ALEX
Alexis, nama karakter Alex dalam game online, terus naik level hingga menyamai rekan satu guildnya. Perasaannya mulai membaik dan bisa ia alihkan emosinya lewat game semalam dan sepagian ini. Begitu anggota guild berkumpul termasuk Rei, semua takjub dengan avatar barunya. Lebih gagah dalam balutan kostum baru dan armornya berharga mahal serta cukup langka. Dengan demikian Alex tidak perlu dukungan yang lain lagi jika bertarung sendirian, cukup seorang healer saja. Tapi tetap saja masih kalah dengan Rei. Ferdinal tidak pernah tanggung-tanggung dalam membekali avatarnya dengan banyak senjata rahasia dan mahal. Diantaranya bahkan item yang sangat langka.
Pada kehidupan nyatanya Ferdinal memang orang kaya, setidaknya punya banyak uang hingga avatarnya bisa sekeren itu. Namun aneh baginya karena Ferdinal memilih untuk mengurus masjid apartemen daripada berangkat ke kantor arsiteknya atau membawahi pembangunan apartemen low end di pusat kota yang jadi proyek terbarunya. Menurut Alex, Ferdinal itu semacam pastur atau biksu yang mengesampingkan urusan duniawi demi mendekatkan diri pada Tuhan. Bedanya ia tidak sekolah kepasturan atau menggunduli rambut, malah model rambutnya sengaja dibuat messy look.
Bicara tentangnya, Alex baru ingat kalau ternyata Clara juga mengenal Ferdinal dengan panggilan Didik. Kan itu panggilan khusus untuk pegawai lepas karena kebetulan ada yang bernama Ferdi juga. Soal itu belum sempat dia tanyakan pada mereka, tapi sepertinya hubungan keduanya bagai kucing jantan berebut kucing betina.
Dibilang musuh tidak, akrab apalagi. Tiap isi percakapan pasti diperdebatkan secara sengit dimulai dari Ferdinal. Orang pendiam begitu bisa cari musuh juga rupanya. Tadinya dia kira pemuda itu bisa membaca pikiran, karena saat pertama bertemu bukannya salam atau memperkenalkan diri, justru pertanyaan 'patah hati lu parah ya?'. Entah memang Alex yang tak bisa pura-pura atau Ferdinal yang terlalu peka, intinya dia tahu garis besar yang terjadi. Dari sanalah keduanya akrab.
Patah hatinya saat itu mungkin bisa diketahui hanya dengan sedikit lirikan orang padanya. Padahal Alex berhasil mengelabui tokoh utama di pelaminan, hanya Ferdinal yang berhasil merobek topengnya tanpa sungkan. Alex masih tak tahu apakah harus pulang sekarang atau nanti, dia masih belum siap bertemu Say dan Max. Sakit di hatinya jauh berkurang dari sebelumnya, berkat Clara dan Ferdinal yang membiarkannya menangis bahkan mempersilakannya untuk berbuat apapun.
Emosinya kini stabil. Lukanya perlahan mengering, napasnya bisa mengalir lancar tanpa adanya sesak seperti tiga hari yang lalu. Tujuh bulan lamanya ia menyiksa diri, terus menyalahkan keputusannya lima tahun lalu, dan diselimuti kebencian pada dua orang yang selalu bersamanya meski mungkin sekarang kebersamaan mereka sedikit berubah.
Alex sudah memaafkan dirinya sendiri, tidak menyalahkan Say, juga mengakui memang Max yang paling tepat bersanding dengan perempuan yang tak pernah beranjak dari hatinya sepuluh tahun terakhir. Dia hanya butuh waktu sedikit lagi agar siap menghadapi mereka, yang pasti akan menghujaninya dengan pertanyaan.
Dan kini dia mengerti, bahwa Tuhan memang Maha Tahu untuk segalanya. Tuhan hanya ingin dia menyadari dan berpaling meski dengan cara menyakitkan. Fokus menyelesaikan kuliahnya tanpa peduli yang lain, urusan perempuan bisa diatur lain waktu. Toh dia sekarang punya dua teman baru yang tak kalah gila dan seru diajak berbagi.
Alex log out dari game dan untuk pertama kalinya mengecek daftar kontak di ponsel yang lama terabaikan.
Sayyidatul Rofiqoh.
Tak ada yang terjadi. Dia baik-baik saja. Hanya masih tersisa sedikit nyeri di bagian terdalam hatinya tempat nama itu bertahta selama ini.
Mungkin ini saat yang tepat untuk melepaskan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Re: Start!
General FictionClara, akuntan sebuah hotel yang menerima 'panggilan'. Alex, mahasiswa S2 yang patah hati dan melarikan diri dari kenyataan. Ferdinal, eksekutif muda dengan segala trauma di masa lalunya. Bertiga, mereka menjalin pertemanan dengan masalah dala...