AUTHOR POV
Rafa memasuki ruang tamu Dena,sementara Dena masih merutuki kebodohannya tadi.
"Taruh mana muka gue coba??? Anyiinggg banget!! Bodoh...bodoh..." batin Dena sambil berkali kali memukul dahinya.
Rafa yg sedari tadi memperhatikan Dena menjadi bingung sendiri melihat Dena seperti itu.
"Lo sakit??" tanya Rafa tanpa memandang ke arah Dena.
"Ah??apa???"
"Kalo lo sakit,gue pulang"
"Eh??engga engga engga...gue sehat! Siapa bilang gue sakit."
Rafa melirik sekilas ke Dena tapi kemudian mengalihkan pandangannya menyusuri perabotan di rumah Dena.
"Kita mau buat tugasnya dimana??" Tanya Dena.
"Terserah."
"Ke balkon kamar aku aja yuk, soalnya gitarnya ada disana. Lo mau main alat musik apa??"
"Ga tau."
"Kok ga tau?? Jadi lo kesini ga bawa alat musik?? Lo bisanya main apa??"
"Ga bisa apa."
"Apa gue nyuruh dia main biola ya??kan waktu itu dia......."
Dena kembali mengingat kejadian saat dia mengikuti Rafa di toko biola. Dia ingin mencari tau apa Rafa bisa memainkan biola.
"Kalo biola gimana??" Pancing Dena.
Bahu Rafa sempat menegang mendengar ucapan Dena tapi kemudian dia berusaha untuk tenang kembali.
"Gue ga bisa."
"Beneran ga bisa main biola??" Tanya Dena kembali.
"Gue ga bisa main alat musik apapun. Jadi gue yg buat aransementnya dan lo yg mainin alat musiknya."
"Tapi tugasnya kan harus mainin 2 alat musik!"
"Lo yg mainin keduanya."
"A-a-apa???gimana bisa mainin 2 alat musik bersamaan?? Dia gila!!"
Dena menghembuskan nafas beratnya kemudian beranjak ke lantai atas. Di ikuti oleh Rafa di belakangnya.
"Apa dia beneran ga bisa main biola??lalu apa yg dia lakukan disana?? Jelas jelas waktu itu dia kesana bawa bungkusan biola. Apa jangan jangan buat cewek yg di ceritain sama pemilik toko itu ya?? Ahhhh...baper kan gue,dia jangan jangan udah punya cewek lagi!! Ehh...kenapa gue baper coba??? Arghh otak gue mulai ga beres ini."
Dena kembali memukul dahinya setelah memikirkan ketidak beresan otaknya yg tanpa dia sadari memikirkan Rafa.
"Kepala lo kenapa??" Tanya Rafa yg sedari tadi ada di belakang Dena.
"Eh...gapapa kok. Hehe" ucap Dena sambil nyengir.
Mereka berdua sekarang sudah ada di balkon kamar Dena. Dan Dena sudah siap dengan gitar barunya yg waktu ini di belikan Papinya. Sementara Rafa terlihat sedang sibuk sedang ponselnya,dia sedang mencari lagu yg pas untuk tugasnya.
"Udah nemu lagunya belum??" Tanya Dena.
"...................."
"Fa...gue boleh tanya sesuatu ga??"
Rafa memandang ke arah Dena,dia tidak menjawab "iya" atau "tidak" ,dia hanya diam menatap datar pada Dena.
"Tatapan lo maksudnya gimana???" Tanya Dena.
"Sini bawa gitar lo." Perintah Rafa.
Dena segera memberikan gitarnya pada Rafa.
"Lagu yg ini aja ya."
Rafa memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Dena terkejut,dia tidak menyangka bahwa Rafa lihai memainkan senar gitar.
"Lo pasti bukan cuma sekedar bisa main gitar Fa,dari cara lo metik senar sama mainin nada udah kelihatan kalo lo ahli." Batin Dena.
"Find A Way To My Heart"
Find a way to my heart, and I will always be with you
From wherever you are, I'll be waiting
I'll keep a place in my heart, you will see it shining through
So find a way to my heart, and I will, I will follow youThis journey's not easyfor you, I know
If your footsteps get too faint to hear, I'll go
Cos you know, questions are never that easy
And never the same
You have the answer believe me
If you have the faithFind a way to my heart...
Time may come, and time may go, I know
If you should call out for me, I'll go
But you know, there is a code to be broken
I wrap it around
Without a word being spoken
Without a soundThere's a reason I hide my heart
Out of sight out of mind
And when I find out just who you are
The door will be open for you to..Find a way to my heart...
Rafa sempat terdiam sebentar seraya menutup matanya. Hatinya terasa menghangat saat dia kembali lagi memegang alat musik yg dulu menjadi temannya.
"Wowww....keren!!!" Pekik Dena sambil bertepuk tangan.
Rafa tersadar dari lamunannya dan langsung menatap Dena.
"Yg kayak gini lo bilang ga bisa main musik???ini bukannya bisa lagi tapi ahli tau ga!" Seru Dena.
"Cuma bisa gitu doang." Ucap Rafa.
"Tapi keren banget sumpah!! Setau gue lagu ini tu nadanya agak nge-beat gitu ya?? Tapi lo bisa ngubah jadi akustik gini. Keren masa!!!"
"................."
Tiba tiba mata Dena berbinar,dia tersenyum penuh arti.
"Gue tau gimana caranya biar tau apa hubungannya lo dan biola" batin Dena.
Dena beranjak bangun dari duduk nya dan keluar kamar. Dia berlari menuju kamar Papi dan Maminya.
"Ahhh ini dia!!" Pekik Deja saat menemukan benda yg dia cari.
"Dena pinjem ya Mi,nanti Dena balikin" ucap Dena pada dirinya sendiri.
Dena berlari kembali ke kamarnya. Disana dia lihat Rafa sedang berdiri menatap ke arah depan.
"Fa,lihat gue bawa apa," ucap Dena. Dia membawa biola milik Maminya. Maminya termasuk penggemar suara musik biola tapi dia tidak bisa memainkannya.
Rafa sedikit memicingkan matanya saat melihat benda yg tidak asing untuknya. Rafa mendekat ke Dena.
"Gue bawa biola punya nyokap Gue"
"Terus?"
"Iyaa gue milih alat musik ini buat tugas kita. Lo yg main gitar dan gue yg main biola,gimana??" Jelas Dena sambil tersenyum sumringah.
"Kayak lo bisa aja."
"Yehhh kalo ga dicoba mana bisa??? Ini kan hampir sama kayak gitar. Sama sama ada senarnya. Bedanya kalo gitar kan di petik kalo ini di gesek. Cuma tinggal gesek gesek doang mah!!!"
"Mainin biola ga semudah yg lo kira" ucap Rafa.
"Gesek gesek kayak gini doang" Dena menggesek gesek sembarangan biola yg dia bawa. Dia bergaya seolah seorang violinist terkenal.
Rafa berdecak sedikit kesal,pasalnya gadis di depannya ini memainkan asal alat musik yg bagi dia melambangkan kelembutan kakaknya.
"Lo maininnya ngawur!" Ucap Rafa.
"Ihhh ini tu bener tau!! Aku sering lihat di tv!" Dena semakin asal memainkan alat musik itu.
"Ck...lo bego!!! Sini bawa!!!" Rafa merebut biola yg di pegang Dena.
"Kena lo!!" Gumam Dena sambil tersenyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Boy
RomanceDapatkan versi cetaknya di IG @bukuloe . . Rafa. Dia dingin,tertutup,dan tidak suka bergaul Hawa dingin yang dia sebarkan pada orang yang berada disekitarnya membuatnya di jauhi. Orang orang akan berfikir berkali kali untuk menjadi temannya tapi tid...