Hari ini adalah hari ke empat Sehun ada di daerah pegunungan Insanwang bersama dengan beberapa model beserta kru lainnya. Mereka melakukan pemotretan untuk iklan pakaian musim dingin di wilayah itu padahal suhu udara sedang ekstrim.
Sehun selesai mendapat giliran dan ia duduk di sebuah kursi dengan payung besar yang melingkar tepat di atas kepala. Ia merapatkan resleting jaket dan melingkarkan syal untuk menghangatkan tubuh. Hidungnya sudah memerah dan berkali-kali lelaki itu tampak bersin-bersin. Untung saja ini merupakan hari terakhir mereka melakukan pemotretan karena Sehun merasa tubuhnya sudah tidak fit dan mulai terserang flu.
Sambil menunggu model lain menyeleseikan pekerjaannya, Sehun iseng membuka akun sosial media miliknya. Dia memposting beberapa foto dirinya disana, bersikap narsis seperti kebanyakan orang-orang pada umumnya. Followernya memang banyak, jadi ia kerap menyapa mereka dengan cara seperti itu.
Bosan berkutik dengan dunia maya, Sehun membuka kotak pesan dan menemukan beberapa kiriman yang belum sempat ia baca. Tapi kebanyakan pesan itu berasal dari Yura serta gadis-gadis lain yang menanyakan mengenai kabar dan keberadaannya. Mereka bahkan tidak malu mengajak Sehun untuk berkencan, pergi ke klub malam atau pun bercinta. Sayangnya Sehun sedang tidak berminat dengan mereka akhir-akhir ini. Jadi ia membiarkan saja puluhan pesan itu tidak terbalas. Permasalahannya dengan ibu dan ayahnya sekarang jauh lebih penting dari sekedar urusan wanita dan bercinta. Rupanya lelaki itu sedang berada di titik jenuh dengan status playboy yang melekat pada dirinya.
Sehun kemudian teringat akan Yoona, jarinya mulai mengetik pesan di menu ponselnya.
"Tolong aku,"
[????]
"Kapan kau akan kembali?"
[Tidak tahu, kenapa?]
"Kembalilah secepatnya, aku butuh bantuanmu."
[Rasanya aku bosan mendengar hal itu darimu]
"Kau menyayangiku kan? Please.."
[Maaf, rasa semacam itu sudah lama hilang sepertinya. Tapi, apa benar kau sudah menikah?]
"Ehm, benar."
[Siapa gadis malang itu?]
"Kau tidak perlu tahu."
[Well...oke, selamat tinggal]
"Hey tunggu, aku janji akan mengenalkannya padamu. Dia bukan seseorang yang cukup spesial. Dia juga tidak begitu penting untukku sebenarnya..."
[Apa ada sesuatu yang terjadi, seperti hamil misalnya?]
"Kau benar, tapi dia tidak hamil kurasa. Aku menggaulinya dan menolak perjodohan dengan keluarga Chou."
[Ya ampun, pergi ke neraka saja sana. Kau pikir hidup ini main-main ya!]
"Kak, tapi aku sangat membutuhkan bantuanmu. Kau tidak mau melihat adikmu hidup menderita kan? Ayolah..."
"Ah dasar bocah gila!"
Sehun tersenyum membaca balasan terakhir pesan yang ia dapat. Yoona sangat menyayanginya dan tidak mungkin Yoona mengabaikan permintaan Sehun. Dia satu-satunya orang yang Sehun harap bisa membantu permasalahannya saat ini.
*
Irene baru saja turun dari lantai atap, kemudian menatap pintu kamar kost Sehun dengan sengit seakan pintu itu juga sama menyebalkannya dengan pemiliknya.
DUK DUK DUK!!!!!
Irene dengan gemas menendang-nendang daun pintu itu dengan keras. Mulutnya banyak mengumpat kalimat kotor yang tanpa ia sadari seseorang di seberang kamar kostnya sedang memperhatikan sikapnya yang urakan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/79532024-288-k725729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Playboy
FanfictionTinggal bersebelahan di tempat kost dengan seorang playboy itu, me-mu-a-kan! Mahasiswi jurusan Fashion Design berpenampilan biasa dan berkacamata tebal-Bae Irene-hidup dengan terus di bayang-bayangi segala sesuatu tentang lelaki tampan populer nan k...