Proses, Benci

408 16 0
                                    

Apa proses itu selalu ada kecewa? Kalau ada, boleh aku membenci sebuah proses?

Ah, iya. Aku ini orang konyol. Mana bisa seinstan itu.

Kukira bisa hidup di dalam dunia yang kuimpikan sendiri. Kukira bisa membangun alurku sendiri.

Bagaimana bisa? Tidak mungkin hanya ada aku tanpa orang lain. Aku tahu, tapi semua itu berusaha aku enyahkan. Gila kan?

Katanya, tidak ada yang mengerti aku selain diriku sendiri. Pertanyaannya masih sama, sejauh ini, apa aku sudah mengerti aku? Apa aku sudah mengenal aku? Siapa aku?

Dan selama itu yang kutemukan hanya satu; orang bodoh.

Tujuh belas tahun melihat, tujuh belas tahun bernapas, katanya aku belum mampu berdiri. Jiwaku masih lemah.

Menangis bukan berarti lemah. Mana? Tetap saja aku dibilang seperti itu. Lagi-lagi aku harus sembunyi, diam-diam di sepinya malam. Jangan risaukan, yang keluar juga hanya ratapan tanpa air mata.

Tapi sekali lagi, nyatanya apa yang aku impikan bisa terjadi. Dan hal itu ... membutuhkan proses.

Kalau kamu, apa akan menjalani proses itu meski menelan banyak kecewa?

Atau

Kamu berhenti melangkah dan tidak lagi berharap?

Kalau aku ... tidak tahu.

4/Agustus/2016









karena hari itu sebentar lagi, belum terjadi. Tapi batinku kian meringis. Menyedihkan.


Pelepas Rasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang