#17# One n Only

6.5K 675 58
                                        

"Boleh saja," kata Irene dengan nada santai. "Tapi kurasa kau tidak perlu banyak berharap padaku. Karena aku...," Irene menjeda kalimatnya sebentar, lalu menunduk dalam, "...tidak bisa mencintaimu."

Sehun hanya mengacak-acak sarapannya di piring tanpa berniat ingin melahapnya. Sesekali ia melirik ke arah Irene yang acuh menikmati jatah sarapannya sendiri.

"Pembicaraan tentang semalam, apa kau serius?" tanya Sehun di sela-sela waktu mereka duduk bersama dalam suasana yang cukup hening.

"Jangan hiraukan, orang sepertimu memang tidak akan pernah bisa mencintai. Lagipula aku tidak terlalu berharap banyak padamu. Aku juga tidak akan melarangmu dekat dengan siapapun."

"Kenapa kau berbicara seperti itu?"

"Berbicara seperti apa yang kau inginkan."  Kemudian Irene balik bertanya, "Apa aku harus memaksamu untuk mencintaiku? Apa jika aku seperti itu maka kau mau melakukannya?"

Sehun memalingkan wajah ke arah lain saat Irene menatapnya dalam. Ia sendiri juga tidak tahu apa ia bisa mencintai Irene. Perasaannya saat ini masih labil dan ia masih belum yakin bisa mencintai seseorang dengan tulus.

"Baiklah, kau memang sudah bercinta beberapa kali denganku, tapi aku masih menganggapnya sebagai nafsu saja," Irene mengelap mulutnya dengan tissue. "Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi."

Sehun terus mengamati pergerakan Irene sekecil apapun, ia baru tersadar jika kali ini Irene memakai softlens pemberiannya. Pantas saja mata gadis itu berkilau indah setiap kali Sehun menatapnya.

"Matamu sangat cantik," puji Sehun spontan.

Irene tersenyum tipis, ia meraih tas kecilnya saat berdiri.

"Biar kuantar," Sehun ikut berdiri lalu bergegas mengambil kunci mobil. Ia keluar dari apartemen dan berjalan lambat di belakang Irene menuju area parkir.

Kembali Sehun mengamati sosok Irene dari belakang. Rambutnya yang panjang tergerai sebahu, bentuk tubuhnya yang mungil dengan postur yang tidak terlalu tinggi itu menurutnya sangat biasa. Sehun sendiri bingung bagian mana dari diri Irene yang membuatnya bernafsu dan ingin selalu bercinta dengannya.

"Sehun..,"

"Eh??" Sehun tiba-tiba menghentikan langkahnya dan terkesiap saat tangan Irene mengkibas-kibas tepat di depan wajahnya. Rupanya sudah beberapa detik yang lalu mereka tiba di depan sebuah mobil sport putih diantara deretan mobil lainnya.

"Kau melamun jorok tentangku?"

"Ti-tidak, jangan sembarangan bicara. Enak saja!" jawab Sehun tergagap. Ia langsung saja membuka pintu mobilnya untuk Irene lalu menutupnya kembali. Kemudian dengan setengah berlari, Sehun memutari mobilnya sendiej dan masuk melalui pintu kemudi.

"Apa kau akan ikut bersama kami di sana?"

Sehun menggeleng lemah.

"Hanya mengantar saja. Pulang kuliah nanti aku ada jadwal pemotretan di studio. Kau pulanglah naik taxi atau suruh Yoona untuk mengantarmu."

"Baiklah..."

"Dan jangan kemana-mana setelah itu."

Irene merasa aneh, ia menoleh dengan satu alis terangkat tinggi-tinggi, "Kenapa?"

"Maksudku, beritahu aku jika kau ingin pergi ke suatu tempat. Mungkin aku bisa mengantarmu dan jangan pergi dengan orang yang tidak kau kenal. Aku takut kejadian itu terulang lagi."

"Apa kau sedang mengkhawatirkanku?" Irene tertawa kecil. "Terima kasih."

"Sepertinya kau senang jika aku mengkhawatirkanmu?" Sehun mulai menyalakan mobilnya dengan tersenyum tipis.

Hey, Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang