Kekecewaan Dan Keputusasaan III

270 14 0
                                    


Kekecewaan Dan Keputusasaan

III

Eliza, pagi hari dia terbangun dan langsung teringat Elium yang berkata bahwa mereka harus kembali bertemu di tempat tersebut, Elium yang ingin mengatakan sesuatu dan entah itu apa.

"Apapun yang akan Elium katakan, aku pun akan mengatakan apa yang ingin ku katakan, entah ini pilihan yang benar atau salah."

Eliza pergi ke sungai untuk mandi, dia pergi sendiri ke sungai yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, di bagian sungai tersebut terdapat bagian yang di kelilingi pepohonan dan semak, tempat itulah yang biasa Eliza gunakan untuk mandi.

Namun sesampainya di sana Eliza terkejut, tidak ada pohon dan tidak ada semak sama sekali hanya tersisa ranting-ranting dan bekas tebangan.

"Siapa yang melakukan ini?" Eliza bergumam.

Entahlah siapa pelakunya tidak ada waktu untuk mencari tahu dan tidak ada gunanya jika dia sudah tahu karena pohon dan semak tersebut sudah terlanjur hilang dan tidak dapat di kembalikan lagi seperti sediakala, dia pun melanjutkan tujuannya datang ke sungai itu. Dia mencari tempat lain untuk mandi, akhirnya Eliza menemukan tempat baru di sungai tersebut di tepi bebatuan yang menutupi seperti dinding dan aliran air yang tenang tidak terlalu besar.

"Ya aku menemukan tempat yang lebih baik."

Eliza yang sedang mandi dengan hati yang sedang berbunga-bunga dia bernyanyi sembari berenang ke sana kemari, dia terlihat sangat senang seperti hilang semua beban pikiran yang semalaman menghantui dirinya, dia pun diam berendam dan memejamkan matanya kembali bertanya,

"Apa yang sebenarnya akan Elium katakan kepadaku?" Kembali teringat akan hal itu, saat Eliza membuka matanya tiba-tiba air sungai tersebut menjadi sangat wangi, segar dan bunga-bunga putih mengalir melaluinya.

"Perbuatan siapakah ini?" Eliza terlihat terkejut namun tampak senang melihat bunga-bunga tersebut dan bergegas mengenakan pakaiannya lalu menuju ke tempat di mana bunga-bunga itu berasal.

Berjalanlah Eliza mengikuti arus sungai dan sampailah dia ke tempat di mana banyak sekali bunga putih berserakan, dia terus mencari dari manakah asalnya bunga tersebut. Terlihatlah sebuah pohon besar yang tinggi di mana terlihat seluruh bagian pohon tersebut di selimuti bunga putih yang sangat indah dan wangi, layaknya pohon bunga sakura. Pohon itu berbunga tanpa adanya daun yang menghalangi indahnya bunga tersebut, Eliza pun memetik satu bunga tersebut.

"Bukankah ini?"

Yah bunga tersebut ternyata bunga yang pernah Elium letakan di daun telinganya, namun siapa sangka bunga yang imut dan indah yang pernah dia lihat memiliki pohon sebesar ini, pohon besar yang tingginya mencapai sekitar 5 meter dan amat rindang.

Eliza pun teringat Elium dan segera pergi ke tempat di mana mereka akan bertemu di hari itu. Eliza bergegas pulang dan mengganti pakaiannya, berulang kali dia melihat cermin memastikan apakah dia tidak terlihat aneh, apakah dia terlihat cantik? Ya, hari ini dia tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Elium, dia ingin mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak dapat dia simpulkan apakah yang akan dia katakan itu benar atau tidak, apakah dia hanya salah paham atau ternyata memang benar apa yang akan dia katakan sesuai dengan apa yang dia rasakan nantinya.

Eliza pun pergi dengan hati yang berdebar-debar, sesampai nya di sana tidak ada seorangpun di sana, dia menghela napas dan duduk di dekat bunga-bunga putih yang sama seperti bunga di sungai tadi.

Tidak lama kemudian Elium datang, namun dia tidak sendirian dia membawa seorang wanita cantik. Dalam perjalanan menghampiri Eliza mereka berdua tampak berbicara satu sama lain dan sangat akrab. Eliza terkejut dan bertanya-tanya dalam hatinya, "Siapakah gadis cantik itu, mungkinkah dia?"

Elium pergi menghampiri Eliza,

"Eliza maaf membuatmu menunggu lama."

"Tidak apa." Jawaban yang sangat singkat karena kekecewaan telah muncul dalam hatinya.

"Eliza perkenalkan dia adalah Rusi dia temanku, aku menyelamatkannya dari beruang dan ternyata aku pun di selamatkan dari beruang tersebut." Disertai dengan canda. Elium pun memperkenalkan Rusi kepada Eliza.

"Hoaa dia temanmu. Perkenalkan namaku Eliza."

Mereka pun saling berkenalan, mereka mulai akrab namun dalam suatu perbicaraan Elium mengatakan, "Rusi mungkin akan menjadi pengantinku nanti."

Eliza terkejut dan menjawab, "Syukurlah ternyata kita akan segera mendapatkan menantu kerajaan ini."

Eliza yang kecewa mendengar itu menahan diri dan lupa akan hal yang ingin dia katakan, perbincangan di antara mereka bertiga pun usai. Elium dan Rusi pulang lebih dulu, Eliza hanya terdiam menahan sesak yang tiba-tiba terasa.

X��^�)�

BUALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang