2

450 17 0
                                    

ALEX

Besok.

Semua akan berakhir, sekaligus dimulai esok pagi.

Hatinya sudah terlalu mantap dan pantang untuk mundur sekarang. Sudah tidak mungkin lagi berbalik. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanya maju dan menghadapi kenyataan. Juga, menerimanya.

*

Pantulan dirinya dalam setelan jas hitam di cermin membuatnya menyadari arti dari apa yang telah dia lakukan. Pagi ini akan menjadi awal semuanya. Hari bahagianya. Sebuah pernikahan yang telah dengan rapi dirancang khusus olehnya. Ia sadar, tak bisa memberikan yang lebih dari ini.

Jarum panjang arlojinya menunjuk angka tujuh, dua jam dari sekarang akad nikah digelar. Bisa ia bayangkan betapa cantiknya dia, dengan senyuman menghiasi wajahnya yang selalu Alex sukai. Baiklah, dia tidak boleh terlambat di hari seistimewa ini.

Di garasi, Alex berdoa. Berlutut disamping mobil, memohon semoga Tuhan memberkati hari ini serta tak ada satupun hal yang tak diinginkan terjadi. Doa selesai, pandangannya terpaku pada karangan bunga diatas kap. Mawar dan lili, berwarna putih yang kontras dengan bodi mobil. Cantik, bersinar. Persis dirinya.

"Alex, udah siap?"

Kepalanya hanya mengangguk sementara ia membuka pintu. Dia, selalu berdoa agar jika hari ini tiba, semua orang bisa ikut berbahagia. Termasuk dirinya sendiri.

"Ayo, mereka pasti udah nunggu kita".

Tuhan Yesus, lindungi dia. Rengkuh dia dalam kasihMu, berkatilah dia dengannya, jadikan hari ini yang paling membahagiakan di hidupnya.

Amin.

*

Janur kuning melengkung di depan gedung, seolah menyambut kedatangannya dan memberitahukan bahwa ada pernikahan yang telah ia rencanakan sejak enam bulan lalu. Ia sengaja tak mengatakan apapun padanya, Alex tidak menerima penolakan untuk satu ini. Setidaknya dia hanya ingin sebuah pernikahan yang pantas untuk wanita yang ia cintai, yang selalu ia sebut namanya dalam doa agar Tuhan senantiasa memberkatinya.

Langkahnya ringan menuju aula utama tempat ijab kabul dilaksanakan dan resepsi setelahnya. Ruangan yang indah, terasa nyaman, juga membuat dadanya nyeri di waktu yang sama. Masih. Rasa itu rupanya belum enggan beranjak dari hatinya. Sudahlah, hari ini dia harus bahagia. Pura-pura pun tak apa. Sungguh, dia baik-baik saja. Dia akan baik-baik saja.

Pukul delapan seluruh saksi, penghulu, wali, dan tentu saja sepasang mempelai siap. Seorang pria yang menjadi wali sang mempelai wanita duduk disisinya.

"Saya nikahkan, Saudara Maxmillian Al Aydrus bin Izumi Matsuri, dengan Saudari Sayyidatul Rofiqoh binti Ahmad Rofiq, dengan maskawin emas seberat dua puluh lima gram dibayar tunai."

Selesai sudah.

Pandangannya beralih ke samping kirinya, sang mempelai pria yang begitu gagah mengenakan setelan beskap putih berkalung melati. Sorot matanya tajam, genggaman tangannya menjabat tangan penghulu erat dan mantap.

"Saya terima nikah dan kawinnya dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

Hembusan napas lega dari paru-parunya yang tanpa ia sadari tertahan, serta bahunya merosot dari ketegangan saat penghulu menanyakan keabsahan akad pada para saksi dan dijawab, "Sah!". Untaian doa terucap memenuhi seluruh ruangan disertai kalimat syukur.

Perannya berakhir disini. Alex beranjak keluar tanpa disadari sekelilingnya. Dia lega, bahagia, semua yang mereka rasakan juga dirasakannya kini.

"Sehat, Lex?," seorang wanita menghampirinya dan ikut duduk di kap mobil. Alex hanya tersenyum kecil mendengarnya.

Re: Start!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang