Pertengahan#8

6.5K 388 0
                                    

"Gue balik ya,,sampe ketemu lagi duo ena" ucap Alpha setibanya di depan kelas Dena dan Sena.

Seusai dari kantin Alpha mengantarkan Dena dan Sena ke kelas. Sementara kelas dia sendiri ada di kelas 3D.

"Seharusnya lo ga perlu nganterin kita kayak gini," ucap Sena tak enak.

"Iyaa bener,berasa punya bodyguard gue..hehee" tambah Dena.

"Hehe...gapapa kok,gue harus mastiin kalian sampe di kelas dengan selamat. Gini gini gue cowok yg bertanggung jawab."

"Bahasa lo Al!!" Ledek Dena.

Alpha terkekeh pelan.

"Ya udah,gue balik ya!!!"

Bersamaan dengan berbaliknya Alpha ada Rafa yg juga baru datang dari perpustakaan. Mereka berpapasan,Alpha tersenyum ramah pada Rafa tapi tidak dengan Rafa. Dia hanya berlalu melewati Alpha dengan pandangan datar.

Dena dan Sena yg melihat Alpha di acuhkan hanya menghela nafas.

"Si dingin pujaan lo tu!!" Ucap Sena.

"Aseemm lo!!! Gue juga yg kena"

Mereka berdua kembali ke kelas dan bersiap siap untuk pelajaran selanjutnya.

"Fa...kita ga akan buat tugas cuma di hari minggu aja kan??tugasnya lumayan susah ga mungkin bisa selesai dalam waktu sehari" tanya Dena.

"Iya."

"Iyaa gimana??"

"Terserah lo."

"Tiap hari kita kerjainnya. Sepulang sekolah lo bisa kerumah gue."

"Iya."

"Mungkin dalam hidup ni anak cuma ada kata engga,iya,dan terserah." Batin Dena.

..................................................................................

Teresia melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan bercat serba putih. Dia duduk di salah satu kursi disana menunggu seseorang.

Beberapa menit kemudian pintu terbuka dan tampak seorang pria masuk.

"Selamat siang Bu Tere" sapa Hendra.

"Selamat siang, apakah anda yg bernama Hendra??" Tanya Teresia.

"Iyaa Ibu betul sekali,saya Hendra" sahutnya sambil mengulurkan tangannya.

"Jangan panggil saya Ibu,cukup panggil Tere saja. Akan lebih akrab rasanya."

"Baik Ibu,eh maaf Tere. Terimakasih sebelumnya karena mau berkunjung ke ruangan saya mengingat hari ini hari pertama anda bertugas disini"

"Tidak usah sungkan seperti itu. Aku merasa tertarik membaca data pasien yg kau ajukan padaku. Jadi tadi setelah menghadiri sambutan dari Pak ketua,aku langsung datang mencarimu."

"Oh iya,ini data lebih lengkapnya tentang pasien yg saya maksud"

Hendra memberikan berkas data mengenai psikologi Ola. Tere membaca setiap kalimat yg tertuang disana. Raut wajahnya berubah serius.

"Fiola Ardiansyah???" Tere mengerutkan dahinya dan memandang ke arah Herman.

"Apa ini Fiola,sang master biola terkenal itu???" Tanya Tere.

Hendra mengangguk. "Apa kau mengenalnya??"

"Tidak,aku tidak mengenalnya secara langsung. Hanya saja aku pernah menghadiri salah satu mega konsernya di London bersama dengan temanku. Apa itu benar dia???"

"Iyaa anda benar, dia seorang pemain biola terkenal tapi itu 4 tahun lalu. Sampai masalah besar menghancurkan dia dan keluarganya."

"Sangat disayangkan sekali, wanita bertalenta seperti dia harus mengalami perubahan nasib seperti ini. Bisa aku menemuinya??"

"Tentu,ikutlah denganku."

Hendra mengajak Tere pergi ke kamar Ola. Begitu sampai disana Tere meminta agar Hendra meninggalkan dia dan Ola berdua saja.

"Hai Ola," sapa Tere lembut.

Ola yg mulanya sedang duduk termenung memandang biola kesayangannya langsung berdiri dan memandang Tere.

"Siapa??"tanya Ola.

"Perkenalkan aku Tere." Tere mengulurkan tangannya dan langsung di sambut oleh Ola.

"Dia responsif. " batin Tere.

"Ada perlu apa?? Mana Hendra?"

"Dia sedang ada perlu sebentar. Oh ya Ola,apa km mau menemaniku berjalan jalan di taman sekitar sini."

Ola terlihat berpikir.

"Aku sedang tidak ingin. Aku menunggu seseorang." Jawab Ola.

"Kalau boleh tau,km sedang menunggu siapa??"

"Bukan urusanmu." Sahut Ola ketus.

Tere tersenyum menanggapinya.

"Baiklah aku akan menemanimu menunggu disini."

"Apa maumu sebenarnya???" Tanya Ola lagi kali ini keringat dingin mulai keluar di pelipisnya. Bibirnya bergetar.

"Apa dia mulai kambuh?? Apa km baik baik saja Ola???" Tanya Tere.

Tere menghampiri Ola yg saat ini sedang memegang kepalanya seperti kesakitan. Ola tiba tiba bersimpuh menekuk lututnya. Tere langsung keluar dan memanggil Hendra..

Hendra dan beberapa perawat lainnya datang dan menangani Ola.

"Malang sekali nasibnya." Batin Tere.

Mysterious BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang