"Aku pulang."
Sepi. Itulah sambutan yang kuperoleh ketika pertama kali masuk ke dalam rumah, setelah tiga hari dua malam pergi ke Busan untuk urusan pekerjaan. Ada pembuatan iklan pariwisata Korea Selatan dan aku mendapat bagian mengurus yang ada di sana.
Tapi, lupakan dulu soal pekerjaan. Yang penting sekarang adalah keberadaan pemilik rumah ini yang kini batang hidungnya tak kunjung terlihat. Yoongi bilang sudah di rumah sejak jam tiga sore tadi.
"Yoon ... aku pulang." Aku kembali bersuara, berharap mendapat respon, namun hasilnya masih sama saja. Apa Yoongi sedang mandi? Atau malah tidur? Kalau di rumah 'kan dia memang lebih sering tidur jika tidak punya kegiatan apa pun untuk dilakukan.
"Astaga!"
Begitu aku sampai di ruang tengah, aku malah disambut oleh sesuatu yang tidak enak dipandang. Selimut tersampir sembarangan di sofa, kaleng bir dan bungkus snack di meja, remote TV tergeletak di lantai. Ini rumah atau kapal pecah? Kenapa berantakan sekali?
Belum berniat untuk membereskan kekacauan yang terjadi di sana, aku beralih ke dapur dan hasilnya sama. Wastafel penuh dengan panci dan piring kotor, tempat sampah penuh belum dibuang ke tempat pembuangan di depan. Apa yang dilakukan Yoongi selama tiga hari ini?
"Kau sudah pulang?"
'Tersangka utama' atas kekacauan ini akhirnya muncul, tengah menuruni tangga dengan wajah kusutnya. Yoongi baru bangun tidur. Apa mungkin selama tiga hari ini dia hanya tidur saja?
"Yoon, kau tidak lupa janjimu sebelum aku berangkat, 'kan?" tanyaku begitu Yoongi sampai di hadapanku. Mata Yoongi menatap sekeliling dan menyadari apa maksud dari perkataanku.
"Aku ingat," jawabnya.
"Lalu?"
"Tidak sempat saja."
"Tidak sempat? Kau bilang sekarang jadwalmu sedang lumayan longgar. Minum bir banyak saja kau sempat. Kau sudah janji. Itu masalahnya." Sekecil apa pun, aku sangat menghargai yang namanya janji. Dan sebelum aku berangkat, Yoongi berjanji akan mengurus rumah selama aku tidak ada.
"Iya. Aku tahu. Aku minta maaf karena benar-benar tidak sempat. Aku tadi pulang dari Young langsung ketiduran. Ini juga baru bangun."
"Kemarin? Lalu kemarinnya lagi?" Bukannya mau bersikap berlebihan, tapi aku ingin Yoongi membiasakan diri menepati janji yang sudah dibuatnya. Jangan sampai terus ingkar seperti dulu saat kami masih berpacaran. Membatalkan kencan hanya untuk melanjutkan tidur.
"Astaga, Hyun. Aku 'kan sudah bilang maaf. Besok akan kubereskan, oke? Aku janji."
Aku mendesah pelan. "Tidak usah. Biar kubereskan sendiri, ini memang sudah jadi tanggung jawabku. Kau lanjutkan saja tidurmu."
Kusingsingkan lengan kemeja yang kukenakan, kemudian membawa langkahku mendekati wastafel. Panci dan piring kotor kupilih untuk dibersihkan lebih dulu. Bekas makanan yang menempel di sana pasti jadi agak sulit dihilangkan.
"Hyun," panggil Yoongi. Ia masih berdiri di dekat kulkas. "Kau marah?"
"Tidak," jawabku singkat.
"Yakin?"
"Hm."
"Tapi kau kelihatannya sedang marah?"
"Terserah kau mau berpikir seperti apa."
"Tuh! Kau marah." Yoongi menggerutu di belakangku. "Baru juga pulang, sudah marah begitu."
Aku diam. Tidak merespon sama sekali dan melanjutkan kegiatanku mencuci piring, yang nodanya sudah agak sulit dibersihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]
FanfictionDi awal musim gugur, kehidupan baru mereka resmi dimulai. Mereka tahu jika cinta saja tidak cukup dalam menjalani kehidupan setelah menikah. Namun mereka yakin, dengan cinta yang mereka miliki, mereka dapat melewati segala rintangan, seperti enam ta...