Nostalgia

6.3K 679 39
                                    

Belakangan aku sedikit kesal dengan Yoongi.

Apartemen kami memang memiliki cukup banyak ruangan-—bukan kamar tunggal, tapi ruang-ruang itu sudah lumayan penuh menampung barang-barang yang sudah kami miliki. Tapi sejak minggu lalu, hampir setiap hari datang seorang kurir untuk mengantar barang yang dibeli dari online shop.

Pertama, sepasang tas travel yang aku dan Yoongi sendiri sudah punya. Lalu, kamera dan segala perlengkapannya yang jelas-jelas Yoongi sendiri sudah punya satu DSLR yang jarang sekali dipakai. Lalu perlengkapan travel bayi—-dengan ukuran lebih kecil dari ukuran Lian yang usianya sudah hampir dua tahun. Hari ini datang lagi beberapa setelan untuk kami berdua.

Jika disatukan, semua barang itu sudah memenuhi satu sudut ruang baca di apartemen kami.

Tahun lalu Yoongi memperingatkan aku soal hemat, belanja sesuai keperluan yang membuatku menyingkirkan jauh-jauh keinginanku untuk beli satu pasang sepatu setiap bulannya, tapi kini Yoongi borosnya minta ampun. Dalam satu minggu, jutaan won sudah raib dari rekeningnya.

"Jelaskan saja untuk apa semua barang itu, kecuali kau mau aku menjualnya besok."

Young semakin sibuk, semakin jarang pula Yoongi pulang tepat waktu. Paling-paling saat aku sudah tidur, atau dini hari. Entah karena sibuk atau sengaja menghindari cecaran pertanyaan dariku. Maka hari ini aku sengaja menghubunginya dan mengatakan sesuatu yang darurat terjadi. Yoongi pulang tepat setelah Lian tidur.

"Ya untuk dipakai," jawabnya tak acuh, namun aku dapat menangkap kegugupan dalam dirinya.

"Lian masih punya pelengkapan bayi yang sesuai ukurannya, tas travel kita masih sangat bagus fungsinya, begitu juga dengan kamera yang jarang sekali kau gunakan itu. Pakaian juga satu lemari penuh masih layak pakai dan kau beli sebanyak itu di online shop?"

Tanganku bersidekap. Menatap penuh selidik pada Yoongi yang duduk di hadapanku, di sofa yang sama di ruang tengah apartemen kami.

"Aku hanya sedang merencankan sesuatu untuk kita." Yoongi pada akhirnya menjawab. "Aku yakin kau bisa menebak sedikit rencanaku dari barang-barang yang kubeli, tapi selebihnya masih rahasia. Kemasi saja apa yang perlu untuk sekiranya seminggu, urus cutimu dari kafe selama itu juga, lusa kita pergi. Jangan tanya ke mana, aku tetap ingin punya sedikit kejutan untukmu. Oke?"

"Tapi tidak perlu beli semua itu juga, 'kan?"

"Yoonra ingin pinjam kameraku untuk liburannya besok, begitu juga dengan tas travelnya. Dia paling tidak suka kerepotan karena koper. Sisanya ... aku hanya ingin membelikan pakaian baru untuk kalian. Apa itu salah?"

***

Yoongi sungguhan mengajak kami pergi untuk liburan. Ia sampai menghubungi Nayoung langsung supaya memberiku izin libur selama seminggu. Tujuan pun masih dirahasiakan, sampai kami naik mobil dan aku melihat petunjuk jalan yang diambil Yoongi saat melaju di jalan tol.

"Incheon?" kataku.

Yoongi tidak mengambil pasporku, jadi aku tahu liburan kami masih berada di dalam negeri. Namun aku sudah menebak Yoongi diam-diam membeli tiket pesawat dan liburannya paling tidak ke Jeju. Nyatanya ... kami hanya akan ke Incheon, kota yang berada di provinsi yang sama dengan Seoul.

"Libur kita hanya seminggu, takkan puas kalau ke luar negeri saat kita ke Norwegia dulu karena waktu hanya akan habis di jalan. Kasihan Lian juga kalau terlalu lama di pesawat." Yoongi memberikan penjelasan tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan di depan kami. Ada kemacetan di persimpangan yang mengarah ke Incheon. Untungnya tidak terlalu parah, jadi kami terbebas tidak lama kemudian.

YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang