A/N: Ini agak aneh sih. Tp apapun itu, sgl resiko setelah baca ditanggung sendiri.
***
Demamku sudah turun, kepalaku juga sudah tidak lagi pusing, tapi Yoongi memaksaku untuk tetap melakukan pemeriksaan ke dokter karena aku masih mengeluh sakit pada perutku. Bukan sakit yang parah, menururutku. Hanya rasa mual yang membuatku kehilangan nafsu makanku.
Jam sembilan kami sudah berada di klinik terdekat dan menunggu giliranku untuk diperiksa. Mendapatkan urutan nomor delapan, giliranku tiba sekitar dua puluh menit lagi setelah aku dan Yoongi tiba di klinik.
Yoongi menunggu di luar selama aku diperiksa selama kurang lebih lima belas menit. Hanya pemeriksaan dasar pada tensi, detak jantung, dan beberapa pemeriksaan lain yang tidak terlalu kumengerti. Tapi setelah aku mengemukakan keluhanku pada dokter, air seniku juga diminta untuk pemeriksaan. Katanya untuk memastikan.
Setelah itu aku diminta menunggu di luar selagi dokter membawanya ke laboratorium untuk diteliti.
"Dokter bilang apa?" tanya Yoongi saat aku keluar dari ruang pemeriksaan.
"Belum bilang apa-apa. Katanya aku masih harus menunggu hasilnya dari laboratorium."
Tidak tahu berapa lama tepatnya kami menunggu, tapi tak lama setelah seorang perawat masuk ke ruang pemeriksaan tadi, perawat itu kembali keluar dan memanggilku untuk masuk. Katanya hasil pemeriksaannya sudah keluar dan Yoongi diminta untuk menemaniku di dalam.
Aku jadi was-was sendiri.
Raut wajah dokter muda yang usianya sekitar tiga puluhan itu tidak bisa kutebak. Tidak menggambarkan suka maupun duka. Jadi aku tidak bisa berspekulasi bagaimana hasil pemeriksaanku nantinya.
Kuharap bukan penyakit serius yang mengancam jiwaku dan tidak akan membuat Yoongi jadi duda muda nantinya.
"Jadi bagaimana hasil pemeriksaannya, Dokter?" tanyaku hati-hati. Perasaanku was-was sekali. Yoongi terus menggenggam tanganku, tapi tangannya sendiri terasa dingin. Perasaannya tak jauh berbeda denganku.
"Tidak ada penyakit serius. Hanya efek kelelahan saja. Apalagi tadi kaubilang pekerjaanmu cukup menguras tenaga dan pikiran."
Aku lega setengah mati. Setidaknya nyawaku aman dari penyakit mematikan dan Yoongi tidak terancam jadi duda muda dalam waktu dekat.
"Dan untuk hasil pemeriksaan laboratoriumnya ...," mata dokter itu terarah padaku dan Yoongi bergantian, lalu senyumnya mengembang tipis. "Selamat, Tuan. Istrimu sedang hamil."
Selanjutnya, aku tidak bisa berkata-kata. Aku menutup mulutku yang menganga dengan sebelah tangan, sementara Yoongi mempererat genggaman tangannya di bawah meja. Sekali lagi dokter mengucapkan selamat, dan Yoongi yang kemudian menyahuti setiap perkataannya sampai berpamitan dan mengucapkan terima kasih.
Yoongi dengan usilnya mencium pipiku setelah kami masuk ke dalam mobil, mengembalikan kesadaranku yang melambung bersama kebahagiaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
"Terkejut, hm?"
Aku mengangguk kaku lalu Yoongi merengkuhku ke dalam pelukannya. "Selamat, Hyun," ujarnya singkat.
Kami langsung pulang dan Yoongi mulai bersikap semakin protektif. Aku tidak boleh melakukan apapun yang akan membuatku kelelahan. Memasuki usia kandungan ke minggu keempat, katanya aku harus lebih memperhatikan kesehatanku sendiri. Jangan sampai terlalu lelah karena kandunganku masih lemah.
Tapi Yoongi sendiri sedang malas melakukan apapun selain menyiapkan makan untuk kami berdua. Juga obat yang resepnya diberikan oleh dokter tadi. Alhasil, rumah kami hari ini cukup berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]
FanfictionDi awal musim gugur, kehidupan baru mereka resmi dimulai. Mereka tahu jika cinta saja tidak cukup dalam menjalani kehidupan setelah menikah. Namun mereka yakin, dengan cinta yang mereka miliki, mereka dapat melewati segala rintangan, seperti enam ta...