Last Night

8.2K 623 10
                                    

RATE BAGIAN INI M, YA? ALIAS NC. JADI YG DI BAWAH UMUR LEBIH BAIK JAGA JARAK-hapenya dijauhin tapi bacanya sih tetep :)

***

"Masih ada yang lain lagi, Hyun?"

Kepalaku menoleh ke sana dan kemari, mencari barang-barang lain yang belum dikemas untuk dibawa pindah esok hari. Tidak ada, semua barang sudah berada di dalam kardus--yang nyaris memenuhi seluruh ruang tamu.

"Tidak ada, Yoon."

"Akhirnya." Yoongi berujar lega. Selanjutnya kulihat dia melepas lelah di sofa ruang tengah, menopangkan kedua kakinya di meja kaca di hadapannya. Pandangannya lurus pada dinding putih yang kini tak lagi terhalangi oleh TV plasma.

"Belum selesai?" tanya Yoongi padaku.

"Sebentar lagi," kataku. Aku kini sedang mengemas buku-buku koleksi mendiang ayah Yoongi yang memakan tempat cukup banyak--sepuluh kardus.

Kemudian aku mendengar suara langkah. Itu milik Yoongi yang kini sudah berada di dapur, membuka kulkas untuk mengambil dua kaleng bir dari dalamnya. Khusus isi kulkas, kami tidak segera membereskannya. Isinya tinggal beberapa kaleng bir dan air mineral. Tahu akan segera pindah, kami sengaja tidak belanja bulanan.

"Ini." Yoongi menyerahkan kaleng bir yang sudah dibukanya untukku. Hanya satu, sudah diminumnya sebagian, dan aku diberi sisa. Tapi tidak masalah, karena sekarang Yoongi mengambil alih pekerjaanku membereskan buku.

Krekk ... pengemasan buku selesai, seluruh kardus telah tertutup rapat dengan selotip.

Yoongi bukan pria rajin yang akan dengan sukarela membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah, dia malah pemalas akut--terkadang. Tapi sekali dia mau membantu, tanpa banyak kata langsung bekerja dan tahu-tahu semua selesai.

Kami duduk bersamaan di sofa dan aku mengamati wajahnya yang berkeringat. Barang-barang di rumah ini sangat banyak dan perlu waktu hampir empat jam untuk membereskannya, wajar saja jika sampai berkeringat begitu. Badanku saja rasanya sudah lengket sekali.

"Apa lihat-lihat?" Yoongi menoleh dan menatapku dengan tatapan soknya, pun bertanya dengan nada sok. Seolah ingin menunjukkan jika ia baru saja menangkap basah aku yang tengah mengagumi wajah tampannya.

"Tidak boleh? Aku 'kan hanya memperhatikan tampang seksi suamiku."

Tawa ringannya terdengar, disertai kecupan singkat yang mendarat singkat di bibirku. "Boleh. Lihatlah sepuasnya. Tapi kalau kau jadi semakin cinta, resiko tanggung sendiri."

Aku ikut-ikutan tertawa. Jika kami sedang ingin bercanda, kami akan melontarkan gombalan menggelikan yang terdengar seperti bukan diri kami sama sekali. Tapi kami menikmatinya. Toh, tidak selamanya kami akan jadi pasangan kaku yang geli dengan kata-kata mesra. Tidak perlu sering, sesekali menggombal pun sudah membuat hubungan kami semakin berwarna.

Yoongi merantangkan tangannya ke punggung sofa dan aku menjadikannya sandaran kepalaku. Tidak cukup seperti itu, kemudian Yoongi membawaku ke dalam pelukannya.

"Kau tahu, Yoon. Aku sama sekali tidak menduga kau memutuskan untuk menjual rumah ini," kataku membuka konversasi.

"Aku juga sempat berpikir seperti itu. Tapi rumah ini terlalu besar untuk ditinggali oleh kita berdua, dan terlalu jauh jika aku ingin mengajak Yoonra atau Ibu ikut tinggal di sini."

"Kau pasti memikirkan banyak hal sebelum memutuskan untuk menjualnya."

"Ya. Aku sampai menemui pengacara ayahku untuk minta pertimbangan. Kau tahu apa yang dikatakannya? Bahkan ayahku berharap aku menjualnya."

YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang