Lupakanlah! XXV

116 9 0
                                    

Lupakanlah!

XXV

Pagi hari nya.

"RRRRRRrrren kenapa aku tidur disini?"

"Hooaam, ada apa Lis? Bukankah kamu sendiri yang berjalan kesini semalam. Kamu tiba-tiba tertidur aku menangkapmu dan menidurkanmu di tempat tidurku."

"K-k-k-kenapa kamu tidak membangunkanku?"

"Tidak mungkin aku membangunkan gadis cantik yang sedang kelelahan. Jadi aku biarkan kamu tidur disitu."

"Terimakasih, tapi kenapa kamu tidur di bawah. Kamu bisa sakit Ren." Bertanya dengan wajah lugunya.

"Lalu. Apa aku harus tidur bersamamu?"

Mendengar hal itu wajah Lisa memerah entah apa yang dia pikirkan. Wajahnya yang memerah dan rambutnya yang berantakan dengan sigap Ren mengambil ponselnya dan mengambil gambarnya.

"Eeeeeh apa yang kamu lakukan. Hapus itu, aku mohon hapus. Untuk apa wajah jelekku kamu ambil." Lisa beranjak dari tempat tidur mencoba merebut ponsel Ren.

"Ini fotomu yang pertama ada di ponselku, aku tidak akan menghapusnya." Ren mengangkat ponselnya. Lisa yang malu mencoba meraihnya namun kaki Lisa terbelit selimut akhirnya Lisa jatuh menimpa Ren.

"Gebrug."

"Adududududuh."

Saat mereka membuka mata, posisi mereka berhadap-hadapan. Jantung mereka berdegup kencang.

"Lisa bangunlah beraaaaaaat." Ren menyuruhnya bangun namun tidak mengangkatnya. Lisa tidak menjawab dan dia malah memeluk Ren.

"Kamu tahu Ren. Sampai detik ini aku masih menyukaimu."

"Terimakasih Lis. Berkat rasa suka yang kamu miliki. Sekarang aku dapat kembali kesini dengan selamat."

"Tok tok tok, hehe maaf mengganggu acara kalian. Sarapan sudah siap ayo turun." Eliza membuka pintu dan tersenyum meledek mereka berdua. Lisa terkejut dia sangat malu. Dia segera turun dan menjelaskan apa yang terjadi pada Eliza.

"Ya ya ya aku tahu Ren anakku, dia tidak akan melakukan apapun padamu." Jawab Eliza dan terus menggoda Lisa di sana.

Ren turun dan ikut sarapan di meja makan bersama. Lisa tidak berani menatap kearah Ren. Padahal Lisa sudah sangat jelas mengatakan perasaannya pada Ren. Tapi entah kenapa dia semakin terlihat malu saat memandang Ren.

"Lisa anakku. Bukankah kamu belum bisa pulang? Karena kamu akan tinggal beberapa hari disini, bukankah sebaiknya kamu membeli satu atau dua pakaian untuk kamu kenakan?" Tanya Eliza.

"Tidak, tidak apa-apa aku pakai ini saja."

"Aah sudahlah Ren, segera berganti pakaian dan ajak dia berbelanja."

"Baiklah Bu."

"Lisa, sekarang kamu pakai baju miliku waktu muda. Mungkin akan terlihat cocok denganmu."

"Baiklah."

Ren selesai berganti pakaian, dia menunggu Lisa di ruang Tamu. Lisa yang imut dengan pakaian imut yang Eliza berikan menghampiri Ren. Ren tidak terlalu memperhatikan penampilan Lisa mereka segera pergi.

Di perjalanan Ren terlihat murung. Lisa yang sangat senang karena dapat pergi berdua dengan Ren terus memperhatikannya.

"Ada apa Ren?"

"Eh, tidak. Tidak ada apa-apa."

"Apa kamu memikirkan sesuatu?"

"Ya ada sesuatu yang sedikit menggangguku."

Ren sedikit berjalan cepat. Mereka sampai di toko pakaian.

"Ren pilihkanlah untukku."

Ren yang sedang memikirkan sesuatu, memilihkannya untuk Lisa. Saat dia menemukan pakaian yang cocok untuk Lisa Ren pun memberikannya dan menyuruh Lisa mencobanya. Lisa mencoba pakaian yang Ren pilihkan. Lisa terlihat sangat cocok mengenakan itu.

"Pakailah itu. Ayo kita bermain." Ren terlihat senang.

"Baiklah tapi kemana?"

"Sudahlah ayo kita pergi!"

Lisa yang juga senang karena melihat Ren tidak melamun lagi hanya mengangguk dan ikut dengan Ren. Mereka sampai di sebuah danau yang banyak berjajar perahu kecil di sana.

"Ayo kita naik itu Lis!"

"Um ayo." Lisa sangat senang. Mereka menaiki perahu kecil itu berdua.

Ren mendayungnya hingga ke tengah danau. Sunggung pemandangan Romantis. Ren memegang tangan Lisa dan mengatakan. Lisa sangat senang wajahnya berbunga-bunga layaknya gadis yang di mabuk cinta.

"Aku sangat ingin pergi denganmu kesini sejak dulu Ana." Secara tidak sadar. Ren mengira kalau Lisa adalah Eriana.

Mendengar hal itu. Lisa tahu, sejak awal Ren melamun karena memikirkan orang yang dia sayang. Ren belum dapat melupakan Eriana sang kekasih yang entah pergi ke mana. Lisa meneteskan air matanya Lisa mencoba untuk menahannya namun air mata itu sungguh tidak dapat terbendung. Sesaat kemudian Ren sadar, Ren melihat Lisa yang sedang menangis. Dia sadar kalau Lisa menangis itu di sebabkan perbuatannya. Ren meminta maaf dia mencoba menenangkan Lisa tapi apa daya, Lisa telah tertelan rasa sakit yang amat dalam. Ternyata perasaan senang yang Lisa rasakan tadi hanyalah mimpi baginya. Mereka pulang. Lisa terus terdiam, Lisa bergegas mandi. Ren tahu mungkin Lisa akan menangis di sana, Ren menceritakan semuanya pada Eliza agar Eliza mengerti.

Lisa keluar dari kamar mandi.

"Lisa. Kemarilah!" Ren memanggilnya.

Lisa mendekat menundukan kepalanya.

"Lisa aku mohon maafkan aku. Aku sungguh tidak sadar. Kamu pasti mengerti kalau aku menyayangi Ana."

"Aku mengerti."

"Terimakasih maafkanlah aku."

"Tidak semudah itu melupakan hal tadi. Jika kamu ingin aku melupakan itu maka kamu pun harus melupakannya!" Lisa mendekat, menangis dan memukul Ren.

"Aku tahu. Tapi aku mohon maafkanlah aku. Aku tidak bisa melupakannya."

"Kamu jahat Ren!"

"Ya aku tahu. Kamu benar."

"Kamu tidak mengerti perasaanku."

"Ya kamu benar Lis. Aku tahu itu."

"Aku bodoh. Kenapa aku terus mencintaimu. Kenapa aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini?" Lisa menangis dengan memukul-mukul Ren.

"Ya aku juga." Ren menjawabnya mengelus kepala Lisa.

"Hah? Benarkah kamu juga begitu."

"Tidak tidak. Yang aku maksud adalah aku juga tahu kalau kamu bodoh."

"Bodoh!!!" Lisa mendorong Ren. Kemudian pergi meninggalkan Ren di sana.

g

BUALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang