#20# I. Love.U

6.1K 593 102
                                        

"Aku tidak begitu menyukai makanan pedas," Chanyeol menolak saat Irene menyuapinya kaki ayam pedas

"Oh begitu, maaf kupikir kau suka," Irene menurunkan tangannya yang belepotan sambal dan menjilati ujung jarinya satu-persatu sementara keringatnya bercucuran di sekitar kening.

Malam ini, ia dan Chanyeol pergi untuk makan berdua di sebuah kedai sambil menikmati Soju. Kedai itu adalah kedai dimana Irene dan Sehun pernah makan disana setelah mereka bertengkar di restoran karena masalah kartu kredit. Yang membuatnya berbeda adalah, Sehun mau memakan apa saja yang Irene makan sementara Chanyeol lebih sedikit pemilih dan sangat anti pedas.

"Maaf," kata Irene sekali lagi. "Semua menu makanan disini kebanyakan memang pedas, tidak seharusnya juga aku merekomendasikan tempat ini untukmu."

"Tidak masalah, aku sebenarnya tidak begitu lapar dan hanya ingin bertemu denganmu. Kau makan saja yang lahap."

Irene bermaksud ingin mengucapkan terima kasih sambil menepuk pelan sisi lengan Chanyeol, yang ada tangan kotornya justru menoda kemeja Chanyeol yang berwarna putih bersih.

"Ya ampun, a-aku tidak sengaja," Irene buru-buru membersihkannya dengan tisu namun noda itu sepertinya susah menghilang. "Duh, bagaimana ini, sudah membawamu kemari, aku malah membuat kemejamu jadi kotor. Bisa hilang tidak ya kira-kira? Ini seragam kerja yang sering kau pakai kan?"

Chanyeol meraih pergelangan tangan Irene selagi kedua sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Jangan memperlakukanku seperti aku ini orang asing di depanmu, Ren. Setelah dicuci nanti,  nodanya juga pasti akan hilang. Sudah, habiskan dulu makanmu."

Chanyeol terlalu baik. Lelaki itu tidak pernah terlihat meletup-letup saat bicara maupun saat bertindak. Dan karena hal itu, Irene tiba-tiba merasa tidak enak dengan kedekatan mereka yang entah dinamakan apa.

"Chan, bagaimana kalau Yeri tahu tentang kedekatan kita? Kurasa dia tidak akan menyukainya dan kami pasti akan sama-sama merasa canggung."

"Untuk sementara biarkan saja berjalan seperti ini, biarkan adikku tahu dengan sendirinya."

"Bisa jadi pertemananku dengannya akan berakhir," Irene kemudian menunduk, memasang ekspresi penuh kesedihan. Bayangan akan sikap Yeri yang marah sambil berteriak-teriak padanya kini memenuhi kelopak mata.

"Jangan dipikirkan, kita pasti bisa melewatinya bersama-sama," Chanyeol mengusap puncak kepala Irene dan mendorong pelan kepala gadis itu untuk bersandar di bahunya.

Selesai makan malam, Chanyeol dan Irene duduk berdua di sebuah bangku taman dengan menyaksikan pemandangan air mancur yang dihiasi lampu kerlap-kerlip disekitarnya. Mereka juga menikmati padatnya jalan besar yang nyaris membuat macet dimana-mana.

"Sudah lama aku tida menikmati suasana seperti ini dan aku senang aku menikmatinya bersamamu," tanpa ragu, Chanyeol melingkarkan satu lengannya di bahu Irene, kemudian menodngak menatap langit di atas sana. "Ngomong ngomong sejak kapan kau mulai menyukaiku?"

"Memangnya aku pernah bilang kalau aku menyukaimu?" Irene balas bertanya sebelum dirinya membuang muka akibat terlalu malu.

"Aku sering mendapatimu menatapku diam-diam."

"Itu kan hanya menatap saja, tidak ada yang aneh. Bagaimana bisa sebuah tatapan bisa diartikan sebagai rasa suka, apa alasannya?"

"Menyukai seseorang tidak butuh alasan kan?"

"Ah..kau benar."

Irene ingin mengatakan sesuatu yang lain,  tapi tidak jadi.  Pipinya langsung merona merah menahan malu dan setiap kali Chanyeol tersenyum menggoda, mulut Irene berdecih lirih. Tapi akhirnya Irene mau bersuara lagi setelah beberapa saat dirinya hanya terdiam.

Hey, Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang