ALEX
Tak pernah ku bayangkan secepat ini
Aku takutkan benar terjadi adanya
Perbedaan mengalahkan rasa
Dan kita menyerah kalah pada keadaan
Kau putuskan pergi, melepaskan kita ...
*
Sudut-sudut bibirnya tertarik hingga meninggalkan seulas senyum tanpa makna. Ditengah kemacetan menunggu lampu berganti warna dalam mobilnya Alex menikmati alunan musik dari CD player. Lebih dari lima belas menit yang lalu dia tiba di perempatan Bubutan dan hingga detik ini mobilnya hanya maju tak lebih dari dua meter.
Benaknya masih memutar lagu tadi. Penyanyi bersuara serak yang melantunkannya pasti tahu suasana hatinya. Jangan tanya isi pikirannya karena sudah pasti sama. Selalu sama.
Jemarinya mencengkeram roda kemudi hingga buku-bukunya memutih, terus mempertanyakan keputusan yang pernah ia ambil lima tahun lalu. Salahkah ia jatuh cinta pada perempuan yang berbeda dengan dirinya? Bukankah Tuhan yang menganugerahkan rasa itu padanya, lantas mengapa ia tak bisa menjalani layaknya orang lain? Mengapa semua terasa salah saat ini?
Tuhan kita cuma satu, kita yang berbeda
Hingga tak mungkin menyatu cinta yang terluka
Ku terima semua ini sebagai rahasia
Biar ku simpan selamanya kau di hatiku
Mungkin lagu ini benar. Jawaban yang ia butuhkan telah tersedia sejak lama, yang semestinya ia lakukan adalah menerima. Bahwa ia memang LDR bukan hanya terbatas jarak tapi juga kepercayaan. Jarak yang paling jauh diantara dirinya dan Say adalah perbedaan tempat ibadah, bukan perbedaan negara.
Long Distance Religionship.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Re: Start!
General FictionClara, akuntan sebuah hotel yang menerima 'panggilan'. Alex, mahasiswa S2 yang patah hati dan melarikan diri dari kenyataan. Ferdinal, eksekutif muda dengan segala trauma di masa lalunya. Bertiga, mereka menjalin pertemanan dengan masalah dala...