah itu aku baru akan mengantarkanmu ke tempat kost."
Irene tidak mendengarkan apa yang Sehun perintah, ia membasuh wajahnya di wastafel dan berjalan ke dapur dengan tatapan mata kosong. Ia masih memikirkan kata-kata Oh Sehun tentang kakinya yang naik ke atas saat tidur. Irene lalu memukul-mukul kepalanya sendiri dengan bodoh. Membayangkan lelaki itu memandangi miliknya dengan ekspresi nakal, menjijikan!
Aekarang Irene mencoba melupakan hal memalukan itu. Ia menghempaskan nafas panjang dan membuka lemari pendingin, mengeluarkan apa saja yang ada didalam sana yang bisa untuk dimasak.
"Sehun, kau suka makanan pedas tidak?," tanya Irene yang teringat akan pesanan Sehun di cafe Orion waktu itu.
"Pagi hari tidak baik sarapan dengan sesuatu yang pedas. Aku tidak terlalu menyukainya."
"Baiklah," Irene memasukan kembali semua bahan-bahan yang akan ia masak dan hanya membuat dua telur mata sapi. Satu untuknya dan satu untuk Sehun.
Sehun yang menghirup bau sedap segera beranjak dari duduknya, kemudian melangkah lambat masuk ke dalam dapur. Lelaki itu berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada mengamati Irene yang sedang memasak dan tentunya mengamati bentuk tubuh Irene dengan bajunya yang menerawang itu. Sebentar-sebentar ia tersenyum.
Irene yang merasa sedang menjadi bahan ejekan Sehun, sedetik menoleh. Ingatannya kembali pada kalimat kakinya yang terangkat ke atas. Wajahnya mulai merona dan ia menghindari tatapan mata Sehun yang seolah tengah mengintimidasinya.
" Sehun..."
"Hmm,"
"Apa semalam kau melihatnya? Lupakan saja kalau kau memang melihatnya."
"Melihat apa? Apa maksudmu?" tanya Sehun yang memang tidak mengerti kemana arah pembicaraan Irene.
Gadis itu meletakan telur mata sapinya ke dalam piring lalu menaruhnya di atas meja. Mata Sehun melotot melihat menu sarapannya yang terlampau sederhana.
"Hanya itu?"
"Kau bilang tidak suka masakan pedas kan?" Irene dengan acuh mengambil nasi dan menaruhnya di piring Sehun." Makanlah, dan tidak usah banyak berkomentar," cetusnya dengan nada sengit.
Sehun terpaksa duduk dan memakan sarapannya dengan wajah tidak bersahabat. Tapi baru saja ia menyuap beberapa sendok nasi, tiba tiba lelaki itu tertawa hingga membuat nasi di dalam mulutnya muncrat keluar ke arah Irene yang duduk tepat di depannya. Entah bagaimana ia teringat kembali saat melihat gaya tidur Irene semalam. Sehun yang ingin buang air kecil terpaksa bangun dan karena ia ingin mengambil segelas minuman, ia pun berjalan keluar dari kamar. Sehun baru akan menuangkan air ke dalam gelas begitu matanya menangkap sesuatu yang membuatnya sedetik membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Playboy
FanfictionTinggal bersebelahan di tempat kost dengan seorang playboy itu, me-mu-a-kan! Mahasiswi jurusan Fashion Design berpenampilan biasa dan berkacamata tebal-Bae Irene-hidup dengan terus di bayang-bayangi segala sesuatu tentang lelaki tampan populer nan k...