Kamu berlari mengejar angin dan mata ini melihat hanya dari tepi. Sorak-sorai menggema dari sana-sini, sayang aku hanya dalam hati.
Kamu ingat kan, pintaku untuk berlari terus? Seperti saat ini, mungkin hampir menyamai angin. Dan aku ... berjalan hingga perlahan diam, sampai bisa meninggalkan. Matamu, langkahmu, hanya fokus pada satu pandangan; depan.
Pintaku tetaplah seperti ini. Biar rasa memudar lalu pergi. Aku tidak pernah mengatakan bahwa ini mudah. Bila mengejar hanya sia-sia, untuk apa?
Tapi hari ini, aku terpaksa membunuh rasa mati-matian. Pintaku tidak kamu penuhi dan malah berlari ke belakang; aku.
Lidahku kelu, padahal aku ingin mengatakan sesuatu. Ingin marah, tapi bibir pucatmu buatku bisu. Pantaskah aku mengkhawatirkanmu?
Dan hari ini, aku berusaha keras untuk tidak melihat kamu, untuk sekejap mengabaikanmu. Aku tidak ingin menganggap semua itu secara berlebihan, saat kamu datang dan menjadikanku sandaran. Kamu tidak tahu betapa kakunya aku. Panik tapi tidak bisa mengucapkan kata satu patah pun. Kamu ... aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak mengerti kamu.
01/09/16
A.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelepas Rasa 2
PuisiAkhirnya pun, hanya, selalu, dan kutumpahkan pada kata dan kata tentang rasaku. Copyright 2016 by Aksara- //Manikdewi. #214 Poetry on 10/6/17 #164 Poetry on 15/6/17