Chapter 5
Ojek Ganteng
***
Aku menusuk siomay pada piring kecilku dengan tusuk bambu. Santi baru kembali setelah bertempur dengan siswa lain di lapak-lapak jualan. Tangannya terus mengibas-ngibas sebagai ganti kipas.
"Gak ada kardus aqua ya?" tanya Santi yang celingak-celinguk.
"Buat apaan?" tanyaku dan memasukkan siomay ke dalam mulutku sendiri.
"Kipas. Panas gila, gua abis bertempur di lapak Bang Ul. Bujut gila itu." ujarnya mendesah dan berjalan ke arah lapak nasi pecel untuk menyobek pinggiran kardus aqua gelas. Dia mengibas-ngibaskan sobekan kertas kardus aqua.
"Gila!" aku tergelak dan tak bisa menahan tawa melihatnya. "Parah lo!"
"Panas njjir. Bauk keringat gua entar." sungut Santi yang terus mengipasi dirinya. "Harusnya lo yang bertempurlah."
"Eh bangke! Gua udah kemaren yang bertempur. Giliranlah!" sungutku juga.
"Iye iye, bangke." sahutnya yang menuangkan sambal ke dalam mangkuk mie ayamnya.
Kusingkirkan piring siomayku dan mengantinya dengan mangkuk mie ayam hasil pertempuran Santi. "Gimana pedekate lo ama Bang Doni?"
"Jangan tanya! Gua lagi ngehindarin dia."
"Lah? Kenapa?"
"Anak cheerleaders pada gosipin gua gara-gara gua yang dianter dia itu." jawab Santi yang kemudian menyeruput es jeruknya. "Bangke! Kecut banget!" jerit Santi yang menjulurkan lidahnya.
"Hahahha... Sori. Gua lupa bilang yang satu manis."
"Bangke lo!" umpatnya yang membawa gelas es jeruknya.
"Sori, San!" teriakku yang dihadiahi Santi jari tengah mengacung ke arahku. "Bangke." gerutuku dan mulai memakan mie ayamku. Tak lama kemudian, Santi kembali lagi ke tempat duduknya dan meletakkan gelas es jeruknya samping mangkuk mie ayamnya.
"Eh!!!" pekikku saat Aden entah dari mana sudah mengambil alih piring siomayku. "Beli sendiri!" sungutku dan mengambil piring siomayku. "ADENN!!!!" jeritku kesal saat dia mengambi mangkuk ayamku dan memberinya sambal.
"Ssstt. Gua laper." ucapnya dan memasukkan mie ke dalam mulutnya.
"Ya beli sendirilah! Itu milik gua." sungutku kesal tapi tak diubris sedikit pun oleh Aden, malahan dia makin asik makan mie ayamku. "Ih, Aden!" kesalku sembari memukul lengannya. "Tengik dasar!"
"Lo kok cerewet banget sih?" kesal Aden setelah menyeruput es jeruk milik Santi.
"Woy! Minuman gua!" jerik Santi yang ikut kesal.
"Sori. Gua kaga mau jadi korban kekecutan si Al lagi." sahutnya cengengesan.
"Bangsat lo!" ananti dan Aden hanya terkikik.
"Apaan sih lo gangguin makan siang kita-kita?" protesku padanya tanpa babibu lagi, dia menusuk siomayku dengan garpu. "Ish. Sialan lo!"
"Ehmm... Dipanggil ama Fajar." ucapnya setelah menelan siomaynya.
"Sapa yang dipanggil itu? Gua apa Al?" cercah Santi gemas.
"Lo." jawab Aden yang menunjuk ke arahku.
"Gua? Kok gua?" protesku yang tak ingin berurusan dengan Fajar, si ketua osis yang super duper cerewet. Liat dia ngomong aja bikin aku wegah apalagi harus berurusan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Teen FictionBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...