Chanyeol baru pulang ke rumah dan langsung masuk ke kamar mandi. Ia tidak memberitahu kepada Yeri bahwa dia baru saja pergi berkencan dengan Irene, sahabat terdekatnya.
Yeri yang sudah lama curiga, diam-diam berjalan berjinjit agar tidak menimbulkan suara saat masuk ke dalam kamar kakaknya. Yeri mengamati kamar itu sesaat dan matanya mengarah langsung ke meja kecil yang ada di sudit ruangan, dimana dompet dan ponsel Chanyeol tergeletak di sana.
Bunyi gemericik air dari kamar mandi membuat Yeri sedikit merasa lega, kakaknya kemungkinan besar tidak akan tahu ada orang lain di dalam kamarnya. Yeri lalu meraih ponsel berwarna silver itu dan membuka menunya. la tahu kakaknya pelupa dan tidak akan memasang kode apapun untuk membuka benda pipih tersebut. Gadis itu langsung menuju ke menu pesan dan membaca semua daftar nama yang berderet disana. Benar saja, ia mendapati nama Irene diantara nama- nama lain yang berada pada posisi paling atas. Sesaat Yeri menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa kegiatan mengintainya ini tidak diketahui oleh siapapun.
Mata Yeri terbelalak membaca beberapa pesan dari Irene untuk kakaknya. Kecurigaannya benar, Irene dan Chanyeol memang memiliki hubungan spesial melebihi seorang teman dekat. Yeri merasa kesal, ia marah, dan karena tidak mau tindakan ini diketahui, ia pun menutup kembali ponsel kakaknya dan segera pergi dari sana.
Yeri langsung membanting tubuhnya di tempat tidur dan menangis seribanya ia di kamar. Bagaimana bisa Irene melakukan hal buruk itu dan tidak memberitahunya. Bukan hanya itu saja, bahkan Yeri pernah menjadi salah satu saksi kisah cintanya dengan Sehun di pernikahan kala itu. Apa Irene tidak sadar?
"Irene kau sangat keterlaluan!"
*
Sehun diam saja terduduk di sebuah sofa bulat ketika ia mengantar Irene ke butiq milik Yoona. Matanya hanya terus mengarah pada setiap pergerakan Irene yang melangkah kesana kemari. Ia bahkan tidak banyak bicara dan terkesan dingin.
"Dia kenapa sih?" tanya Yoona pada Irene. Kedua gadis itu tengah berdiri diantara deretan baju-baju dan menatap Sehun dengan ekspresi yang sama.
"Entahlah, kak," Irene mengedikan bahunya kecil karena memang ia juga tidak tahu.
"Apa kalian berdua sedang bertengkar?"
"Tidak."
Yoona menatap lekat-lekat adiknya dan memutuskan untuk mendekat.
"Kau sakit?" satu telapak tangan Yoona menempel di kening Sehun, tapi dia tidak merasakan panas seperti orang yang sedang demam atau apa. "Wajahmu terlihat seperti kau sudah tidak memiliki semangat hidup."
Sehun menepis tangan Yoona tanpa membalas satu katapun. Lelaki itu justru menyuruh Yona untuk menjauh dan meneruskan aktifitasnya bersama dengan Irene. Sementara itu dirinya sendiri hanya terus terdiam dan merenung.
"Tumben adikku sangat aneh," Yoona setengah berbisik di telinga Irene. "Cobalah kau hibur dia, tidak biasanya dia sediam itu. Ajak dia pergi karaoke atau jalan-jalan, dia kan paling suka menghambur-hamburkan uang."
Irene yang tidak memiliki pilihan lain hanya mengangguk mengiyakan.
Menuruti saran Yoona, sepulangnya dari butiq, Irene meminta Sehun untuk menghentikan mobilnya di sebuah taman kota. Ia menarik tangan Sehun yang masih malas-malasan untuk mengikuti langkahnya berjalan dan duduk di sebuah bangku kayu panjang di bawah pepohonan rindang.
Sekitar sepuluh menit kedepan keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing dan hanya duduk bersebelahan dengan suasana yang kaku. Sesekali saja Irene melirik ke arah Sehun yang terus saja menatap ke depan dengan sorot matanya yang kosong.
"Sehun...."
"Ehmm?"
"Apa bedanya seorang suster dengan sebutir kecambah?" Irene mencoba membuat lelucon lucu agar suasana diantara mereka bisa sedikit mencair.
![](https://img.wattpad.com/cover/79532024-288-k725729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Playboy
ФанфикTinggal bersebelahan di tempat kost dengan seorang playboy itu, me-mu-a-kan! Mahasiswi jurusan Fashion Design berpenampilan biasa dan berkacamata tebal-Bae Irene-hidup dengan terus di bayang-bayangi segala sesuatu tentang lelaki tampan populer nan k...