Chapter 2
Kurang Asem!***
Aku duduk dengan dongkol di atas pasir putih, Aden sedang asik berbincang dengan beberapa cewek dari kelas lain dan Dodik yang duduk tak jauh dariku errr... sumpah itu mata julingnya minta aku colok pake pensil alisku yang baru aku orot tadi pagi.
"Al!!" aku milih diam dengan panggilan dari Dodik. Dih, gak sudi aku ngomong ama dia yang sok kegantengan itu. "Al!" panggilnya lagi.
"Hm." sahutku malas tanpa melihatnya.
"Gua kira lo gak bakalan ikutan."
"Emang gua kaga ada niatan ikut." sahutku ketus.
"Terus napa ikut?" tanyanya lagi.
"Kepo lo, Dik?" tanyaku sinis.
"Ya dikit sih. Kan lo jarang-jarang ikutan ngumpul ginian kalo bareng ama Aden." jawabnya terkekeh sendiri.
"Gua aja nyesel ngikut dia." gumamku sendiri.
"Apa Al?"
"Kaga usah kepo jadi cowok!" ucapku ketus dan meninggalkannya menuju gazebo terdekat di tepi pantai. Kuhenyakkan pantatku pada kursi kayu, menatap pantai yang penuh dengan orang-orang.
"Mau pesen apa mbak?" tanya mas pelayan yang baru saja datang ke mejaku.
"Es jeruk aja mas. Yang kecut ya... harus kecut banget." pintaku dengan kesal.
"Oh? Iya mbak." sahut mas pelayan itu dan pergi meninggalkanku.
"Eh, mas mas!" panggilku dan mas pelayan itu kembali menuju mejaku.
"Iya, mbak? Ada lagi?" tanyanya.
"Dua gelas mas." jawabku dan dibalas dengan anggukan oleh mas pelayan itu.
***
"Lo napa disini sendirian?" Aden baru datang dan mengambil duduk di kursi seberangku. Dia tanpa babibu menegak habis es jerukku. "Njir!!! Kecut!" pekiknya dengan menjulurkan lidahnya keluar.
"Syukurin!" ejekku puas.
"Lu ngerjain gua ya?" tuduhnya.
"Eh jigong! Kayak kaga ada kerjaan aja gua ngerjain lo." sungutku kesal.
"Ini nih!" tunjuknya pada gelas es jerukku yang hampir tandas.
"Eh jigong! Emang tadi gua nyuruh lu minum itu es jeruk?" tanyaku kesal sambil menunjuk-nunjuk pada gelasku sendiri.
"Ah...."
"Makanya, jangan otak doang yang sekolah, itu bibir disekolahin juga biar kaga nyosor mulu. Pake gak permisi lagi." omelku padanya.
"Ini minum, Al!!" suruh Aden yang memberikan gelas es jerukku yang lain.
Kuteguk es jerukku hingga tandas setengah, kulihat Aden yang meihatku ngeri seolah aku baru saja meminum darah yang sangat menjijikkan. "Apa?" tanyaku ketus.
"Kaga kecut tuh?" tanyanya yang masih melihatku ngeri.
"Engga sih. Biasa aja." jawabku dan menggeser gelas minumku ke arahnya.
"Lo baik banget ye sodara?" ucap Aden ketus dan memberikan gelas itu kembali padaku.
"Makanya, bibir jangan dibuat nyosorin cewe mulu." ejekku dan dia hanya menggerutu tak karuan. Emang peduli ama gerutuannya? Engga.
"Jomblo mah macem lo, asem kecut." ejeknya yang tak mau kalah. "Pake ngidam kecut-kecut segala."
"Lo kira gua lagi bunting apa?" makiku dan memukulnya dengan bunga plastik yang ada di vas bunga meja. "Sialan lo, tengik!" kembali kupukul dia dengan bunga plastik yang masih berada di genggamanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Fiksi RemajaBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...