-27-

1.1K 115 12
                                    

A/N ; Di mulmed anggep aja itu Christian yaa(a.k.a ayah tiri Harry sama Gemma)

Gemma tersenyum saat menyadari kehadiranku yang duduk di samping Harry. Aku pun membalas senyumannya, diikuti Gemma yang mulai mendaratkan bokongnya tepat di kursi sebelahku.

"Aku senang kita bertemu lagi",ucapnya memulai percakapan.

"Kau lebih cantik saat rambutmu di cat, btw",candaku.

Gemma tertawa renyah, seolah ucapan ku tadi adalah lelucon yang mungkin sangat lucu.

Saat kami sedang berbincang, sebuah tangan meraba di sekitar area pahaku. Sebelum itu, rok ku sudah terlebih dulu di naikkan. Aku langsung menyangkal nya karena merasa geli. Ini pasti ulah Harry si otak mesum. Aku paham betul.

Merasa tidak suka, Harry menatap tajam ke arahku, dan berbisik
"Kurasa, kita perlu mandi bersama. Agar aku bisa sepuasnya meraba seluruh bagian tubuhmu yang indah"

Sial, dalam kondisi seperti ini pun otak mesum nya masih saja berjalan.
Aku tak merespon apapun, melainkan terus berbincang bersama Gemma.

Menyadari sudah waktu nya untuk makan, Gemma mulai berhenti berbicara dan mulai mengambil makanan ke piringnya sendiri.

Begitupun aku, sebelum itu tak lupa aku mengambil untuk Harry terlebih dahulu.

"Apa kau mau daging?", tawarku.

Harry menggeleng,"Aku mau ayam dan kentang tumbuk saja,"

Mendengar permintaan nya, aku langsung mengambil ayam yang dibalut saus yang aku tak tahu apa namanya. Tak lupa juga mengambil kentang tumbuk yang masih hangat. Hampir semua makanan nya terlihat lezat.

Kami berbicang sambil makan malam. Untuk mencairkan suasana terkadang Christian melontarkan lelucon yang menurutku sangat menghibur. Berbeda dengan Harry yang sama sekali tidak lucu saat membuat lelucon. Itu membuatnya garing dan membosankan.

Suasana kekeluargaan di meja makan sangat kental terasa. Membuat ku semakin rindu akan keluarga ku di Los Angeles. Mereka pasti menungguku untuk natal sekarang.

Suara garpu dan sendok berhenti sesaat karena suara decitan pintu terbuka terdengar. Akupun ikut menghentikan aktifitas makanku.

Pandangan kami semua mengarah pada sosok wanita paruh baya yang membawa banyak belanjaan di tangannya berdiri di depan pintu.

Awalnya tatapan yang dilemparkan biasa saja, tetapi perlahan wanita itu memfokuskan pandangannya ke arahku. Membuat ku mau tak mau menunduk. Ya Tuhan, benar saja. Ini pasti Anne, ibu kandung Harry.

Harry yang merasakan aku ditatap tidak enak oleh Anne, hendak membawaku pergi ke lantai atas. Sebelum itu, ia kembali membisikan sesuatu ke telingaku.

"Gemma akan menemanimu, ikutlah bersamanya. Aku akan mengurus ini",ucapnya sambil menatapku penuh keyakinan.

"Harry, jangan biarkan emosi menguasai dirimu. Ingatlah, itu ibu yang telah melahirkanmu. Aku selalu mencintaimu, Harry", balasku.

Ia mengecup keningku, dan mengkode kepada Gemma agar aku dibawa ke lantai atas bersamanya. Gemma pun mengerti, ia menggenggam tanganku. Lalu kami berdua naik ke lantai atas. Dan berhenti di depan kamar yang di depan pintunya bertuliskan
"- G E M M A - "

Aku dibawa masuk olehnya, dan kami duduk di tepi ranjang berwarna ungu muda ini.

"Minumlah, aku akan ceritakan semuanya padamu", ucapnya sambil menyodorkan segelas air putih.

Aku menerima nya, dan meminumnya secara perlahan-lahan. Ini membuatku merasa lebih tenang sekarang.

Gemma membenarkan posisi duduknya, ia mengangkat kakinya ke atas tempat tidur dan memutar tubuhnya berhadapan denganku.

Sebelum memulai, ditarik nya nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan nya dari mulut.

"Pertama, aku ingin kau tak kecewa pada Harry saat aku menjelaskan semuanya padamu",katanya lembut.

Aku mengangguk,"Aku mencintainya, Gem. Untuk kecewa, rasanya tidak mungkin terjadi"

"Kedua, maafkan aku. Karena mungkin, ini sangat menyakitkan. Terutama untukmu Nath"

Ya, aku sudah bisa menebak dari wajah Gemma yang terlihat sangat kecewa karena mengatakan hal ini.

Aku mencoba menunjukan senyum terbaikku di depan Gemma. Jika memang sangat menyakitkan, lebih baik dikatakan langsung bukan? Daripada harus memendam dan tahu secara tiba-tiba.

"Ibuku tidak akan pernah setuju jika Harry memiliki kekasih yang bukan pilihannya sendiri"

Good. Begitu menusuk sangat dalam kedalam hatiku. Dan membuat darah yang mengalir seolah berhenti sesaat.
Aku tetap mencob untuk tersenyum harapanku, setelah ini aku tidak dibuat menangis karena kata-kata yang lebih menyakitkan dari ini.

Gemma menunduk, menahan air mata yang sepertinya akan keluar deras menyusuri pipinya.

"Sewaktu Harry masih bersekolah menengah. Harry pernah memiliki kekasih. Wajahnya cantik, otaknya pun sangat pandai. Ia sangat sopan dan baik padaku."

Oh. Jadi mantan Harry cantik dan sopan? Apa yang Gemma maksud adalah Beverly? Beverly Scott? Mungkin akan ku tanyakan nanti.

"Hubungan mereka berjalan baik, sampai pada akhirnya, Harry mengajaknya makan malam dirumah bersama keluarga kami. Semuanya bermulai, ketika gadis itu bertemu dengan Ibu. Tak henti-hentinya Ibu memaki Harry dengan mengatakan Ibu tidak akan setuju mengenai hubungan mereka. Yang lebih parah,  Harry dibuat bingung oleh dua pilihan gila yang diberikan Ibu"

Entah kenapa Gemma berhenti bercerita. Ia terlihat tidak bisa mengontrol air mata yang sedari tadi berlomba-lomba ingin keluar.

Aku berusaha menenagkan, dengan mengusap punggung nya pelan."Berceritalah kapanpun kau siap. Aku akan menunggumu"

Melihat Gemma yang makin tidak bisa mengontrol air matanya, aku menyodorkan segelas air putih. Dengan perlahan, ia meminumnya.

Sedikit tenang, Gemma menarik nafasnya panjang. Bersiap-siap melanjutkan ceritanya yang tertunda. Namun semuanya kembali harus menunggu.

Suara mereka sedang bertengkar dibawah terdengar jelas di telingaku. Walau kamar ini nyaman, dan tertutup. Namun sepertinya kalah oleh suara teriakan dari bawah.

"Berapa kali aku katakan padamu, Harry Edward Styles! Aku tak akan pernah suka kau berhubungan dengan gadis lain! Kau sama seperti ayahmu! Suka mempermainkan hati seorang wanita!"

"Apa pedulimu? Dengarkan! Ayah tak brengsek, jika kau tak meninggalkan aku dan Gemma sendirian di dalam rumah penuh dosa itu! Berhentilah berkata layaknya kau pelindungku!"

"Menikah lah dengan gadis itu dan aku tak akan mengakui mu sebagai anak kandungku, bajingan"

Sialan! Sudah cukup aku mendengarkan kata-kata pedih ini.

Anne tak pantas disebut seorang Ibu. Bahkan ia mengatakan Harry brengsek. Apa sosok ibu sebagai malaikat masih melekat di tubuhnya?

Diatas aku terus berdo'a. Kuharap Harry tidak membuat keputusan yang salah. Karena ini pilihan yang sulit. Sementara Gemma? Ia sudah tak bisa lagi berkata-kata.

Disini bagai rumah penuh air mata, aku meneteskan air mataku, sangat deras sehingga aku dan Gemma saling berpelukan satu sama lain.

Ya Tuhan, jika aku memang tak berjodoh dengan Harry tolong buatku untuk lebih mudah melupakannya.

Aku tak ingin Harry memilihku dan mau tidak diakui anak oleh Ibu kandungnya sendiri.

Ingin rasanya aku turun kebawah sana untuk memeluk Harry sekarang juga. Mengatakan jika aku tak apa jika ia harus memilih Ibunya. Tapi aku tak yakin dengan ucapanku.

Aku tak yakin bisa baik-baik saja tanpa Harry di kehidupanku.

.
.
.
.
TO BE CONTINUED....

Do you miss me? No? Okay😂

Whoaa gimana konflik nya? Kurang seru? Atau di udahin aja?😂
Comments nya sangat-sangat dibutuhkan ya, jadi mohon kerjasamanya😂 Biar aku semangat, okai?

thanks xx

PHOTOGRAPH [ H.S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang