Rencana XXI

113 10 0
                                    


Rencana

XXI

Hati Lisa sudah sedikit tenang sekarang dia mulai ikut berkumpul bersama kembali. Karena acara perayaan hari jadi Eriana dan Ren tidak jadi, mereka membuat rencana baru. Riyu mengajak Ren juga yang lainnya untuk berpetualang, petualangan yang sedikit extrim karena tujuan mereka adalah pulau Adyl.

Ya Riyu dan Ren pernah merencanakan hal ini dulu jadi mereka berdua sangat bersemangat namun bagaimana dengan dua gadis ini? Mungkin mereka harus meminta izin pada orangtuanya terlebih dahulu.

Riyu dan Ren pergi ke rumah Ren untuk bertanya mengenai kota Adyl yang ada di pulau sana. Mereka menanyakan keadaan dan peta pulau tersebut, beruntunglah Eliza masih memiliki peta pulau Adyl. Eliza menunjukan berbagai tempat di pulau tersebut pedesaan, ibu kota, kerajaan dan bahkan tempat Bunga Rembulan pertama yang tumbuh. Tempat yang indah di samping sungai. Tempat di mana Eliza dan Elium bertemu. Eriana berharap mereka dapat menemukan serta menyaksikan keindahan Bunga Rembulan yang tengah mekar. Eliza menyuruh Riyu dan Ren agar mereka membawa senjata, karena di sana mungkin masih ada hewan buas atau bahkan musuh.

"Kalian harus membawa senjata jika ingin ke sana, kamu masih ingat kan cerita saat ibu menyelamatkan ayahmu dari seekor beruang?" Eliza menceritakan pengalamannya kembali pada Ren.

Akhirnya mereka mendapatkan peta dan petunjuk untuk pergi ke Adyl. Sekarang mereka menuju rumah Riyu untuk mengecek dan menyiapkan senjata yang akan di bawa. Mereka menuju rumah Riyu karena ibu Riyu adalah seorang penjual peralatan perang militer di sana. Sesampainya di rumah Riyu, Ibunya yang tinggal hanya seorang diri karena ayahnya telah meninggal di Adyl. Dia sedikit menentang saat Riyu meminta izin untuk pergi ke Adyl. Tiba-tiba Riyu di tarik ke kamar ibunya, mungkin ada hal penting yang ingin mereka bicarakan. Ren menunggunya di luar, memilih-milih senjata yang ingin dia bawa. Riyu keluar, dia menatap Ren dengan tatapan yang aneh. Ibunya mengijinkan Riyu pergi ke Adyl dengan syarat mereka harus mengunjungi sebuah tempat di hutan dekat sungai, tentu Ren pun menyetujui hal itu. Sekarang mereka menyiapkan senjata untuk di bawa, mereka memilih senjata yang mudah di bawa. Tentu senjata yang mereka bawa adalah senjata api yang biasa di gunakan di militer, karena ibunya Riyu pemilik toko itu jadi mereka bisa mendapatkannya secara gratis.

"Apa tidak apa-apa kita membawa senjata seperti ini?" Tanya Ren pada Riyu.

"Tenang saja Ren. Aku sudah memiliki izin untuk membawa senjata api. Jadi jika ada pemeriksaan di pelabuhan biarkan aku yang menanganinya."

"Oh ia, aku baru ingat! Bagaimana kita bisa berangkat ke sana, sedangkan kita tidak memiliki sebuah kapal ataupun perahu?" Ren kebingungan.

"Kamu benar, kita tidak memiliki itu. Tapi jika di izinkan mungkin kita bisa meminjam kapal milik Lisa."

"Hmm Lisa memiliki sebuah kapal, namun apakah dia akan ikut?" Ren teringat dengan apa yang telah terjadi antara dia dan Lisa.

"Sudahlah ayo kita ajak mereka berkumpul di rumah Lisa." Ucap Riyu.

"Baiklah. Ayo pergi! Aku akan mengirim pesan pada Eriana." Ren membuka ponselnya.

{{{

Mereka pergi menuju rumah Lisa. Hari yang sudah gelap dan jalanan pun sepi. Riyu berjalan di belakang Ren, entah apa yang Riyu pikirkan. Dia terlihat sangat bingung dengan wajah yang mengerut dan sesekali menatap kearah Ren. Ren sadar akan hal itu, namun Ren membiarkannya.

Mereka sampai di rumah Lisa.

"Tok Tok Tok.... Permisi."

"Eeeh kalian berdua, ada apa datang malam-malam?" Lisa terkejut, karena mereka lupa tidak memberitahu Lisa kalau mereka akan berkumpul di rumahnya.

"Maaf Lisa aku tidak sempat memberi tahu, sekarang kita berempat akan berkumpul di sini. Ana, eh maksudku Eriana juga sedang menuju kesini."

"Baiklah silahkan masuk, kalian ke kamarku duluan aku akan menyiapkan minuman." Lisa berjalan kearah dapur.

Saat mereka masuk ke kamar Lisa. Di sana Ren melihat setumpuk surat dan Ren pun menyadari kalau surat itu adalah surat yang di tulis oleh Ren, karena kertas surat yang Ren simpan di pohon itu selalu Ren lipat-lipat di bagian ujungnya. Ren melipat itu dengan tujuan agar kertas tidak basah ketika hujan. Lisa datang ke kamar, dia datang bersama Eriana. Entah kapan datangnya Eriana. Riyu dan Ren tidak meperdulikan hal itu. Mereka langsung menuju ke topik utama.

"Baiklah Ana, apa kamu ikut bersama kami ke pulau Adyl?" Tanya Ren pada Eriana, Ren sesekali menatap kearah Lisa. Ren masih belum melupakan apa yang pernah Lisa katakan padanya.

"Tentu Ren. Jika kamu pergi ke sana, aku pasti akan ikut denganmu."

"Bagaimana denganmu Lisa?" Riyu bertanya pada Lisa.

"Tentu aku akan ikut. Ibuku selalu pergi bekerja di luar kota, akan membosankan jika aku tetap diam di rumah."

"Baguslah jika begitu. Sebenarnya kami memerlukan kapal milikmu untuk pergi ke sana, apa ibumu akan mengijinkan kita membawa kapalmu?" Tanya Ren.

"Um, tentu boleh. Ibuku pasti mengijinkannya karena sebenarnya sejak lama dia ingin mengajakku pergi ke sana, entah apa tujuannya mengajakku ke sana."

"Baiklah sudah di tentukan, jika kita semua sudah siap. Besok pagi kita berangkat!" Ucap Riyu.

Mereka semua melakukan persiapan untuk berangkat besok pagi. Entah apa yang di pikirkan Riyu, dia terlalu terburu-buru mengambil keputusan untuk berangkat. Namun mereka semua menyetujuinya karena sebenarnya mereka juga ingin segera berangkat.

EF%Bb��g.+�

BUALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang