FERDINAL
"Clara udah tidur ya?"
Alex melirik spion tengah lalu ke samping kirinya. Ferdinal sibuk mengunyah permen karet demi menjaga kesadarannya.
"Iya. Mau ngomong apa lu tadi?"
"Maaf, Ibu emang cerewet sampai ikut ngomelin kamu. Biasanya Ibu nggak serewel itu kok, lagi emosi aja."
"Nggak masalah. Gua malah suka diomelin. Kalo bisa yang banyak."
Alex menoleh sedikit seolah memberi tatapan yang berkata, "Serius, Bro?"
"Apa? Harusnya lu juga tahu lah hidup gua selama ini kayak apa. Gua nggak pernah diomelin, apalagi udah jadi bos mana ada yang berani. Gua hidup penuh maksiat dua tahun juga nggak ada yang negur. Jadi, kalo lain kali gua mau main ke rumah lu enaknya bikin masalah aja dulu biar diomelin."
Cengiran Ferdinal menular ke Alex, sekali lagi melirik spion tengah hanya untuk memastikan gadis yang diselimuti jas Ferdinal itu masih pulas.
"Udah, lu to the point aja. Mau ngomong apa?"
"Seharian ini berapa kali kamu PHP-in Clara?"
Pertanyaan paling protektif dari Alex selama Ferdinal mengenalnya. Awalnya memang dia risih bila Alex dekat dengan Clara, entah kenapa sangat tidak suka. Namun sekarang segala bentuk kedekatan itu ia artikan sebagai 'melindungi' alih-alih 'menyukai'.
"Pertanyaan lu nggak ada jawabannya," sahutnya membungkus bekas permen karet dan memasukkannya ke asbak.
"Haha," setengah mendengus, tawa Alex terdengar sinis. "Udah nggak bisa dihitung lagi dong saking banyaknya? Gila kamu. Mundur lah, sampai kapan kamu mau mainin anak gadis orang?"
Tanggapan Ferdinal ringan saja, hanya tersenyum dan menyandarkan siku di pintu. "Lu makin lama udah macem bapaknya Clara aja, Lex. Gua nggak lagi mainin siapa-siapa."
Sekali lagi Alex mendengus, lebih kasar dari sebelumnya. Sudut mata Ferdinal mencuri pandang ke belakang, memastikan entah apa.
"Gimana perasaanmu ke Clara? Aku serius. Awas kalau kamu jawab nggak tahu."
Perasaan? Bahkan Ferdinal tak yakin berhak menyukai seorang perempuan. Dirinya yang sekarang bukanlah dirinya yang dulu, terlalu banyak noda yang tercetak dalam hidupnya.
"Ferdi? Nggak bisa jawab?"
"Aku nggak berhak suka siapa-siapa sekarang. Tidak, dengan kondisiku saat ini."
"Bullshit!"
Reflek Ferdinal menoleh ke bangku kemudi, terkejut atas umpatan Alex padanya barusan. Belakangan dia jadi pintar mengumpatinya.
"Kondisi apa maksudmu? Kamu toh normal, sehat, doyan perempuan juga. Kamu ada trauma apa? Kenal perempuan juga baru sekali ini kok bilang trauma."
"Lu udah pernah pacaran?"
Memorinya berputar ke empat tahun silam, saat ia dan papanya meninjau lokasi pembangunan West Median. Ketika ia baru lulus kuliah dan terjun ke lapangan untuk pertama kalinya.
"Nggak tertarik, Bos," jawabnya kala itu.
"Gini ya, jadi orang nggak usah terlalu nurut. Sama omongan orang, sama agama. Lu mau pacaran, silakan. Gua nggak larang lu punya pacar, seumur lu dulu gua malah udah jadi bapak. Lu tidur sama cewek juga bebas, terserah berapapun. Tapi ingat, jangan pernah nidurin pacar lu. Seenggaknya, kalo kalian putus lu nggak ngerusak dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Re: Start!
General FictionClara, akuntan sebuah hotel yang menerima 'panggilan'. Alex, mahasiswa S2 yang patah hati dan melarikan diri dari kenyataan. Ferdinal, eksekutif muda dengan segala trauma di masa lalunya. Bertiga, mereka menjalin pertemanan dengan masalah dala...