5

275 17 1
                                    

CLARA

Seminggu ini Clara rajin berkirim pesan pada seseorang. Lelaki berparas manis yang dia temui lagi di kamar hotel, satu-satunya pria yang histeris saat melihatnya melucuti pakaian satu persatu, bahkan berceramah jika dia tak mau melakukannya bila bukan dengan istrinya. Astaga, rupanya masih ada jenis yang begitu walaupun sudah teramat sangat langka. Alex namanya. Clara bahkan telah terpesona sejak pertemuan pertama dengannya saat sibuk meminta maaf pada Chika yang tanpa sengaja ia tabrak.

Mereka seumuran, dan Alex hanya tinggal tiga bulan saja disini. Padanya ia bercerita jika sebenarnya selama kuliah dia LDR dengan teman masa kecilnya, dan enam bulan lalu pacarnya menerima pinangan sahabat baiknya sendiri. Alex tak pernah tahu jika mereka punya hubungan khusus, menurutnya semua berjalan biasa saja ketika dia liburan dan main bertiga. Sangat normal, sampai dia menerima kabar bahwa sahabatnya akan menikah dan pasangannya adalah kekasihnya.

Clara sangat bersimpati karenanya, dia tulus menghibur Alex. Baginya Alex punya hati yang luar biasa, dia berhak membalaskan dendam atas sakit hatinya dan pengkhianatan sahabat serta pacarnya. Tapi yang terjadi Alex bisa melampiaskannya dengan cara elegan dan sangat gentleman. Dia tidak marah-marah, dia juga tidak merusak pernikahan itu. Dia malah mempersiapkan resepsi mewah seorang diri sebagai kado untuk mereka yang mengkhianatinya. Jantan sekali kan? Mana ada orang sebaik dia?

Gadis itu tak habis pikir bagaimana cara kerja hati Alex. Lazimnya orang lain akan bersumpah serapah dan mengumpati nasibnya dengan sejuta makian terlontar. Namun lihat Alex, dia bisa menekan egonya, bernegosiasi dengan amarahnya, dan tetap mengedepankan akal sehatnya. Dia terlalu realistis, menurutnya. Mungkin harusnya lelaki itu dapat Nobel kategori perdamaian hati.

Mengingatnya saja tak cukup, Clara ingin bertemu lagi dengannya. Semalam bersamanya sama sekali tidak membosankan. Mungkin minggu besok dia bisa minta ketemu. Rasanya tak sabar menantikan dua hari lagi.

"Say, nanti aku bareng ya. Sampai Java Paragon aja. Ya?"

Ah. Suara Chika sontak mendamparkannya kembali ke alam nyata.

"Oke, Beb. Tunggu di lobi aja ya, aku juga ada kerjaan di sekitar situ," seulas senyum palsu terkulum dengan manisnya di bibir Clara. Bentuk servis paling dasar yang ia pelajari.

Sepeninggal Chika, pikirannya berkecamuk. Mungkin boleh saja dia merindukan Alex, tapi apa dia pantas? Alex sangat baik, terlalu baik untuk standar lelaki seumurnya sekarang. Dia memang polos dan tidak peduli dengan hal 'kotor' yang menyertai Clara, tetap saja ia merasa harus jaga jarak aman dengannya. Jangan sampai Alex terseret olehnya. Tidak boleh.

*

Tiga hari berturut-turut orderan Clara full time. Andai pinggangnya portabel pasti dia sembunyikan di tempat aman supaya bisa libur barang sebentar. Kliennya kali ini benar-benar gila. Dia sudah tak bisa fokus sama sekali saat menyetir pulang, seluruh tubuhnya sakit terutama di pangkal pahanya nyeri luar biasa. Benar-benar tipe orang yang ogah rugi, sedetikpun Clara tak diizinkan istirahat dan nonstop lima jam penuh melayani kliennya. Mana nanti masih ke kantor lagi. Brengsek!

Jari-jarinya masih gemetar menahan sakit, pandangannya berputar, ternyata sampai disini batasnya. Tak ada lagi lain kali, cukup sekali untuk selamanya dia dapat klien pria brengsek. Sudah hampir setegah jam dia di basement namun sekedar membuka pintu pun tak sanggup. Ia terlalu lelah, pada pekerjaannya, pada hidupnya. Pada dirinya sendiri.

*

Aroma jeruk menembus kesadarannya, membuatnya terbangun dan teringat kalau tadi dia masih didalam mobil. Sebelum subuh dia pulang, memarkir mobil di basement, dan... Astaga! Jam berapa sekarang?!

"Disitu aja, gua udah nelpon kantor lu."

Suara lelaki. Siapa? Sial, pandangannya masih kabur. Kepalanya juga agak pusing dan berdenyut saat mencoba duduk. Lagian, ini dimana? Jangan bilang ini kamar klien.

Re: Start!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang