Hurt, Worry, and Thanksful

6.9K 577 30
                                    

Miss them?

***

Bisa kukatakan jika Yoongi punya imun yang jauh lebih kuat dariku. Dia jarang mendapatkan sakit-sakit sepele namun menyiksa seperti flu, demam, dan lain sebagainya. Tapi sekali dia sakit, rumah sakit selalu menjadi tempatnya berlabuh dan itu cukup mengkhawatirkanku.

Saat SMA, kepalanya tertimpa pot. Sekarang? Telinganya sobek karena terjatuh dan menghantam pintu. Atau apalah tepatnya. Semua itu terjadi di studio Young dan tidak ada satu pun yang mau menceritakan detil kejadiannya padaku. Mungkin terlalu konyol sampai Yoongi mengancam semua member untuk tidak menceritakannya padaku.

"Tidakkah kau mau melihat hikmahnya saja?" ujar Yoongi enteng. "Dengan begini 'kan aku jadi libur banyak dan punya waktu istirahat di rumah yang juga lebih banyak."

"Hikmah kau bilang?" Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. "Kau bisa mengosongkan jadwalmu selama seminggu karena Young tidak mengekang member sama sekali. Jadwal kalian juga sedang tidak terlalu padat. Ada Namjoon dan Vernon yang bisa mengisi kekosonganmu. Apa perlu sampai membuat telingamu nyaris putus hanya untuk istirahat di rumah lebih lama?"

"Ya! Apa menurutmu nyaris putus itu tidak terlalu kejam? Telingaku baik-baik saja."

"Ya. Sekarang baik-baik saja berkat dokter bedah plastik yang mahalnya minta ampun."

"Kenapa kau jadi perhitungan begitu?"

"Naluri ibu rumah tangga," ketusku. "Lagipula, yang sakit 'kan telingamu, tapi apa kau lupa jika selama ini manjamu seolah tangan dan kakimu nyaris putus juga? Aku sampai tidak bisa mengurus pekerjaan rumah yang lain karena kau minta ini dan itu."

"Kau tidak mau mengurusku?"

"Bukan aku tidak mau mengurusmu, tapi ingat umurmu juga, Yoon. Aku senang kau manja denganku, tapi lihat situasi juga. Jangan saat aku melakukan pekerjaan rumah atau sedang mengurus Lian. Aku tidak enak karena hari ini harus menitipkan Lian lagi pada Ibu."

"Jadi?"

"Jadi kau diamlah di sini selama ... dua jam ke depan. Nonton TV atau apalah terserah. Mau kembali tidur juga tidak apa-apa. Kau melukai telingamu sendiri demi jam istirahat lebih banyak, 'kan? Aku mau membersihkan kapal pecah kita dan jangan mengganggu."

Aku meninggalkan Yoongi yang masih duduk di sofa ruang tengah yang kemudian meraih remote dan menyalakan TV. Cucian piringku sejak kemarin sudah menumpuk, begitu cucian di belakang. Pengering otomatis mesin cuciku masih belum diperbaiki, jadi aku harus berjuang ekstra nanti. Musim dingin begini, mau berapa hari cucianku nanti kering?

Cucian piring saja sudah memakan waktu setengah jam lebih untuk diselesaikan. Yoongi masih fokus menonton TV. Entah acara apa. Yang pasti bukan drama atau variety show yang tidak mungkin tayang siang hari begini.

Pindah ke belakang, aku mendesah berat melihat banyaknya baju kotor yang menumpuk. Hampir dua keranjang besar penuh. Sejak aku berhenti bekerja, cucian tidak pernah menumpuk sebanyak ini. Selama beberapa hari terakhir, setiap kali aku akan mencuci, bayi besarku merengek minta ini dan itu yang tidak bisa kuabaikan.

Aku sempat berpikir jika saat Lian besar nanti, dia akan lebih dewasa dari ayahnya.

Aku memilah baju satu per satu. Memisahkan pakaian dalam yang masih menyatu dengan celana, juga merogoh saku andai saja ada benda penting yang tertinggal. Aku tidak menemukan apapun, namun kemudian aku berhenti saat aku meraih kaus putih milik Yoongi yang aku yakin noda besar di sana akan sangat sulit dihilangkan.

Darah.

Baju di tanganku ini adalah baju yang dikenakannya saat insiden melukai telinga itu terjadi. Ada banyak darah yang menetes. Bukan hanya baju, lantai studio Young pun terkena bercak darahnya. Awalnya Namjoon dan Kihyun menolak, tapi aku memaksa akan membelikan pembersih yang bisa membersihkan bercak darahnya dengan cepat. Itu pun jadi pengganti tawaran pertamaku yang ingin membersihkannya sendiri.

YoonHyun [Yoongi x Hyunjung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang