Did Stupid Thing

5.9K 582 32
                                    

Warning! Membaca ini bisa menyebabkan baper berkepanjangan. Gak deh candaaa. Happy reading!

***

Rasanya aku nyaris gila dan semua itu karena kesombongan Young yang sudah mulai merasakan nikmatnya kesuksesan. Mentang-mentang album terakhir semakin bertengger kokoh di chart, sekarang mereka berlagak mengadakan liburan yang hanya boleh diikuti oleh member. Jauh sekali ke Jepang-—sudah kubilang mereka mulai sombong-—dan seminggu lamanya.

"Lian, ayahmu sedang bersenang-senang tanpa kita. Kalau pulang nanti, bolehkah Ibu kesal padanya? Sebentar saja?"

Aku seperti orang bodoh selama seminggu terakhir Yoongi bersenang-senang bersama Young di Jepang. Lian yang baru mulai belajar merangkak kuajak bicara seperti barusan seolah si cantik itu bisa mengerti apa yang kukatakan. Terlebih, Lian sudah tertidur sekarang.

"Tidur yang nyenyak, Cantik. Jadi nanti kau tidak perlu lihat saat aku memarahi ayahmu."

Lian kuletakkan di ranjang bayinya sebelum aku keluar kamar dan menyalakan TV. Kalau mereka tidak semakin sombong dan menambah jadwal liburan mereka, harusnya Yoongi pulang hari ini dan aku benar-benar akan memarahinya.

Berani sekali ia liburan tanpa aku dan tanpa menghubungiku sama sekali. Apa dia tidak tahu bagaimana gilanya aku karena terlalu merindukannya? Hah! Jangan menyebutku berlebihan! Menikahlah dan kalian akan tahu apa yang kurasakan. Ya ... setidaknya punyalah pasangan untuk bisa mengerti rasanya rindu yang berat.

Remote kulempar ke meja, sebab setelah mengganti saluran beberapa kali tidak juga kutemukan acara yang bagus. Drama yang kuikuti hanya tayang satu kali untuk minggu ini dan lainnya tidak begitu menyenangkan.

Mencari pelampiasan lain, aku meraih ponsel di sisiku dan mengotak-atiknya sebentar. Dengan bodohnya, aku meniup layarnya beberapa kali dan berakhir menyesal sendiri.

"Bodoh," lirihku, lebih untuk diriku sendiri.

Masih dengan ponsel, aku membuka aplikasi pesan dan melihat riwayat pesanku dengan Yoongi. Terakhir pesan yang terkirim adalah dariku dengan dua kata singkat 'Jangan merindukanku!' yang kukirim seminggu lalu sebelum Yoongi berangkat, di Bandara Gimpo, saat jarakku dengan Yoongi hanya terpaut sepuluh meter. Kala itu, Yoongi hampir masuk boarding pass.

Ah. Apa mungkin Yoongi sengaja tidak menghubungi karena ingin mengujiku? Ingin membuktikan siapa yang akan merindukan, begitu? Isengnya Yoongi terkadang menyebalkan dan lebih melibatkan perasaan.

Awas saja kalau pulang nanti!

"Aku pulang." Itu suaranya, yang mengiringi suara bip-bip dari pintu yang terbuka.

Aku diam, tidak menyambutnya, tidak mengucapkan selamat datang, dan hanya berpura-pura menonton televisi yang acaranya sendiri tidak begitu kuketahui. Tidak ada suara lagi yang kudengar selain suara tas hitam yang tiba-tiba diletakkan di sampingku. Kemudian aku dibuat terkejut saat kepala Yoongi tiba-tiba muncul dari atas kepalaku dan mencuri satu ciuman dariku.

"Suamimu pulang," katanya.

"Aku lihat." Kujauhkan wajah lusuhnya dari pandanganku. "Mandi sana. Kau bau," lanjutku dengan nada ketus.

Tawa kecil dan singkat kudengar. "Ada yang kesal rupanya," katanya sebelum melangkah menuju kamar kami.

Kesal? Hah! Ya, aku kesal. Sadar dirilah jika asal muasal kekesalanku adalah dirimu. Beruang kutubku itu semakin tua semakin menyebalkan.

Selagi Yoongi di kamar-—mungkin ia langsung mandi, aku melirik tas hitam di sampingku yang kupikir-pikir jadi tampak lebih besar dari saat aku mengemasnya minggu lalu. Yoongi tidak membawa banyak pakaian, hanya memenuhi setengah dari tasnya. Namun sekarang benda berbaham dasar kulit ini tampak penuh.

YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang