Runtuhnya Kerajaan Adyl VIII

161 9 0
                                    


Runtuhnya Kerajaan Adyl

VIII

Hari penyerangan para pemberontak pun di mulai ratusan pemberontak datang dari arah barat. Seorang penjaga perbatasan yang mengetahuinya dari jauh langsung menyampaikan pesan kepada kerajaan. Elium yang mengetahui akan hal itu memerintahkan para pasukannya untuk berkumpul di gerbang barat.

"Semuanya berkumpulah di gerbang barat, habisi mereka jangan sampai ada yang lolos!"

Para penjaga pun mulai memenuhi gerbang, para pemberontak mulai menyerang. Perang pun berlangsung, penjaga istana hampir di kalahkan.

Salah satu pembawa pesan menyampaikan pesan pada sang raja, "Mohon maaf yang mulia, anda harus pergi menyelamatkan diri. Prajurit kita kalah jumlah!."

Sang raja berpikir mencari solusi apa yang paling tepat untuk menyelamatkan Eliza terutama putranya yang masih kecil.

"Siapkan kapal dan para awaknya, kita akan berlayar!" Raja memerintahkan pengawalnya untuk menyiapkan sebuah kapal untuk menyelamatkan diri.

"Elium. Bagaimana dengan rakyat kita?"

"Tenanglah! Yang mereka incar adalah kita yang ada di kerajaan. Sejak dulu mereka hanya ingin meruntuhkan kerajaan kita, bukan membunuh rakyat kita. Memang sampai saat ini adakah rakyat kita yang di sakiti? Bukankah tidak ada!"

"Ya kau memang benar. Baiklah aku akan menuruti apapun yang kau mau, asalkan kita bertiga harus tetap bersama."

Elium membawa Eliza dan Ren pergi ke laut yang ada di sebelah timur, namun sebelum menuju laut masih ada hutan yang harus mereka lewati.

Salah seorang pemberontak mengetahui ada bahwa Elium pergi meninggalkan istana dan pergi ke arah timur, Dua orang pemberontak itu pun langsung mengejar Elium dan Eliza. Elium menyadarinya, dia tau bahwa ada orang yang sedang mengejar mereka.

"Eliza, apapun yang terjadi kau harus menjaga Ren."

"Baiklah. Aku akan berjanji. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Kemana sebenarnya kita akan pergi?"

"Kita akan membawa Ren ke tempat yang damai di mana dia akan menjadi anak yang pintar." Elium menjawab dengan wajah penuh harapan.

"Apakah kita akan pergi ke timur?"

Elium hanya menjawabnya dengan senyuman, dan mendorong Eliza.

"Berlarilah kearah laut dan naiklah ke kapal, aku akan mengurus ini."

"Mengurus apa? Bukankah kau berjanji bahwa kita akan selalu bersama?"

Dua orang pemberontak pun muncul dari belakang Elium, Eliza pun berlari sembari menangis membawa Ren.

"Aku akan menunggumu..." Eliza berteriak.

"Jangan lakukan itu, pergilah tanpaku. aku akan menyusulmu." Elium menjawabnya sembari bertarung menghadapi dua orang pemberontak itu.

Eliza terus berlari, dia percaya bahwa Elium pasti akan menyusul karena Elium adalah laki-laki yang tangguh. Eliza dan Ren berhasil sampai di laut, di sana ada kapal dan para awaknya.

"Ratu Eliza ayo naik."

"Baiklah tolong bantu aku." Eliza dan Ren berhasil naik ke kapal, kapal pun langsung berlayar.

"Tunggu apa yang kau lakukan, kita harus menunggu suamiku Elium."

"Maafkan aku Ratu Eliza, yang mulia telah memerintahkan kami dari jauh-jauh hari. Beliau telah memprediksi akan terjadinya hal seperti ini dan beliau memerintahkan kami agar menyelamatkan anda. Kami di larang untuk menunggunya."

Eliza pun menangis sembari terus melihat kearah pulau di mana kerajaannya sedang di serang. Eliza melihat dua orang pemberontak yang tadi mengejarnya, salah satu pemberontak itu membawa pedang milik Elium yang penuh dengan darah. Eliza pun sontak kaget dan menangis histeris setelah melihat itu. Dia ingin kembali dan memastikan keadaan Elium namun apa daya, kapal besar itu telah berlayar dan tidak dapat kembali. Eliza pergi ke timur ketempat yang pernah Elium ceritakan. Dia pun terus mengingat janjinya, bahwa dia akan terus menjaga Ren dan membuat Ren menjadi anak yang pintar.

( 17 tahun kemudian )    

BUALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang