#16# Hurt

7.4K 660 115
                                    

Bagaimana jika suatu saat nanti aku mencintaimu?" tanya Sehun pelan.

Irene menggelengkan kepalanya lemah.

"Tidak, jangan. Aku menyukai orang lain, jangan merubah perasaanku padanya."

Sehun duduk minum-minum di sebuah bar bersama sahabatnya, Kai. Malam ini dia tidak banyak bicara, hanya menunduk dan menyesap sebatang rokoknya dalam diam.

Baiklah dia tidak memiliki hak sepenuhnya atas Irene. Tapi di sisi lain, begitu mendengar Irene dengan jujur berkata bahwa ia menyukai orang lain, ada sebersit rasa sakit yang Sehun rasakan jauh di dalam hatinya yang terdalam. Bagaimanapun, Sehun adalah suami Irene.

"Ada sesuatu? Kau sepertinya tidak dalam suasana hati yang baik," tanya Kai yang menyadari sahabatnya sedang murung dan sedari tadi terus terdiam." Apa kau baik baik saja?"

"Hmm...," Sehun mendongak dan ia menenggak minumnya sekali habis. "Dia mengacuhkanku."

"Siapa?" Kai menoleh. " Gadis manalagi yang sedang kau dekati sekarang? Siapa namanya?"

"Bae Irene."

"Hah?" Kai hampir tersedak saat meminum wine-nya. "Maksudmu, kau sedang membicarakan tentang istrimu?" Kai menunjuk Sehun dengan jarinya. Kemudian Kai mengatur ekspresi wajahnya senormal mungkin saat Sehun tidak merespon keterkejutannya. "Oke, Bae Irene ternyata sanggup membuatmu sesedih ini, haaa...sangat lucu!"

Sehun tidak menampik ucapan Kai, dia hanya terus minum dan minum sampai perutnya terasa begah.

"Ah, tapi...apa kau serius kau ini sedang kesal karena istrimu?" Kai yang masih belum percaya, segera merebut gelas dari tangan Sehun. "Hey, katakan padaku!"

Sehun merebut gelasnya kembali dengan wajah sengit dan menuangkan sisa minumannya hingga airnya penuh dan meluber ke setiap sisi gelas. Dia tertawa kecil lalu meminum wine-nya dalam sekali tembakan. Wajahnya lalh mendongak ke atas menatap kosong pada langit-langit ruangan.

"Yura wanita brengsek, Seohyun juga tidak berbeda jauh, semuanya brengsek. Kenapa mereka bisa setega itu menyakiti Ireneku, eoh?" Sehun yang sudah mabuk berbicara macam-macam, ia menggumam dengan tidak jelas perihal kejadian penyekapan istrinya yang terjadi beberapa waktu lalu. "Aku dipaksa menikah dengan Tzuyu," kali ini Sehun tertawa miris. "Memangnya siapa dia? Cantik memang, tapi aku tidak menyukainya. Lalu aku menikahi Irene karena aku menidurinya, dan dia...arght, hidupku ini aneh!" Sehun bangkit dari duduknya lantas berjalan mondar-mandie kesana kemari.

"Kau baru sadar kalau kau itu memang aneh, sangat aneh. Kemarin kau mengatakan benci, hari ini kecewa, besok apalagi? Hey Sehun, hati-hati dengan langkahmu, kau mau kemana?"

Sehun mulai kehilangan arah dalam melangkah. Ia hampir saja menabrak meja pengunjung lain jika saja Kai tidak cepat-cepat meraih lengan sahabatnya.

"Pulang," jawab Sehun cepat.

Kai yang cemas mengikuti Sehun dari belakang. Ia juga menahan tubuh Sehun agar jalannya tidak sempoyongan saat keluar dari bar.

"Biar kuantar kau pulang, kau ini tumben sekali sampai mabuk berat begini," Kai mendudukkan Sehun di dalam mobil, lalu ia berjalan memutar dan masuk ke tempat duduk kemudi.

"Dia menyukai orang lain, bukan aku..,"

Kai yang mulai menyalakan mesin mobil hanya melirik sekilas ke arah Sehun, keningnya berkerut.

"Aneh rasanya jika orang sepertimu bisa kesal karena seorang gadis."

*

Irene membuka pintu apartemen dan terkejut melihat Kai memapah Sehun untuk masuk. Irene hanya mengikuti mereka berdua masuk ke dalam kamar.

Hey, Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang