8

176 10 0
                                    

ALEX

Saat kuliah dan dikejar deadline tugas ia berharap untuk punya sedikit waktu luang hanya untuk bersantai tanpa melakukan apapun. Dan lihat dia sekarang, lebih pas disebut pengangguran kelas berat daripada mahasiswa S2 yang sedang menghabiskan libur musim panasnya. Hari pertama Alex tiba di Surabaya dengan sukarela menyaksikan pernikahan dua sahabatnya sekaligus membiarkan hatinya remuk disaat yang sama. Sudah lima belas hari berlalu, sakitnya masih jelas terasa tiap kali teringat sejak ia tahu bahwa Say dan Max ternyata bertunangan. Itu terjadi enam bulan lalu, hampir tujuh.

Hidup selama hampir tujuh bulan tanpa bisa merasakan apapun, Alex yang paling tahu. Apa saja yang dia lakukan terasa tidak pas, semua hal tampak aneh dimatanya. Seandainya dia masih di Swiss dan sibuk berkutat dengan diktat kuliah mungkin akan sedikit berbeda. Sejak awal pulang memang bukan ide bagus. Tapi bagaimana lagi, cuma itu yang terpikirkan pertama kali. Dan selama di Surabaya kerjanya tak jauh dari laptop, bermain game online bergenre RPG yang sedang digandrungi. Disana pula ia bertemu Ferdinal dan menikah dengannya.

Karakter Ferdinal adalah pendekar perempuan seksi yang tergabung dalam guild atau kelompoknya. Saat bertarung, performa karakter Ferdinal yang bernama Rei sangat luar biasa. Dialah tutor Alex yang tidak terbiasa bermain game online. Meski masih berlevel rendah ia memberanikan diri melamar Rei, yang ternyata lelaki didunia nyata. Rei menerima lamarannya dengan senang hati. Sejak itu item yang dimilikinya secara otomatis bergabung dengan karakter yang dimainkan Alex. Pernikahan game memang begitu.

Nah, Alex baru tahu kalau Rei itu laki-laki saat kopi darat dengan anggota guild. Ternyata dari tujuh anggota hanya ada satu perempuan asli dan itupun berperan sebagai pemimpin guild dengan avatar pria gagah berkostum perang lengkap beserta senjata. Padahal kan karakter perempuan ada tiga, dan semuanya lelaki di dunia nyatanya. Yah, mungkin itu sedikit lebih baik dari melamar sungguhan dan sudah pasti ditolak.

Pertemuan itu terjadi pada hari keenamnya di Surabaya, yang untuk selanjutnya membawa Alex ke apartemen Ferdinal untuk tinggal. Bukan dia namanya kalau tidak sungkan, jadi ia meminta untuk pindah kamar. Diluar dugaan, satu-satunya kamar kosong adalah yang ia tempati sekarang, selebihnya berpenghuni. Atau paling tidak ada pemiliknya walau kosong. Menurutnya luar biasa, ribuan kamar di lima tower bisa penuh begitu. Orang Surabaya benar-benar butuh tempat tinggal dan suka investasi menurutnya.

"Yeobo, selama gua tidur di hotel aman kan?"

Chat dari Ferdinal di bagian bawah layarnya disela pertarungan ini sudah jadi ciri khasnya. Saat ini lelaki itu sedang memimpin rapat di Singapura, harusnya sih begitu.

"Aman terkendali kok, nggak ada masalah sama sekali. Kenapa?," Alex membalas dengan kemampuan mengetik dan menyerang yang sama lemahnya. Konsentrasinya terpecah.

"Gua nitip apartemen dua hari. Lu mau apa, ntar gua beliin."

Lagi-lagi merepotkan orang yang baru ia kenal.

"Nggak usah. Kamu fokus kerja aja disana, jangan ngegame melulu. Kasihan yang lain."

"Aaa~h, romantisnya dapet semangat dari suami. Kerja dulu ya, Sayang. Love you <3."

Segera saja pemain lain menyorakinya karena sempat bermesraan saat pertarungan melawan bos terakhir. Baginya Ferdinal pemuda yang lucu dan hebat. Meski tiga tahun lebih muda tapi dia seorang pengusaha sukses dibidang properti. Kepribadiannya terbuka dan tak pernah segan membantu termasuk Alex yang saat itu ingin check out hotel namun masih belum ingin pulang. Ia masih butuh waktu untuk menenangkan diri dan menstabilkan perasaannya.

Mungkin dia hanya ingin lari dari kenyataan. Alex sama sekali tak mau berhadapan dengan rumahnya sendiri. Disana terlalu banyak yang telah terjadi, tempatnya menghabiskan waktu bertiga dengan Max dan Say. Jika dia pulang, maka secara tidak langsung dia juga pasti bertemu dengan mereka. Rumah Max hanya terpisah tembok beton halaman belakang rumahnya. Rasio pertemuannya terlalu tinggi meski telah mengabaikan berbagai hal.

Level up berakhir dan beragam item ia peroleh terpampang di layar beserta skor yang menyedihkan. Kapan dia bisa sejajar dengan pemain lain kalau konsentrasinya selalu terpecah. Ia menarik napas panjang dan merebahkan diri di lantai tanpa alas. Suhu dingin cukup membuatnya merinding kala punggungnya bertemu ubin. Langit-langit memenuhi lingkup pandangannya; polos, putih bersih, dan luas.

Clara pernah berkata bahwa ia seorang lelaki dengan hati yang luar biasa lapang karena sanggup menerima hal menyakitkan tanpa membalas tindakan serupa. Pandangan orang lain padanya mungkin benar seperti itu, namun hanya sebatas yang nampak. Nyatanya Alex masih terus berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa ini semua benar terjadi. Bukan sekedar mimpi buruknya belaka.

Rupanya dia telah membangun imej demikian pada setiap orang yang dia temui. Tak ada yang tahu persis berapa sakit yang ia tahan selama hampir tujuh bulan terakhir. Menahan, tanpa pernah bisa meluapkan emosinya. Dia sungguh bukan sosok malaikat yang memberikan kado pesta pernikahan mewah pada sahabatnya, mereka yang ia sayangi namun salah satunya berkhianat dibelakang. Mungkin bukan persis begitu, tapi bagaimanapun Say tahu Alex menyukainya dan mereka berdua menjalani lima tahun bersama walau terpisah jarak separuh putaran bumi. Say menyukainya, tapi yang Alex tidak tahu apakah gadis itu juga mencintainya. Jika bisa diurai, letak kesalahannya mungkin disana.

Max. Bibirnya tersenyum pahit mengingat namanya. Bila suatu saat ia punya kesempatan untuk bicara di depan banyak orang, rasa terima kasih yang terbesar setelah pada orangtuanya pastilah untuknya. Dia lelaki yang cukup aneh dan cerdas. Mentornya saat berusaha menembus ketatnya persaingan SNMPTN, seorang kakak yang baik dan lucu, lawan bermain tenis pribadinya, serta semua hal baik selalu menyertai Max dalam ingatannya.

Sejak awal harusnya Alex mengerti. Harusnya semua tak akan jadi begini jika saja dia tak mengabaikan akal sehatnya.

Segalanya tentu akan berjalan semestinya, seperti yang sudah digariskan terjadi, bila Alex tak pernah mengungkapkan perasaannya lima tahun lalu.

***


Re: Start!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang