Hidupmu, Terimalah

220 9 0
                                    

Apa kamu pernah berpikir, "Kenapa aku dilahirkan?" atau "Untuk apa aku hidup di dunia ini?"

Apa kamu pernah merasa hidupmu itu sia-sia? Apa kamu pernah menyesal akan semua yang sudah kamu jalani selama ini?

Biarkan aku bercerita.

Aku pernah merasakan semua itu, mungkin sampai sekarang. Aku pernah tersedu di pojok ruangan gelap, menangisi diriku sendiri yang tidak berdaya. Aku pernah, hampir, melakukan hal konyol karena membenci aku.

Hidupku ini, aku merasakan sebagian besarnya adalah kesia-siaan. Hidupku ini, aku merasakan kehampaan yang luar biasa. Hidupku ini, sungguh tidak berguna.

Ah, bukan.

Maksudku, akulah yang tidak berguna.

Apa saja yang aku lakukan selama ini?! Aku membencinya.

Aku membenci ketika kenyataan menamparku sangat keras. Aku, tak lebih dari seorang pecundang tanpa bakat.

Aku membenci ketika sadar, yang aku bisa hanya membebankan orang-orang. Tidak ada satu hal yang kulakukan adalah benar.

Lalu, untuk apa aku di sini? Why am I still here?!

Dan perasaanku berkecamuk. Malam itu, aku melihat diriku di cermin. Ah, bahkan bayanganku sendiri mengolokku. Dia bilang aku lemah. Dia bilang aku sangat lemah. Aku hampir menghancurkannya. Tidak. Aku menghukum diriku sendiri malam itu.

Sampai di sini, apa ada yang menganggapku gila?

Tidak apa. Aku juga merasakannya. Aku gila. Gila karena ketidak berdayaanku sendiri. Aku gila karena aku begitu lemah. Ucapkanlah lagi, kalimat itu memang benar.

Aku larut dalam kesedihan. Aku larut dalam keterpurukkan. Waktu itu, dua hari menjelang hari kelahiranku. Dan semuanya terasa kosong. Menyadari umurku yang semakin bertambah, menambah kebencian dalam diriku.

Setiap menit terasa begitu lama. Aku berjalan dalam aktivitas orang-orang tanpa minat. Aku terus berpikir, "Apakah diriku masih berguna?" Lihat, merekapun tahu apa yang harus dilakukan. Sedangkan aku? Duduk diam, menatap mereka dengan kebingungan.

Semua semakin terasa sia-sia. Aku semakin terperosok dalam jurang kebencian. Benci pada diriku sendiri.

Lalu, dia datang menamparku.

Menampar dengan kenyataan yang sama. Tetapi, dengan maksud yang berbeda. Dia menyadarkanku dan membuatku menyesal sudah memikirkan hal-hal konyol untuk mengakhiri hidupku.

Hah, aku semakin terlihat seperti orang bodoh.

Detik itu, aku punya satu alasan kuat mengapa aku lahir di dunia ini. Aku memiliki kekuatan untuk tetap tegak dan melewati semua beban yang aku miliki.

Ini baru sebagian kecil, katanya. Bertahanlah, tunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya. Bila kamu merasa lemah, maka ubahlah lemahmu menjadi kuat.

Dan aku akan berdiri kembali. Sulit, tetapi aku akan membuat diriku berguna dari hal kecil.

Bersyukur adalah kunci yang selalu Ia ajarkan padaku.

Inilah aku. Inilah hidupku. Aku membawa sebuah takdir di tanganku.

Untuk kamu yang pernah merasa sebagai aku, hidupmu tidak sia-sia. Sekalipun, tidak.

Tidak akan pernah selama kamu tidak membenci dirimu sendiri.

14-03-17
Okay, good people, love yourself from now on!

"A day may come when we lose. But keep it on your mind. It's - not - today. Cause' today, we fight!" -BTS.

(Especially thanks to my bias hahaha :*)

Pelepas Rasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang