Our Sunday

7.5K 696 9
                                    

-Seriously, ini gak penting2 amat. Cuma pamer gimana mereka lewatin hari minggu doank. Tapi kalo mau tetep baca sih gpp. Makasih malah. Haha... Ada pembicaraan ttg masa depan juga sih. Tapi taulah. Iseng bikin ini. Thanks to Nabila for the manip. Makin cayang mrk dah. Happy reading!-

***

Hari minggu, kami sama-sama bebas.

Aku sudah pasti libur, dan Yoongi sengaja memberi kesempatan pada anggota Young yang lain untuk menggunakan studio yang biasa dikuasainya. Padahal belakangan ini, meski minggu atau hari libur lain, Yoongi tetap ke basecamp meski tidak sampai malam hari.

Ada sesuatu yang sedang dikerjakan, katanya. Aku tidak tahu apa, tapi sepertinya bukan untuk album baru Young, sebab Namjoon bilang belum ada rencana untuk merilis album lagi.

Meski begitu, saat sama-sama bebas begini, kami tidak hanya berdiam diri di rumah. Bukan aku yang mengajak, tapi Yoongi yang berinisiatif mengajakku jalan-jalan.

Berangkat jam sembilan pagi tadi, kami kini berada di salah satu kafe di kawasan Hongdae, yang dulu sering kukunjungi bersama Taehyung sebelum aku menikah dan pindah rumah ke Incheon.

"Aku berencana membuat mixtape," ujar Yoongi membuka pembicaraan, setelah dua kopi beda nama pesanan kami diantar.

"Mixtape?" ulangku. "Apa itu yang belakangan membuatmu sibuk bahkan di hari minggu?"

Yoongi mengangguk. "Bukan karena ikutan tren, atau penasaran karena Namjoon merilisnya bulan lalu, ya. Tapi sudah lama aku ingin membuatnya."

"Buat saja. Dari yang kudengar dari mixtape Namjoon, kupikir isinya adalah murni dari pikiran si pembuat itu sendiri. Aku penasaran apa yang ada di pikiranmu."

Kulihat Yoongi mengerutkan keningnya. Mungkin kurang mengerti maksud perkataanku.

"Kupikir, aku sudah berkembang sangat pesat dalam hal mengerti dirimu, Yoon. Tapi kurasa, masih ada banyak hal yang tidak kutahu darimu," jelasku lebih rinci.

"Kenapa tidak tanya apa yang tak kau mengerti dariku?"

"Aku tidak tahu harus bertanya apa. Aku merasa begitu, tapi aku sendiri tidak tahu apa yang tidak kumengerti darimu. Jika kau benar-benar membuat mixtape itu, kurasa aku bisa melihat bagaimana dirimu yang sebenarnya melalui lirik-lirik yang kautulis."

Yoongi mengangguk tanda mengerti. Senyum tipis terbit di bibirnya. "Terkadang aku juga kurang mengerti diriku sendiri," gumamnya sebelum menyesap Americano hangat dari cangkirnya.

"Bukan masalah besar, 'kan? Aku sering berpikiran seperti itu. Aku tidak tahu apa yang kumau, apa yang jadi mimpiku, apa yang menjadi tujuan hidupku. Tapi selama aku bisa melaluinya bersamamu, meski tanpa semua itu, aku tetap punya pegangan hidup, dan itu kau."

Senyum Yoongi semakin lebar. "Menggelikan mendengar gombalanmu, terkadang," ujarnya. "Tapi aku suka."

Obrolan terhenti saat tiba-tiba Yoongi bangkit dari duduknya, membawa langkahnya ke kasir, dan kembali dengan satu pak macaron di tangannya. Mungkin Yoongi sedikit lapar, sebab sebelum pergi tadi, kami hanya makan roti isi telur dadar.

Yoongi mengambil satu yang berwarna hijau, sebelum mendekatkan sisanya padaku. "Aku mau bertanya sesuatu, Hyun."

"Tanya apa?"

"Bagaimana kalau rumah kita yang di Incheon itu dijual?"

Tanganku yang mau mengambil sepotong macaron, menggantung di udara. "Dijual?" Aku sama sekali tidak memperkirakan pertanyaan macam ini. Sekali pun aku tidak pernah memikirkannya.

YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang