Kaya part pertama, ini 17+ ya. Jadi yg di bawah umur silahkan pikir dua kali kalau mau baca. Kalau nekat, resiko ditanggung penumpang haha
***
"Pesan steak saja." Yoongi langsung berkata seperti itu begitu kami duduk di salah satu kursi di dalam restoran di Oslo.
Mungkin jera dengan menu makanan kami, saat berkeliling kota Belgen kemarin. Salmon khas Norwegia, mahal, namun porsi kecil dan tidak mengenyangkan sama sekali. Sehingga kemarin kami harus membeli makanan tambahan yang lebih mengenyangkan. Boros.
Aku memesankan dua steak pada pelayan yang menghampiri meja kami. Untungnya, pelayan itu mengerti bahasa Inggris--sebagian penduduk lokal tidak begitu paham bahasa Inggris.
"Pinjam kameramu," kataku, menodong kamera DSLR yang selalu Yoongi bawa ke mana pun kami berkeliling selama di Norwegia.
Yoongi sibuk mengabadikan momen apa pun yang kami lewati di sini. Seingatku, saat aku mengemasi kameranya ke dalam ransel yang kini Yoongi letakkan di kursi sampingnya, memori kamera ini kosong.
Sekarang? Sudah ada hampir tiga ratus foto di dalamnya. Padahal kami baru berkeliling Belgen kemarin, dan hari ini kami baru tiba di Oslo, belum berkeliling ke mana pun.
"Kenapa tidak ada fotoku?" tanyaku. Agak kesal juga. Satu saja, fotoku tidak ada. Semuanya pemandangan dan warga atau turis yang tanpa sengaja kami lihat selama berkeliling.
"Aku melihatmu setiap hari, kenapa harus mengambil fotomu segala?" jawabnya dengan membalikkan pertanyaan yang tak bisa kujawab.
"Menyebalkan." Ketika mati langkah, aku hanya bisa berkata seperti itu.
"Mau sekali fotomu ada di situ?" Yoongi bertanya lagi.
"Tidak perlu. Nanti kalau kau merindukanku, kau hanya perlu langsung menemuiku, bukan melihat fotoku saja."
Yoongi tersenyum--manis, tidak menanggapi lagi perkataanku. Perjalanan dari Belgen ke Oslo sepertinya lumayan membuatnya lelah, jadi kurasa Yoongi ingin memulihkan kembali tenaganya dengan tidak terlalu banyak bicara, sebelum nanti kami akan berkeliling Oslo, lalu kembali lagi ke Belgen.
Tidak menunggu terlalu lama, steak pesanan kami datang. Ukurannya besar dan aku yakin akan sangat mengenyangkan. Harganya pun tidak jauh berbeda dari salmon ukuran mini kemarin.
"Makan ini," kata Yoongi. Ia memindahkan beberapa potong buncis dan kentang ke piringku. Yoongi memang tidak terlalu menyukai dua makanan tersebut.
Bagaimana perbaikan gizinya akan berhasil kalau sayur saja pilih-pilih? Tapi jika aku menanyakan itu lagi, Yoongi pasti akan membalikkan pertanyaan yang hampir sama, karena ada juga beberapa makanan yang tidak kusuka.
"Oh ya, Yoon, aku mau bertanya lagi."
Sembari menyuapkan sepotong steak yang baru diirisnya, Yoongi melirikkan matanya padaku. "Selama di sini kau banyak sekali bertanya," katanya. "Mau tanya apa?"
"Emm ... tapi jangan marah, ya?" Aku mewanti-wanti. Siapa tahu, Yoongi masih tidak menyukai perihal yang akan kutanyakan ini?
"Selama kau tidak bertanya kenapa Kihyun bisa manis, aku tidak akan marah."
Aku tertawa ringan, padahal leloconnya juga tidak lucu sama sekali.
"Tidak. Bukan tentang Kihyun. Lagipula, dia sekarang menyebalkan, sudah tidak manis lagi." Belakangan, dibanding melihat tampang Kihyun yang biasanya manis, ia malah terlihat seperti pria yg sok.
"Ini tentang Hoseok."
Begitu nama Hoseok kusebut, gerakan Yoongi memotong dagingnya terhenti, matanya beralih padaku. "Hoseok? Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]
FanfictionDi awal musim gugur, kehidupan baru mereka resmi dimulai. Mereka tahu jika cinta saja tidak cukup dalam menjalani kehidupan setelah menikah. Namun mereka yakin, dengan cinta yang mereka miliki, mereka dapat melewati segala rintangan, seperti enam ta...