Terbuka
XV
Sudah tiga hari, luka di kaki Eriana pun sudah sembuh. Dia berniat untuk mencari Ren menanyakan hal yang ingin Ren katakan sejak dulu tentu untuk berterimakasih juga. Eriana pun meminta kontak Ren pada Lisa.
"Halo, Lisa boleh aku minta kontak Ren?" Tanya Eriana
"Eeh ternyata ada yang sedang mendekati seseorang." Lisa menggoda Eriana.
"Tidak tidak aku hanyaaaa..." Eriana tersipu malu.
Dengan senang hati Lisa pun memberikannya. Eriana segera menghubungi Ren. Saat menghubungi Ren, ternyata nomor Ren tidak aktif. Eriana menanyakan hal tersebut pada Lisa, tentu Lisa tidak mengetahui apapun. Lisa mencoba menanyakan Ren pada Riyu. Dan hasilnya pun sama saja, Riyu pun tidak dapat di hubungi. Ada apa dengan mereka berdua.
"Lebih baik kita pergi ke rumah Ren. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, aku tunggu di rumah." Lisa mengajak Eriana.
Di perjalanan saat menuju rumah Ren. Eriana menemukan bunga indah di samping jalanan yang tumbuh secara liar di sana. Eriana berhenti sejenak untuk memetik bunga itu, entah apa yang di pikirkan Eriana. Dia melamun duduk diam memandangi bunga yang ada di tangannya lalu tiba-tiba mencium bunga itu, rambutnya yang terurai berjatuhan saat Eriana mencium bunga itu. Dengan sigap Lisa mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.
"Kamu mengambil gambarku? Untuk apa?"
"Hehe. Akan ku tunjukan pada Ren agar dia tahu betapa cantiknya dirimu."
"Ee jangan, itu memalukan!" Wajah Eriana memerah.
"Lalala." Lisa tidak mendengarnya, dia langsung berlari melanjutkan perjalanan.
Mereka tiba di rumah Ren.
Tok tok tok.
"Permisi." Eriana mengetuk pintu.
Ternyata di rumah Ren tidak ada siapapun, Eriana cemas. "Sebenarnya mereka kemana?" tetangga yang mendengarnya memberitahukan bahwa Eliza tadi menuju ke rumah sakit.
"Eh, Ada apa? Apa yang terjadi?" Dengan cemas Eriana bertanya.
"Entahlah. Dia terlihat sangat buru-buru, jadi aku tak sempat bertanya." Itulah yang tetangga Ren katakan.
Eriana dan Lisa segera menuju rumah sakit yang dikatakan tetangga Ren. Lisa mencoba menenangkan Eriana namun entah kenapa Eriana tetap saja tergesa-gesa. Mereka sampai dan ternyata di sana ada Riyu.
"Heiii Riyu. Apa yang terjadi?" Lisa berteriak.
"Ren."
"Dia kenapa? Apa yang terjadi pada Ren?" Eriana menanyakannya cemas dengan nada tinggi. Sontak mereka pun menjadi pusat perhatian di rumah sakit tersebut.
"Ren sekarang koma, dia dalam keadaan kritis."
"Hah kenapa bisa terjadi?" Eriana terkejut. Ia meneteskan air matanya, entah apa yang Eriana rasakan tanpa sadar dia menangisi hal tersebut.
"Ren di temukan tergeletak di samping jalan saat badai kemarin. Supir taksilah yang membawanya ke rumah sakit ini. Dokter mengatakan bahwa Ren hampir tiada karena jantungnya hampir membeku. Dia mengalami luka yang cukup serius di kakinya. Tapi syukurlah Ren dapat di selamatkan, entah apa yang akan terjadi setelah ini. Jika dia sadar mungkin dia mau menceritakan apa yang terjadi padanya di malam itu." Riyu mencoba menceritakan apa yang ia ketahui.
"Ini salahku. Aku tidak sadar pada malam itu kaki Ren memang terluka." Eriana menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Ren.
"Mengapa kamu mengatakan hal itu?" Lisa dan Riyu memarahinya.
"Pada malam itu. Di dekat stasiun sebuah kejadian menimpaku, aku pun tidak dapat berjalan. Ren menggendongku dari sana sampai rumahku, itu jarak yang tidak dekat. Dan kami pun sempat terjatuh namun Ren berkata itu karena jalanan yang licin, dia tidak mengatakan bahwa kakinya itu sakit. Ini semua salahku." Eriana terus menyalahkan dirinya.
Eriana merasa bersalah. Dia pun menunggu Ren, dia sangat khawatir dan sangat ingin meminta maaf. Namun Ren saat ini dalam keadaan yang kritis, dia tidak akan sadar dengan cepat. Dokter memberitahu kan hal itu pada Eliza dan teman-teman Ren. Eriana tetap ingin menunggu nya hingga sadar, akhirnya Eriana pun menginap di sana.
{{{
Dua hari berlalu. Akhirnya Ren sadar. Eriana menunggu beberapa jam kemudian bertanya, apa yang terjadi pada malam itu. Namun Ren tidak menceritakan apapun pada Eriana, dia hanya mengatakan. "Aku tidak tahu, aku tidak ingat apapun." Dengan senyumnya dia mengatakan hal tersebut.
"Maafkan aku itu semua salahku." Eriana menangis.
"Tidak itu sama sekali bukan salahmu, percayalah." Ren tersenyum mengatakannya.
Eriana terus menangis.
"Ren apa yang kamu ingin katakan padaku? Aku siap mendengarnya. Dan aku pun punya hal yang ingin ku katakan padamu."
"Baiklah. Kamu ingat saat pertama kita bertemu?"
"Ya aku ingat. Saat itu kamu menabrakku."
"Ya sejak saat itu aku sangat ingin mengatakan bahwa aku sangat menyesali hal tersebut dan aku ingin meminta maaf. Namun kamu selalu menghindariku dan terlihat sangat membenciku."
"Aku pun minta maaf untuk hal itu Ren, aku kira kamu orang yang tidak sopan. Tapi sekarang aku tahu bahwa kamu adalah orang yang baik."
"Lalu apa yang ingin kamu katakan?"
"Aku ingin berterimakasih padamu, karena telah menolongku malam itu."
"Hanya itu?"
"Tidak, bukan hanya karena itu. Aku sangat berterimakasih karena Ren tidak pernah menyerah untuk menjadi temanku. Padahal sikapku yang selalu dingin terhadapmu. Terima kasih Ren."
Tiba-tiba pintu terbuka. Di sana ada Riyu, Lisa, dan Eliza yang tersenyum melihat kearah Ren dan Eriana. Mereka tertawa. Eriana tesipu malu karena mengetahui bahwa pembicaraan dia dengan Ren di dengar orang lain. Eriana pamit untuk pulang, dia membalikkan badan tersenyum pada Ren. "Cepat sembuh Ren. Aku akan menunggumu di upacara penerimaan nanti."
"Hah, upacara pernikahan?" Lisa menggodanya.
"B-b-bukan, tapi upacara penerimaan. Kamu ini." Eriana terlihat malu dan pergi meninggalkan mereka.
��X)�
KAMU SEDANG MEMBACA
BUALAN
RomanceBunga yang indah saat dia mekar namun tidak selamanya bunga itu akan mekar, Bintang yang menghiasi langit malam sangat indah namun sulit di gapai, dan Rembulan yang menyinari langkahmu di malam hari. manakah yang kamu inginkan? pilihlah salah sa...