Distance

5.5K 635 26
                                    

Aku tidak begitu mengerti dengannya malam ini. Dengan Yoongi yang banyak sekali gugup sejak jas pesananku untuknya tiba di apartemen kami tadi pagi. Ia tidak pernah pernah seperti ini.

"Kita masuk sekarang, hm?"

Yoongi menatapku sejenak lalu mengangguk. Gugupnya belum juga hilang.

Kuraih lengannya untuk kugandeng, lalu kami masuk ke dalam ballroom hotel yang sudah ramai oleh tamu undangan berpenampilan formal, sama seperti kami.

Mataku mengedar, mencari keberadaan keluargaku. Tadi Taehyung mengirim pesan jika ia sudah tiba dan tak butuh waktu lama untuk menemukannya.

Ralat. Taehyung yang menemukan kami.

"Mana Ayah dan Ibu?" tanyaku. Mendapati Taehyung menghampiriku seorang diri.

"Pemilik acara sudah seharusnya menyambut tamu," katanya.

Aku melirik pada Yoongi yang masih bungkam. Matanya bergerak gelisah, tapi ketenangan ia coba bangun untuk mengelabuhi yang lainnya. Ada apa dengannya?

"Yoon, mau minum sesuatu?"

Jawaban yang kuperoleh adalah gelengan. "Nanti saja. Aku mau ke toilet sebentar."

Tautan tanganku dilepasnya lembut, kemudian ia berlalu ke toilet. Bukan hanya aku, tapi Taehyung menatap kepergiannya dengan tatapan bingung.

"Ada apa dengan Yoongi Hyung?"

Bahuku terangkat singkat. "Entahlah. Sejak siang tadi dia aneh begitu."

Yoongi kembali setelah lima menit acara resmi dimulai. Perayaan hari jadi perusahaan ayah Taehyung-—yang kini aku pun menyebutnya Ayah. Perusahaan yang bergerak di bidang retail miliknya bukan perusahaan raja yang terkenal seantero jagad, tapi tidak bisa dikatakan kecil juga karena jangkauan distribusinya sudah merata ke seluruh Korea Selatan dan yang kudengar dari Taehyung, rencana lama untuk melebarkan sayap ke luar negeri akan segera terealisasikan.

"Tentu saja aku berterima kasih pada keluargaku. Istri dan anak-anakku yang sangat kukasihi, mereka selalu mendukungku sehingga aku bisa mencapai posisiku saat ini."

"Ini pertama kali aku mendengar Ayah berterima kasih," celetuk Taehyung. Entah serius atau tidak, tapi setahuku ia sudah cukup lama berdamai dengan ayahnya.

"Setidaknya dia melakukannya, Tae."

Acara sambutan inti selesai, kemudian Ayah dan Ibu menghampiri kami. Andai Doojoon tidak sedang ke Jepang, keluarga kami lengkap.

"Cucuku tidak diajak?"

Lian adalah kesayangan keluarga. Bukan kabarku atau Yoongi yang ditanyakan, tapi malah keberadaan Lian.

"Lian ada di rumah ibu Yoongi. Acara ini selesai lama, kasihan."

Tak lama, ada rekan kerja Ayah yang menghampiri kami, mengucapkan selamat. Kemudian Ayah mengenalkan kami pada beliau.

"Putrimu sudah menikah? Padahal aku berencana mengenalkannya dengan putraku yang baru pulang dari Milan."

"Maaf, Teman. Kau kalah cepat belasan tahun dari menantuku saat ini."

Rekan kerja ayah itu kemudian mengajak Ayah pergi, berbincang dengan rekan kerja lain. Tak lupa mengajak Ibu dan Taehyung untuk ikut serta. Menyisakan aku dan Yoongi yang masih juga bungkam.

"Kau kenapa sebenarnya?"

Aku tidak tahan lagi. Diamnya kali ini tidak bisa kutebak sebabnya. Aku tidak merasa berbuat salah, pun Yoongi yang juga tidak melakukan kesalahan apa pun terhadapku.

"Kalau kita belum menikah, mungkin kau sudah dikenalkan dengan putra orang tadi yang dari Milan."

Keningku berkerut karena perkataan tidak masuk akalnya.

"Kau ini bicara apa?"

"Bukan apa-apa. Lupakan."

"Bagaimana aku bisa melupakannya? Kalau kita belum menikah? Yoon, kita sudah punya Lian yang usianya hampir dua tahun dan bagaimana bisa kau berandai seperti itu?"

Jujur saja aku tersinggung. Aku jadi mengerti penyebab rasa gugupnya sejak tadi dan itu bukan sesuatu yang bisa kuterima karena kata-katanya barusan.

Untunglah kami punya jarak yang cukup dengan tamu lain dan tidak di tengah-tengah ballroom, jadi mungkin tidak ada yang mendengar perdebatan kami saat ini.

Yoongi menatapku dengan sorot mata bersalahnya. Ia terlambat sadar jika kata-katanya barusan tidak seharusnya diucapkan.

"Maaf. Aku tidak bermaksud berandai seperti itu."

"Lalu apa? Kalau kita belum menikah kaupikir aku mau dikenalkan dengan putra yang katanya dari Milan itu dan terlibat perjodohan menggelikan antar pengusaha?"

"Aku hanya tiba-tiba merasa ada jarak dengan keluargamu," ujarnya lirih. Jujur.

"Kenapa?"

"Keluargamu pengusaha yang hebat dan itu-—"

"Lalu kenapa? Kau musisi yang hebat. Mendiang ayahmu penulis yang hebat. Ibumu adalah orang tua tunggal yang hebat. Yoonra adalah calon jaksa yang hebat. Apa yang kurang darimu?"

"Hyun ...."

"Jujur saja, kata-katamu tadi menyinggungku. Aku sudah menikah denganmu. Aku punya Lian darimu. Jangan berandai sesuatu yang tidak mungkin."

"Maaf."

"Tidak ada yang mempermasalahkan kehidupan kita selama ini, jadi kita pun jangan melakukannya."

***

A/N: Sorry. This is super short. Lagi kangen mereka dan cuma bisa bikin segini doank😭😭😭

YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang