7

208 12 0
                                    

CLARA

Akhirnya!!!

Setelah hampir dua minggu Clara bisa bertemu Alex. Jujur saja, dia sudah bosan terus bertukar pesan pada lelaki kenalannya yang menarik itu. Satu pesan singkat Line dari Alex yang memberitahukan waktu dan tempat pertemuan mereka. Jam tujuh malam di West Median Apartment kamar 1509. Ah, Clara sih sudah hapal diluar kepala nomor kamarnya. Beres lah!

Pulang kantor dia terlihat gembira, terlalu gembira hingga Chika khawatir ada sesuatu padanya. Tentu saja ada sesuatu, untuk pertama kalinya ada orang yang mau menerima dia apa adanya dan menyenangkan. Selama ini kan orang lain cenderung jijik bila tahu kerja sampingannya. Tak bisa disalahkan juga, tapi setidaknya Clara hanya ingin dipandang sama. Dan tiba di kamarnya ia segera bersiap, memakai pakaian 'normal' ala dirinya dan make up tipis. Oke, begini saja cukup.

Jantungnya berdetak lebih cepat sepanjang perjalanan ke hotel tempat Alex menginap. 1509. Astaga, sejak kapan dia jadi gampang ingat angka sih? Kadar kegembiraannya perlu dikurangi sedikit, kan aneh kalau baru kenal tapi bertingkah norak.

1509. 1509. Ah, ini dia. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya berkali-kali serta menenangkan diri sebelum mengetuk pintu.

Calm down, Clara.

Tangannya terayun mengetuk pintu dua kali. Debaran jantungnya semakin berpacu dan ia gugup. Masih bingung harus berekspresi seperti apa saat pintu didepannya nanti terbuka.

Tapi, kok lama ya? Apa Alex masih di kamar mandi? Sekali lagi ia mengetuk dan sebentar kemudian pintu terbuka...

Astaga!

Bukan. Bukan Alex yang membuka pintu. Dia lebih tinggi, lebih maskulin, lebih keren, dengan kulit lebih putih. Pria tampan yang membuat jantungnya berhenti sepersekian detik sebelum otaknya mampu membuat perintah agar kembali berdetak.

Ia tidak salah kamar, pria itu mempersilakannya masuk saat ia menanyakan perihal Alex. Itu berarti dia mengenalnya, mungkin temannya yang ikut menginap. Namun jika benar kenapa dia didiamkan begini?

Sebenarnya pria yang duduk di seberangnya ini luar biasa menawan. Garis matanya tipis, cenderung sipit dengan sorot tajam menatapnya. Jemarinya menyisir rambut depannya yang sudah rapi kebelakang, postur tubuhnya saat berdiri atau duduk sama tegap, rahangnya tegas. Tipikal pria yang 'Clara banget'.

Hanya saja, berada dalam situasi serbacanggung bersama pria yang walaupun tipe kesukaannya tetap tidak nyaman. Dia mulai bertanya soal Alex yang tak kunjung muncul dan menegaskan bahwa mereka janji bertemu malam ini disini. Pria itu memotong ucapannya dan mengingatkan Clara dengan seseorang. Suaranya ringan, mirip dubber Shinichi Kudo. Biasanya dia tidak mudah melupakan kesannya pada orang lain.

Tanpa diduga, Clara justru dibuat heran dengan tuduhan pria bersuara anime itu. Katanya dia merebut suami orang, nah, suami siapa maksudnya? Kalau memang ada kliennya yang sudah beristri, itu bukan urusannya sama sekali. Pengakuan berikutnya memperjelas sekaligus memperkeruh segala macam imej si pria di matanya.

Suami yang dia maksudkan adalah Alex. Dan Alex adalah suaminya. Suami dari pria tampan yang 'Clara banget' itu! What the fuck!!

"Gara-gara elu dia berubah! Padahal gua udah kasih hampir semua yang gua punya buat dia, tapi apa sekarang? Pasti elu penyebabnya kan?," pria itu masih menuduh Clara dengan emosi membara.

Seketika dunianya seakan runtuh dibawah kakinya.

"Mas, sori ya. Alex setauku nggak kayak yang Mas omongin deh. Mungkin Alex yang Mas maksud beda sama Alex yang aku cari," balasnya dengan telinga berdengung karena syok berat.

Re: Start!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang