Pertengahan#4

6.5K 412 7
                                    

Di jam jam terakhir pelajaran Dena mulai merasakan nyeri lagi pada perutnya. Dia bergerak gelisah.

"Apa gue maag ya??" Gumam Dena.

Rafa yg mendengar gumaman Dena hanya menatap sekilas tapi kemudian kembali menatap datar ke depan.

Perasaan Dena tidak enak,dia menengok rok sekolahnya dan terkejut melihat ada noda merah disana.

"Anyyiingg!!Demi apa,gue halangan!!"

Dena melihat jam yg melingkar di tangannya dengan cemas.

"15 menit lagi jam pulang. Gue mesti gimana ya?? Apa gue tunggu semua pulang , baru gue keluar kelas?? Mana hari ini gue pake tas ransel lagi, pake apa gue nutupin rok gue???" Batin Dena.

"Faa.." panggil Dena dengan suara yg sangat kecil tapi yg di panggil hanya diam dan sibuk dengan buku di depannya.

Entah karena Dena terlalu pelan berbicara atau Rafa yg sengaja mengacuhkannya.

"Izzz...Rafaa!!" Panggil Dena lagi.

Dena berdecak kesal karena orang di sebelahnya mengacuhkannya. Padahal Dena bermaksud untuk meminjam jaket milik Rafa untuk menutupi roknya.

Setelah beberapa menit kemudian Bel pertanda kelas telah berakhir berbunyi. Semua anak anak berhamburan pulang.

"Na...gue duluan ya,nyokap minta jemput masa!!" Ujar Sena langsung berlarian pulang.

"Elahh...si Sena padahal gue mau minta tolong malah kabur dianya!!"

Rafa telah selesai merapihkan bukunya,dia beranjak pergi meninggalkan Dena sendirian di kelas.

"Rafa!!!" Panggil Dena

"..........." Rafa menoleh ke arah Dena.

"Fa..pinjem jaket lo ya,please" Pinta Dena sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Buat?" Tany Rafa singkat.

"Ehmm..itu...ehmm.. apa namanya?"

Tanpa menunggu Dena menyelesaikan ucapannya, Refa malah melenggang pergi keluar kelas.

"Faaa!!!!elah...gimana coba karang?? Masak nunggu sekolah sepi??" Rengek Dena.

Akhirnya Dena memutuskan untuk keluar kelas dan berharap suasana koridor sekolah dalam keadaan sepi. Dia tidak bisa harus menunggu lebih lama lagi.

Dia berjalan mengendap ngendap melewati lorong kelasnya kelas sebelah.

"Jalur 1 aman" gumam Dena.

Lagi dia berjalan mengendap ngendap melewati beberapa kelas lagi untuk menuju koridor. Dan untungnya suasana disana sudah sepi.

"Jalur 2 terlewati. Fiuuhhh!!"

Kali ini Dena harus melewati beberapa kelas adek kelas yg kebetulan masuk siang. Dengan perlahan dan berhati hati Dena sebisa mungkin lewat tanpa terlihat oleh siapapun.

"Akhh....jalur 3 ini bikin degdegan sumpah!!" Serunya.

Akhirnya Dena sampai juga di koridor sekolah. Begitu melihat di depannya Dena di kejutkan oleh sekumpulan adek adek kelas yg sedang ekstra basket. Mereka semua duduk di kursi panjang di depan lapangan basket.

"Sial!! Gue lewatnya gimana ini?? Tuhan tolong hambamu ini,panggilkan tante Jinny kesini biar bisa hilangin gue!"

Belum selesai Dena menemukan cara agar bisa lewat,matanya lagi lagi di kejutkan dengan beberapa siswa cowok berjalan mendekat ke arah Dena. Jumlah mereka ada sekitar 5 orang.

"Mampus gue sekarang!!" Dena memukul dahinya pelan.

"Tembok!! Iyaa tembok,gue mesti mepet tembok!!" Dena berjalan kesamping seperti kepiting untuk mendekat ke arah tembok.

Belum sempat Dena sampai ke sisi tembok,sepasang tangan menariknya menuju ke arah ruang praktek biologi.

Dena yg terkejut menjadi hilang keseimbangan dan hampir terjatuh. Tapi ada tangan yg menopang tubuhnya.

"Mampus gue jatuh!! Kepala gue bakalan gegar otak, bokong gue tulangnya retak bikin gue ga semok semok kayak pantat ayam lagi. Tuhan..Tuhan gue jatuh sekarang!!" Mulut Dena tidak berhenti bergumam sambil menutup mata.

"Ehh kok lama jatuhnya...gue ga sampe sampe lantai ini" Dena membuka perlahan matanya dan kaget begitu melihat ada Rafa di depannya dengan posisi memeluk lengan Dena.

"Ra-Ra- Rafa lo kok??"

Rafa langsung melepas pegangannya. Tangannya kembali dia letakan di saku celananya sementara matanya memandang ke arah lain.

Dena langsung menjauh dari Rafa dan berusaha menutupi rok nya. Dia baru teringat dengan keadaan dia sekarang.

"Mampus kalo Rafa lihat!!! Malu gila!."

"Lo kok belum pulang Fa??" Tanya Dena.

Rafa mendekati Dena sedangkan Dena malah mundur menghindar.

Semakin dekat jarak antara Dena dan Rafa, Dena sudah tidak bisa mundur lagi karena di belakangnya ada tembok.

Rafa semakin mendekat dan tangannya meraih pinggang Dena.

"Ra-ra-Rafa,,lo-lo mau apa??" Tanya Dena tergagap.

".............."

"Ehmm Rafa...jangan gini. Kita belum sah Fa...ke KUA dulu... baru boleh ena ena...." decit Dena pelan,tapi tetap bisa di dengar Rafa. Dan disana, di bibir Rafa ada lekukan kecil keatas.

Dena yg berpikiran yg tidak tidak menutup matanya sambil sedikit mengangkat kepalanya. Cukup lama dia terpejam dan kini dia sudah tidak merasakan lagi ada sentuhan dari Rafa. Perlahan dia membuka matanya dan Rafa sudah hilang dari hadapannya.

"Mana dia??" Tanya Dena pada dirinya sendiri.

Dia merasakan ada sesuatu yg mengikat pada pinggangnya . Dena melihatnya dan kaget saat melihat ada sebuah jaket merah maroon yg melingkar sempurna. Dia tau jaket siapa itu.

Mysterious BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang