#5# Gonna Marry You

7.8K 758 50
                                        

Sehun mendorong paksa Irene untuk masuk ke dalam sebuah salon mahal. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa Sehun langsung membawanya kesana.

"Kau pikir aku akan mengajakmu makan malam dengan pakaian konyolmu itu?" Sehun menunjukan celana training yang Irene pakai dengan kedodoran. Warnanya saja sudah beladus dan kainnya sudah benar-benar terasa kasar.

"Aku sebenarnya bisa memakai dress milikku, tapi kau malah buru-buru menarikku keluar. Ini salahmu, jadi jangan merendahkanku seperti itu!" Irene membela diri.

Malas mendengar ocehan Irene yang menurutnya tidak berguna, Sehun menyuruh salah satu karyawan salon untuk segera merubah penampilan Irene dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.

Sehun sendiri disibukan dengan memilih pakaian apa yang akan ia kenakan nanti dan pilihannya tersebut jatuh pada sebuah tuxedo hitam yang membuatnya sangat terlihat semakin tampan dan maskulin. Lelaki itu kemudian duduk dengan bosan sambil membuka-buka majalah yang sebetulnya sama sekali tidak ia minati. Beberapa kali ia melirik jam tangannya yang masih menunjukan pukul enam sore. Dan itu artinya, mereka masih memiliki waktu satu jam lagi untuk pergi ke perjamuan makan malam bersama keluarga Chou.

Terlalu kama menunggu di dalam ruangan yang ber AC, Sehun bahkan sampai ketiduran di sofa dan baru dibangunkan oleh salah satu karyawan salon yang mengatakan bahwa Irene sudah selesai berdandan.

Tirai berwarna merah marun pun terbuka. Menyambut kemunculan Irene dalam balutan dress berwarna kuning gading dengan sepatu berhak tinggi yang menunjang bentuk tubuhnya menjadi lebih proporsional. Rambutnya ia gerai dengan pita berbentuk kupu-kupu kecil di bagian atas telinga kirinya.

Tidak ada ekspresi kekaguman yang Sehun tunjukan mesti sebenarnya ia sempat tertegun melihat perubahan Irene. Lelaki itu memutuskan untuk mendekat dan menyuruh Irene untuk berputar beberapa kali di hadapannya.

"Apa?"

Sehun menutup mulutnya dengan satu telapak tangan, menahan diri untuk tidak tertawa dan itu benar-benar membuat Irene ingin sekali mencakar wajah lelaki aampai hancur.

"Demi Tuhan, Irene... kenapa aku baru menyadarinya sih. Apa kau ini benar benar seorang wanita? Kenapa dari arah depan, samping maupun bagian belakang tidak ada dari tubuhmu yang terlihat menonjol sedikitpun?" lagi-lagi Sehun tertawa, mengabaikan tatapan tajam yang sejak tadi Irene arahkan padanya.

"Apa kau lupa bagaimana kau menikmati tubuhku malam itu? Brengsek!"

"Kau juga menikmatinya."

"Tapi kau memaksaku, perbuatanmu sangatlah tidak berperikemanusia--,"

Sehun dan Irene saling menatap dalam diam selang beberapa detik. Kemudian keduanya menoleh dan menyadari jika pembicaraan mereka rupanya terdengar jelas oleh beberapa karyawan salon yang ada disana.

"Oh..ma-maaf," Irene meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sementara Oh Sehun hanya berdecak kesal.

Irene tidak lagi banyak bicara ketika Sehun berjalan ke arah kasir. Mengeluarkan kartu kreditnya sekaligus memberi tips pada karyawan yang telah berjasa merubah seekor itik buruk rupa menjadi secantik Cinderella.

"Sehun, tunggu...!" Irene berusaha mensejajari langkah Sehun dengan cara berjalan yang aneh. Ia tidak terbiasa memakai sepatu berhak tinggi.  Dan ia merasa setiap kali kakinya melangkah, tubuhnya oleng ke kanan dan kiri seakan ingin terjatuh.

Benar saja, saat Irene berlari kecil mengejar Sehun yang hendak masuk ke dalam mobil, satu hak sepatunya terlepas akibat tersandung. Tubuh mungil itupun sukses membentur punggung Sehun sebelum akhirnya mendarat sempurna pada jalan beraspal.
Irene secara reflek mengerang kesakitan memegangi lututnya yang berdarah.

Hey, Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang