Harian hitamku yang kedua.
Ini tidak akan ada bila aku tidak merasa rindu.
Ini tidak akan ada bila sesak di dadaku hilang.
Ini tidak akan ada bila aku tidak merasa kesepian.
Harian hitamku, dalam temaram lampu, aku menuliskannya diam-diam. Mendengar bisik hati yang merintih entah kenapa. Kalau aku temukan alasannya, mungkin harian ini tidak pernah aku tulis.
Rindu? Mungkin definisi rindu yang kurasakan saat ini berbeda dengan harian hitamku yang pertama. Bukan pada satu obyek, bahkan melingkupi berbagai subyek. Tahu amnesia? Aku merasa rindu pada sesuatu yang tak bisa kuingat. Tapi tentu, aku bukannya hilang ingatan.
Mungkin itu mengapa perasaan adalah yang paling peka. Aku merindukan sesuatu yang tabu, seakan ada yang hilang, dan kurasa semua itu membuatku ... kesepian.
Kesepian. Terdengar sangat memprihatinkan, ya.
Jiwaku selalu mencari, menelisik sampai relung terdalamnya. Apa yang kurang? Mengapa aku selalu merasa ada yang hilang?
Bahkan dengan aksara yang aku tuangkan pun tidak mampu menjelaskan. Mengapa aku sedih sekali hari ini? Dan hari-hari kemarin?
Ada banyak hal yang bisa aku lakukan dan aku lakukan itu. Aku mencari tempat ternyaman di duniaku. Tapi, mengapa hatiku tetap ingin menangis?
Sesak. Sesak. Sesak sekali.
Aku tidak tahan bertanya-tanya yang bahkan tidak membuahkan jawaban.
Aku bosan.
Aku letih.
Mengapa aku sedih sekali hari ini?
//20 Sept 16//
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelepas Rasa 2
PoezieAkhirnya pun, hanya, selalu, dan kutumpahkan pada kata dan kata tentang rasaku. Copyright 2016 by Aksara- //Manikdewi. #214 Poetry on 10/6/17 #164 Poetry on 15/6/17