Mengabulkan Sebuah Permintaan XXVIII

261 12 2
                                    

Mengabulkan

Sebuah Permintaan

XXVIII

Musim semi kembali tiba. Ren merasa baru kemarin dia melaksanakan upacara penerimaan bersama Eriana cinta pertamanya. Sekarang Ren telah berubah menjadi seorang kakak senior. Seperti biasa di kota ini di sepanjang jalan bertebaran bunga-bunga indah yang mekar. Dedaunan yang tertiup angin, kota yang indah. Ren yang dulunya hanya berteman dengan Riyu. Sekarang telah memiliki banyak teman yang baik padanya. Perubahan yang luar biasa dia alami sekarang, Ren menjadi lebih dapat bersosialisasi dengan orang lain. Dulunya Ren adalah orang yang tidak terlalu pandai bersosialisasi, dia selalu mengandalkan Riyu. Namun semenjak Riyu tiada, Ren berubah dengan sendirinya.

{{{

Di sebuah persimpangan jalan ada seorang gadis yang setiap hari setia menunggunya.

"Selamat pagi Ren. Ayo berangkat bersama." Lisa. Ya gadis itu adalah Lisa, gadis yang terus mencintai Ren walau Ren tidak pernah membalasnya.

"Selamat pagi Lis."

Mereka selalu berangkat menuju Towa bersama, terlihat seperti pasangan. Semenjak kedua teman mereka meninggal, saat waktu luang mereka selalu bermain, mengobrol ataupun mengerjakan pekerjaan rumah bersama. Sejak saat itu, hubungan mereka menjadi sangat dekat.

"Lisa!"

"Apa Ren."

"Sudah lama kita tidak mengunjungi pohon yang ada di bukit itu."

"Kamu benar Ren. Semenjak mereka berdua menghilang dari kehidupan kita."

"Nanti malam jika kamu mau datanglah ke sana. Ada hal yang selalu mengganjal pikiranku sejak dulu."

"Tentu Ren. Kenapa tidak."

"Baiklah sampai bertemu nanti malam Lis."

Mereka berpisah memasuki ruang kelas masing-masing.

{{{

Malam pun tiba. Ren tidak langsung pergi ke bukit itu, kali ini Ren menjemput Lisa di rumahnya. Lisa terkejut karena baru kali ini Ren datang menjemputnya untuk pergi ke bukit itu. Di perjalanan.

"Ren sebenarnya ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin pergi kesana bersamamu. Apa itu tidak boleh?"

"Tentu tidak apa-apa Ren. Aku hanya sedikit heran."

Mereka sampai di bukit itu. Lisa kebingungan, Lisa melihat cahaya terang yang terpancar dari pohon yang Ren tanam.

"Cahaya apakah itu?" Tanya Lisa.

"Kemari Lisa, ayo lebih baik kamu lihat dari dekat."

Setelah Lisa melihat dari dekat dia semakin terkejut. Ternyata cahaya itu berasal dari bunga-bunga indah yang mekar memenuhi pohon itu. Bunga yang memantulkan sinar rembulan. Sangat indah.

"Kemarilah. Duduk di sampingku." Ren mengajaknya duduk di bawah pohon itu.

"Lihatlah bintang-bintang kota semakin banyak. Bukankah itu indah?"

"Itu indah Ren. Sangat indah. Kenapa kamu melakukan ini, padahal kamu tidak pernah membalas perasaan ku. Apakah kamu ingin menyakitiku lagi?"

"Tujuanku mengajakmu kesini adalah untuk mengabulkan apa yang pernah kamu katakan dulu."

"Jadi hanya untuk mengabulkan apa yang aku katakan dulu." Lisa sedikit kecewa.

"Um." Ren mengangguk dan bertanya. "Apa kamu ingat apa yang kamu katakan dulu?"

"Entahlah, aku terlalu banyak mengatakan hal-hal tak penting padamu." Lisa menjawabnya dingin.

"Kamu pernah mengatakan padaku dulu "Suatu saat pohon ini akan berbunga. Bawalah orang yang kamu cintai untuk melihatnya bersama" aku mengabulkan kata-kata itu."

"Bbebenarkah Ren? Jadi maksudmu?"

"Ya benar. Yang aku maksud adalah kamu. Kamulah orang yang aku cintai sekarang. Maka dari itu aku membawamu kesini."

Lisa menangis, akhirnya cinta yang selama ini dia simpan dan dia pertahankan sekuat tenaga. Dapat meluluhkan hati Ren Adyl, seorang pangeran dari tempat kelahiran ibunya.

"Ren berjanjilah. Bahwa kamu tidak akan pergi meninggalkanku."

"Tentu. Bukankah selama ini aku tidak meninggalkanmu. Bukankah kamu sendiri yang meninggalkanku dulu?"

"Jangan samakan sekarang dengan dulu waktu kita kecil." Dengan wajah kesalnya Lisa mencubit pipi Ren.

"Iya iya aku mengerti."

"Kemarilah, ulurkan tangan kananmu."

Ren mengulurkan tangannya. Lisa mengangkatnya dan membuat sebuah "hati" menggunakan tangan mereka berdua lalu mengarahkannya pada Rembulan.

"Dengan ini kita berjanji untuk bahagia bersama Ren. Dan dengan ini. Setiap aku melihat Rembulan aku akan selalu mengingat kehangatanmu. Setiap aku melihat bintang aku akan mengingat kebahagiaan bersamamu. Dan setiap aku melihat bunga ini, aku akan mengingat bahwa aku selalu mencintaimu."

"Terimakasih Lis. Karena kamu tidak pernah menyerah. Bagiku bulan adalah Riyu yang sedang menjagaku malam ini. Bintang yang sangat indah itu adalah Eriana, sangat indah namun tak mungkin aku gapai."

"Kamu belum dapat melupakan Eriana? Jika kamu memang ingin terus mengingatnya, maka teruslah ingat dia. Aku pun tidak akan pernah melupakan mereka." Lusi tersenyum mengatakannya penuh pengertian.

"Ya, jujur aku tidak dapat melupakannya. Namun apa kamu tahu Lis?"

"Apa Ren?"

"Di antara bulan dan bintang yang ada disini ada sebuah pohon yang sedang berbunga."

"Ah maksudmu pohon ini, bintang yang ada di bawah kita dan bulan yang ada di atas sana?" menunjuk ke arah rembulan.

"Ya tepat sekali."

"Ada apa dengan itu?"

"Di antara bulan dan bintang itu, yang paling dekat denganku sekarang adalah bunga indah yang berkerlap kerlip sepeti bintang yang juga memantulkan cahaya Rembulan."

Lisa kembali melihat bunga di pohon itu.

"Kamu benar Ren. Itu sungguh indah, sungguh luar biasa."

"Ya. Jika bulan adalah Riyu, bintang adalah Eriana. Maka Bunga itu adalah dirimu Lis. Bunga indah yang berada di dekatku yang akan menemaniku mulai saat ini dan untuk selamanya.

---------------------------- Tamat ----------------------------

-

..

BUALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang